~ Untuk Bunda ~

Minggu, 23 Agustus 2009


Andai ku telah dewasa
Apa yang ku persembakan?
kepadamu..idolaku...
.
Andai usiaku berubah…
Ku balas cintamu bunda…pelitaku…
Penerang jiwaku...dalam setiap waktuku...

Oh...oh..ku tau kau slalu berharap
Dalam do’amu ku tau kau berjaga..
Dalam sayangmu ku tau kau mencinta...
Dalam senyummu...

Tuhan aku pinta...
Bahagiakan mereka sepertiku..

Andai ku telah dewasa
Ingin aku persembahkan..
Semurni cinta mu..setulus kasih sayangmu..
Ooo..slalu ku cinta....

I love u, Bunda..
I love u , Ayah...


Lagu Sherina itu terlantun kembali dari radio MQFM Yogya, setelah sekian lama dan sekian tahun tak terdengar di telingaku...Lalu Irama kerinduan itu tertabuh tanpa henti di ruang hatiku..

Ehm..Bunda...
Sungguh tanpamu aku bukan apa-apa...
Dan semua yang telah ku raih kini, adalah jerih payahmu...
Trimakasih yang tak terhingga atas ketulusan, cinta dan pengorbanan.
Semuanya kini telah terukir indah di hatiku..
Sampai kapanpun Bunda akan selalu hidup di sini, di satu sudut hatiku..

Selamat hari lahir Bunda....
Semoga cintaNya akan mengabadi di hatimu...
Semoga Bunda akan menjumpaiNya dengan penuh kebahagiaan..
Dan lalu menempati Istana yang selama ini Bunda impikan......
Amiiiiiiin


Yogya, 23 Agustus 09
Dengan sepenuh cinta...: "Trims yah Bun, telah membersamaiku hingga sebesar ini.."

~ Rindu itu Tertawarkan Sudah ~

Sabtu, 22 Agustus 2009


Ahlan wa sahlan yaa Ramadhan, Syarrafta yaa syahral qur’an. Selamat datang wahai bulan Ramadhan, Kedatanganmu membawa kemuliaan, wahai bulan Al-Qur’an.
Senja yang ternanti, akhirnya tiba. Senja pertama di bulan Ramadhan. Prosesi penantian panjang telah berujung. Rindu yang selalu menggelayuti jiwa, kini tertawarkan sudah. Hati ini mengharu biru. Luapan rasa syukur menyentak-nyentak kalbu. Rasa itu kini berpadu : bahagia dan haru, senyum bahagia dan tangis kesyukuran. Bahagia karna telah menerima salah satu anugrah teragung dari-Nya : Ramadhan Kariim. Keharuan juga menyeruak jiwa atas kenikmatan usia yang dari-Nya, karena tak sedikit yang harus berpulang pada-Nya ketika ramadhan tinggal terhitung jari. Juga karena Ramadhan kali ini harus saya jalani tanpa keluarga. Hal yang tak pernah dirasakan sebelumnya.
Bongkah kecemasan dan kekhawatiran jika tak bertemu dengan Ramadhan yang penuh berkah ini, kini lebur sudah. Sungguh saya semakin merasakan kasih sayang-Nya. Alloh memperkenan perjumpaan dengannya: bulan training manajemen syahwat, bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh dengan ampunan dosa, bulan yang penuh dengan peluang emas untuk melakukan ketaatan, bulan dilipatgandakannya amal sholeh, bulan jihad dan bulan kemenangan. Alhamdulillah.
Magrib kali ini basah oleh tetes-tetes kesyukuran. Kesyukuran itu juga terlisan lewat hamdalah. Meski sesungguhnya tangis dan tahmid masih jauh dari cukup untuk menerjemahkan kesyukuran itu. Karena sejatinya bentuk kesyukuran terbaik adalah dengan tak mensia-siakan kesempatan agung itu. Dan oleh karenanya tak sedikitpun ingin menyia-nyiakan setiap detik waktu yang akan hadir hingga penghujung ramadhan nanti. Ramadhan kali ini harus menjadi momentum perubahan terbaik. Ramadhan kali ini harus meninggalkan ukiran terindah yang akan teurai dalam laku. Dan hingga uraian laku itu mengabadi sepanjang masa. Semoga....!

Awal Ramadhan adalah awal perjuangan. Berjuang membenahi diri. Berjuang, berjuang dan berjuang !!. Hingga menemukan muara akhir : Kemenangan Hakiki. Dan kemenangan itu tak kan bisa diraih kecuali atas pertolongan dan kehendak dari-Nya. Mengawali ramadhan kali itu, dengan memunajatkan sebait harap pada-Nya.
”Yaa Allah! Jadikanlah puasaku sebagai puasa orang-orang yang benar-benar berpuasa. Dan ibadah malamku sebagai ibadah orang-orang yang benar-benar melakukan ibadah malam. Dan jagalah aku dari tidurnya orang-orang yang lalai.Hapuskanlah dosaku. Wahai Tuhan sekalian alam!! Dan ampunilah aku, Wahai Pengampun para pembuat dosa.” Amiin.
Yogyakarta, 1 Ramadhan 1430 H.

~ Ketika Harus Memilih ~


Dengan sangat hati-hati saya menanyakan sesuatu yang saya tahu pasti bahwa sesuatu yang akan saya tanyakan itu ada hal yang paling sensitif baginya.
“Ma, jika suatu saat saya menikah dan suami bekerja di lain pulau dan saya harus tinggal dengannya, Bagaimana ?”.
Mama tak segera menjawab, diam sejenak seperti memikirkan sesuatu. Ada raut kesedihan yang tiba-tiba hadir di wajahnya.
”Carilah yang dekat, bukankah di sini juga banyak pekerjaan.”
Hanya itu beliau katakan. Jawabannya saya pahami sebagai bentuk keberatannya.

Ketika hal yang sama saya ungkapkan ke Bapak, saya juga mendapatkan jawaban yang senada. Saya mengerti mereka berkenan jika setelah menikah saya tak lagi tinggal bersamanya. Tapi seminimalnya saya masih bisa sering hadir membersamainya. Sesuatu yang tidak mungkin saya lakukan, jika saya harus tinggal di pulau yang berbeda.

Jauh hari, saat usia saya belum genap 20 tahun, saat saya belum sama sekali terfikir oleh sebuah kata yang penuh konsekuensi ”pernikahan”. Mama sering bercerita banyak hal. Lewat cerita-ceritanya, saya mengerti dan faham bahwa seorang anak ’ragil’ (bungsu) terutama perempuan seyogyanya tidak meninggalkan rumah orangtuanya dan dialah yang kemudian menemani hari-hari senja mereka. Harapannya terhadap saya untuk menemani hari senjanya tersirat lewat cerita-cerinya. Meski secara lisan Mama memang tidak pernah meminta secara langsung. Tapi saya mengerti sekali, dalam hal apapun mama lebih sering meminta sesuatu secara tersirat. Mama tak pernah memaksakan sesuatu terhadap kami : anak-anaknya. Karena sungguh saya selalu mendapati sebagai orangtua yang lebih sering ’mengerti’ dan demokratis.

Dulu sekali, ketika mama marah. Saya hanya bisa tertunduk diam, lalu sebelum mama menuntaskan marahnya, saya segera berlari ke kamar dan lalu menangis untuk sekian lama. Tangis itu meledak bukan karna kesal dengan kemarahannya, tapi justru karna sedih, sedih karna telah membuatnya kecewa. Sedih atas kesalahan yang seharusnya saya lakukan.

Sejak saat itu hingga saat ini, saya selalu berusaha agar tak membuatnya sedih dan kecewa. Meski mungkin dari dulu hingga saat ini ada begitu banyak kekecewaan yang telah saya goreskan di hatinya. Tapi sungguh, sejak saat itu saya juga selalu berusaha memenuhi segala harapnya, sepanjang tak melanggar koridor yang syar’i. Dan juga tentang ’permintaan tersirat’nya itu.

Meskipun karenanya saya harus menguatkan hati untuk mengabaikan lelaki sholeh yang datang, hanya dengan alasan : setelahnya, saya tak bisa ’hijrah’ bersamanya karena pulau kami yang berbeda. Dan saya yakin hal tersebut tidak bernilai apa-apa jika dibandingkan dengan pengorbanannya selama ini. Selama 23 tahun sudah membersamai saya. Selama 23 tahun juga, ia tak pernah punya banyak waktu untuk beristirahat. Dulu dan bahkan hingga kini di usianya yang hampir 60 tahun masih sanggup mengayuh sepeda tuanya menjajakan kue atau buah-buahan hasil kebunnya, mengelilingi pemukiman, menyapa setiap pintu-pintu rumah yang dilaluinya. Mama yang selalu tulus mendoakan kami : anak-anaknya. Ia lah salah satu anugrah terbesar yang saya miliki.

Saya ingat sekali ketika saat-saat dimana saya harus meninggalkan Pontianak untuk kemudian menetap di Yogyakarta selama 6 bulan. Saya merasa berat meninggalkannya. Sebagaimana juga ia begitu berat meninggalkan saya. Wanita yang dipenuhi rasa cinta dan sayang itu melepas saya dengan airmatanya. Saat melihatnya saya hanya bisa berjanji dalam hati : ”Ma, saya hanya akan meninggalkanmu sejenak dan akan segera kembali disisimu, sebagaimana yang selalu engkau harapkan.”

Kini, ketika kembali harus dihadapkan pada dua pilihan : mama atau lelaki asing itu, saya tak kan ragu lagi untuk lebih memilih untuk memenuhi harapannya : membersamainya di hari senjanya. Sungguh saya akan sangat bersyukur, jika Allah menghendaki saya senantiasa hadir di sisinya. Meski jikapun itu terwujud, tak akan pernah sebanding dengan ketulusan cintanya selama ini. Saya mengerti bahwa setelah menikah seorang wanita sepenuhnya milik suaminya. Bukankah itu berarti sebelum menikah ia tetap milik orangtuanya?. Jadi sebelum pilihan itu diambil, maka orangtua sangat layak untuk di prioritaskan. Adakah yang lebih baik dari itu?!. Bukankah ridhonya orangtua adalah ridhonya Allah?.


Yogyakarta, Juli 2009
Ketika dihadapkan kembali pada pilihan itu.

~ Lonceng Kematian ~

Kamis, 20 Agustus 2009


Dini hari, ketika diri masih nyaman berselimut mimpi terbuai dinginnya pagi yang menusuk. Tiba-tiba Hp saya begitu nyaring berdering, mengalunkan irama sebagai tanda panggilan masuk dari No. yang tak saya kenal, Saya segera terbangun, bergegas meraih Hp yang berada tepat di samping tangan kanan saya. Saat itu jam di layar Hp menunjukkan pukul 02.45 Wib. Saya lalu bersegera mengapprove panggilan tersebut

“Assalamualaikum, ini mbak Agus yah?.”
Ternyata seorang wanita, suaranya terdengar sangat lemah dan parau.
“Wa alaikumussalam. Oh iya, benar. Maaf ini siapa yah?”.
Saya tak sama sekali mengenali suara itu.
“Mbak Agus ini Ibunya Dini.”
Suaranya wanita itu semakin parau terdengar. Iya, saya mengenalnya. Beliau adalah ibunya Dini : adik binaan saya di Rohis sebuah SMU di Pontianak. Sudah lama saya tak bersilaturahim dengan beliau dan juga Dini anaknya, tepatnya sejak saya pergi ke Yogyakarta 3 bulan yang lalu. Saya merasa heran atas telfonnya yang sepagi itu. Tapi lalu tanpa jeda yang lama, saya segera menanyakan kabarnya, dengan begitu antusias.

“ Oh Ibu, bagaimana kabarnya sekarang?, Dininya juga apa kabar?..Su...”
Rangkaian kalimat tanya itu belum terselesaikan, dan harus terpotong oleh suara di seberang telfon. Suara itu semakin melemah, tersekat seolah menahan tangis.
“Mbak, sekarang Dini sudah nggak ada, Dini meninggal mbak.”
Deg!!, hati ini tersentak kaget, saya hampir tak mempercayainya. Tapi saya sadar sepenuhnya dan tidak sedang bermimpi.
”Innalillahi wa inna ilaihi roji’uun.”

Hati ini kemudian luruh oleh rasa kehilangan yang teramat sangat. Saya tak lagi dapat membendung lara yang menghempas saya, tangis itupun pecah. Sepagi itu duka menyapa saya. Dini hari ini, DINI SEPTIASI PRATAMI, adinda saya yang pintar dan sholihat, telah pergi menghadap Rabb-Nya, di usianya yang belum genap 17 tahun. Hati saya kembali perih karna saya tak bisa memeluknya, mengecupnya untuk yang terakhir kalinya.

Pagi itu, saya kembali teringat dengan moment perpisahan kami. Saat-saat menjelang kepergian saya ke Yogya. Kami merangkai kebersamaan indah : mengabiskan hari itu ke toko buku dan mensinggahi sebuah masjid terbesar di Pontianak, lalu menutupnya dengan menikmati Es buah bersama hingga senja menjelang. Saya sengaja mendokumentasikan semuanya dengan kamera digital. Saya juga merekamnya dalam sebuah video. Sesuatu yang tak saya lakukan pada orang-orang lainnya yang juga akan saya tinggalkan. Entah mengapa, saat itu hanya moment perpisahan antara saya bersama Dini dan rekan-rekannya yang saya setting sesempurna mungkin. Satu persatu ’salam perpisahan’ mereka saya rekam. Kini saya mengerti kenapa saat itu Alloh menggerakkan saya untuk membuat sebuah video rekaman itu. Saya ingat ’pesan terakhir’nya saat itu : ”Mbak, jangan pernah putus asa yah, dan tetaplah istiqomah sampai kapanpun.”

Dini meninggalkan kesan tersendiri bagi saya. Saya selalu teringat senyum manisnya, dengan jilbab merah jambunya yang menjuntai ke dada, baju merah jambu serta rok kotak merah bata yang ia kenakan terakhir kali kami bertemu. DINI, begitu dini Alloh memanggilnya kembali. Saya yakin Allah lebih menyanyanginya. Saya yakin Dini kini tersenyum bertemu Rabb-Nya.

Dini hari itu, 3 hari menjelang ramadhan Alloh kembali menabuhkan ’lonceng kematian ’ untuk saya. Sebagaimana menjelang ramadhan di tahun-tahun sebelumnya. Lonceng itu selalu menyampaikan pesannya :

”Jangan biarkan waktu demi waktu bertambah. Tapi tidak membawamu pada titik surga. Sebab, itulah sesungguhnya akhir perguliran waktu hidupmu. Itulah titik akhir perjalan waktu. Karena setelahnya, detik, menit, jam, hari, bulan, tahun tidak pernah ada dan tak pernah berarti lagi.

¬ Betapa berharganya nikmat ’usia’ yang Allah berikan. Dan Ramadhan adalah anugrah teragung yang DIA berikan. Tak setiap kita bisa sampai padanya : Ramadhan Kariim. Selamat bagi kita yang diperkenan-Nya kembali berjumpa Ramadhan. Selamat menikmati jamuan ramadhan. Semoga ramadhan ini mampu menghantarkan kita ke syurga-Nya. Amiiin.


Rabu, 19 Agustus 2006.
Melepas kepergian adinda saya : Dini...

~ Ukiran Harap dari Jiwa ~


Berkata Ummu Mu’minin Aisyah ra : “Aku terbangun di pagi hari dan kudapati ilmu, iman dan ibadahku tidak bertambah, maka sesungguhnya pertambahan usiaku adalah kesia-siaan.”

Dua puluh empat tahun telah berlalu…
Setahun kembali telah menghilang dariku..

Rabb, sungguh aku mensyukuri semua nikmat dan karunia-Mu...
Atas semua anugrah terindah yang telah Engkau limpahkan padaku...
Atas cinta dan kasih sayang-Mu yang Engkau titipkan pada mereka,
Orang-orang yang yang hadir dalam hidupku...
Atas do’a Bapak dan Ibu yang selalu mengalir tanpa henti..
Atas rizki-Mu yang tak pernah terputus...
Atas ilmu-Mu yang selalu menaungiku..

Rabb, sungguh aku malu pada-Mu..
Atas setiap detik waktu yang terlalaikan...
Atas setiap kesempatan yang terabaikan...
Atas fitrah hati yang terkotori...
Atas aktifitas diri yang tak terjaga...

Rabb, aku masih hamba-Mu...
Yang hanya bisa mengharap belas kasih dari-Mu...
Sungguh aku memohon pada-Mu...
Atas dosa yang kian menggunung...
Ampuni aku dengan rahmat-Mu...

Rabb..yang maha membolak-balikkan hati..
Tetapkan hati ini pada agama-Mu dan ketaatan terhadap-Mu...
Rabb cintakan aku pada-Mu..
Rindukan aku pada saat-saat perjumpaan dengan-Mu

Jadikanlah indah pada akhir usiaku...
Kembalikan aku padaMu dengan jiwa yang bersih lagi tenang....
Syahid... syahidkan aku di jalan-Mu...
Amiiiiiiin...

14 Agustus 2009
Di 24 tahun usiaku kini.

~ Biarkan aku bernyanyi Bunda….~

Selasa, 21 Juli 2009


~ Biarkan aku bernyanyi Bunda….~


Dear Bunda dimanapun berada…..
Bunda, tempo hari ketika sedang berjalan-jalan. Saya sempat mendengar seorang anak yang berusia 3 tahunan menyanyikan lagunya Kuburan Band : “LUPA” dengan suara cadelnya : “ yupa…yupa…yupa yagi…yupa yagi airnya….” Maksunya pasti begini : “lupa…lupa…lupa lagi…lupa lagi syairnya…”…


MasyaAlloh…anak sekarang kok lebih sering melantunkan lagu orang dewasa yah Bun?? Habisnya di televisi kita nggak ada lagi program acara khusus lagu-lagu anak yah. Kenapa yah? Tapi program acara lagu-lagu dewasa? Jangan ditanya lagi deh...Buaanyak buangget!!! Di radio juga. Dimana-mana begitu. Akhirnya karna berulang-ulang mendengarnya, anak-anak kita jadi hafal deh liriknya. Kasihan bannget anak-anak kita Bun, nyanyi tapi nggak tau apa maksud lagunya. Baiknya mungkin kita harus rajin nyanyikan lagu-lagu anak buatnya yah Bun? atau kita perdengarkan dari kaset-kaset lagu anak-anak? Atau kita juga meminimalisir telinganya dari lagu-lagu orang dewasa?
Yang pasti Bunda jangan pernah memarahinya atau bahkan melarangnya saat ia sedang bernnyanyi lantunan lagu-lagu dewasa. Karna jika begitu bearti Bunda telah melanggar HAA atau Hak asasi anak-anak...(he..he..bercanda aja kok :))


Ehmmm.... ngomong-ngomong soal nyanyian anak-anak kita nih, Bunda tau nggak? Dari sebuah referensi yang saya dapatkan, Ternyata bernyanyi memiliki berbagai manfaat positif untuk anak-anak kita. Manfaat-manfaat positif tersebut yaitu Pertama, dengan bernyanyi ia akan belajar memahami konsep sederhana. Misalnya saja lagu Balonku, lagu ini akan membantunya untuk mengenal konsep pengenalan warna dan jumlah bilangan serta konsep pengurangan saat salah satu balon pecah.

Kedua, menyanyi akan menguatkan rasa percaya diri. Hampir semua anak kita suka bernyanyi kan Bun?? Berikan kesempatan padanya untuk bernyanyi. Hal ini akan menguatkan rasa percaya dirinya. Ia akan merasa mampu bernyanyi dan kelak tak akan malu untuk tampil di depan umum. Saat ini bernyanyi, berikan perhatian positif lewat pujian, ikut bersenandung, bergembira, sehingga ia merasa lebih dihargai dan lebih menambah rasa percaya dirinya.

Ketiga, menyanyi akan memperkaya kosakatanya. Selain itu ia akan lebih aktif bicara, Bunda. Sehingga kemampuan berbicaranya juga akan ikut terstimulasi. Jika dalam satu hari Bunda mengenalkan satu lagu sederhana maka setidaknya ia mampu menerima 5-8 kata baru.

Keempat, dengan menyanyi anak-anak kita akan menyelipkan gayanya sendiri. Perhatikan deh Bunda, ketika ia berjoget, bertepuk tangan, meninggikan atau merendahkan suaranya, memanjangkan pengucapan, bahkan ia akan bergaya seperti penyanyi sunguhan. Berikan kesempatan untuk melakukannya karena dengan begitu sebenarnya ia sedang menuangkan kreatifitas dan imajinasinya.

Kelima, bernyanyi akan membuat anak-anak kita lebih sehat Bunda. Kenapa? Karna saat bernyanyi ia akan menggerakkan otot-otot di daerah kepala seperti wajah dan leher bahkan seluruh tubuh saat ia bergoyang. Ini tentu akan menambah kebugarannya. Menyanyi juga akan membuat psikisnya lebih kondusif loh Bunda. Karena karena menyanyi akan selalu membuatnya senang dan terhibur. Tak hanya itu saja Bunda. Menyanyi pun dapat melatih kepekaan pendengaran, keteraturan bernafas juga melenturkan organ-organ bicaranya.

Keenam, bernyanyi akan membuat anak lebih aktif bergerak, sebab banyak lagu-lagu anak yang penuh semangat. Misalnya saat anak melantunkan lagu : ”aku seorang kapiten, mempunyai pedang panjang, kalau berjalan prok-prok-prok, aku seorang kapiten.” ia akan berjalan di tempat, lalu bertepuk tangan. Ini akan membuat ia lebih berani bertindak dan melakukan sesuatu.

Ketujuh, bila Bunda rajin bernyanyi bersamanya pasti Bunda akan merasakan lebih dekat dengannya kan? Karena itu Yuk sering-sering bernyanyi bersamanya dan menciptakan suasana yang menyenangkan dengannya!

Kedelapan, dengan bernyanyi Bunda bisa mengamati perkembangannya. Seperti perkembangan verbalnya, pendengaran, daya tangkap, motorik, peniruan, dan lainnya. Coba deh Bunda amati. Apakah ia meniru gerakan-gerakan yang Bunda contohkan?? Jika iya, bearti ia berkembang dengan normal Bunda..

Ehm....jadi ingat lagu favorit saya waktu kecil Bun...pasti Bunda kenal deh...

ambilkan bulan Bu...
ambilkan bulan Bu..
Yang selalu bersinar di langit....


Nah, lagu favorit Bunda waktu kecil apa?:)

Yuk Bun...bernyanyi lagi bersamanya. Biarkan ia mengenal lagu-lagu kecil kita dulu Bun.., Biarkan ia mengenal lagu-lagu baru dari bibir manis Bundanya....Bukan dari Kuburan Band, bukan dari D’ masif dan lain-lain. Setuju kan?!


Kaliurang, 20 Juli 2009

~ Kok, Berbohong Nak…?~


~ Kok, Berbohong Nak…?~

Di sebuah kelas seorang anak mengadu kepada Ibu Gurunya, Hana baru saja meniggalkan kelasnya karna harus ke kamar kecil. Tapi sekembalinya pensil yang tadi diletakkan di dekatnya hilang.

“Bu…., Pensil baru Hana hilang….”
“Tadi diletakkan dimana Nak?
“ Di sini Bu, di dekat buku Hana “
“Huuuu..hu….Hana mau pensil Hana…”
Hana terus merengek kehilangan pensilnya.
”Anak-anak Ibu, ada yang lihat pensil Hana nggak?”


Seisi kelas sibuk mencari-cari pensil baru Hana tersebut. Tapi tidak ada yang berhasil menemukannya.
”Coba lihat tasnya masing-masing, mungkin terselip di tasnya”
Setelah memeriksa tasnya masing-masing semuanya kompak menjawab :
”Nggak ada Bu...!!”
”Baik ibu percaya, anak-anak ibu smuanya jujur, karna anak jujur disayang Alloh”.


Sang Ibu sebenarnya menemukan satu wajah ”cemas” pada salah seorang anak. Tapi ia menunggu saat yang tepat. Saat semua anak-anak istirahat, Sang guru memeriksa tas seorang anak berwajah ”cemas” tadi. Ia menemukan pensil tersebut.

Ehm...kenapa anak tadi sampai berbohong kepada guru dan teman-temannya yah Bunda??
Kemungkinan besar hal tersebut terjadi karena adanya faktor pendorong dari diri anak. Mungkin ia menginginkan sebuah pensil baru tetapi orangtuanya tidak mau memberikannya. Atau mungkin karena si anak ingin mendapatkan perhatian lebih atau bisa jadi karena faktor lingkungan di rumah, sekolah maupun masyarakat yang membentuk karakter dan sifat tidak jujur pada anak. Benar nggak Bunda??
Nah, di bawah ini ada beberapa tips khusus untuk Bunda, agar bisa mencegah kasus-kasus seperti di atas terjadi, ada beberapa hal yang perlu Bunda perhatikan dalam pertumbuhan anak, di antaranya :

1. Ajarkanlah anak arti dan nilai kejujuran sejak kecil dengan memberikan contoh dan akibat yang bisa terjadi dari kebohongannya. Jika kebohongan sudah terlanjur terjadi, jangan hukum anak dengan keras tetapi Bunda harus membantunya untuk memperbaiki sifatnya agar tidak berbohong lagi. Contoh pada cerita di atas, Guru harus menyuruh dan menemani anak didiknya untuk mengembalikan pensil yang telah diambilnya. Bantu anak untuk memperbaiki kesalahannya dengan belajar untuk meminta maaf atas tindakan yang telah dilakukannya.

2. Jangan pernah mencaci ataupun membentak anak karena kebohongannya. Bunda bisa membuat pernyataan dan kalimat-kalimat yang baik yang memberikan kepercayaan Bunda dan juga pernyataan bahwa hal yang telah dilakukannya adalah sesuatu yang salah. Contohnya : "Bunda tahu nanda bukan seorang pembohong dan seorang yang suka mengambil kepunyaan orang lain, tapi mengapa nanda mengambil sesuatu yang bukan kepunyaan nanda?" dan seterusnya.

3. Ciptakan suasana lingkungan keluarga yang terbuka. Hal ini akan membuat anak terbuka dan tidak takut untuk mengemukakan pendapat dan perasaannya kepada orangtua maupun saudaranya, sehingga tidak ada hal yang ditutupi oleh anak.
Bunda, Tips di atas insyaAlloh dapat membantu anak untuk belajar jujur dan menuju proses menghargai diri sendiri serta orang lain dalam pertumbuhannya menjadi seorang remaja dan dewasa.Semoga.......!



Kaliurang, 20 Juli 09

~ Petualangan Anak Dare' Part 2..~


~ Petualangan Anak Dare' Part 2..~


“Mba’, besok kita mau jalan ke hutan wisata kaliurang, tuh di kaki gunung Merapi, ikut nggak?”

“Wah ..ikut dunk fren…!”
(biar flu berat ini belum sembuh-sembuh amat, biarin deh…yang penting bisa liat hutan merapi, titik)


Pagi hari…..ketika matahari sepenggalah, waktu dhuha gitu…petualangan kami siap dimulai. Kali ini petualangan nggak lagi by on foot, tapi by motorcycle. Para dare’ sudah naik kelas, eh maksudnya para dare’ sudah dapat fasilitas.

Sesaat sebelum berangkat, ternyata perlengkapan ada yang kurang. Helm ganda kurang satu. Nggak ada helm, so pasti petualangan nggak bisa dimulai.

”Papiiiiii....!!!”, eh salah deh...” Bapakkkk!!!”
”Eh...Bapak kost, nuwon sewu nggih, mau pinjem helm....nih...”


Dan Alhamdulillah dapat pinjeman helm …tapi alamak!! Helmnya ma emang helm standar,hitam kinclong lagi, ...tapi kaca depannya itu loh...ga’ ada...,
Ist OK lah…tenang aja..petualangan kudu tetep jalan…Maafkan daku helm…cukup ku peluk saja helmnya…bukan apa-apa, daku Cuma nggak siap jadi pelawak jalanan dadakan. cuma ntar klo ada om polisi baru deh di pake.

Lengkaplah sudah penderitaan…..ups maksudnya lengkaplah sudah perlengkapan, petualangan anak dare’ mencari merapi part 2 dimulai.

Kali ini 3 motor bebek benar-benar berbaris seperti bebek…mengikuti setiap lekuk tubuh kaliurang, menaiki tanjakan, menuruni menaiki lagi begitu seterusnya….berbelok kanan dan kiri, meliuk-liuk hingga tibalah di sebuah tempat yang sekian lama telah menunggu kehadiran kami : taman wisata kaliurang : Telogo Putri. Wah Subhanalloh asri banget euy alamnya!! Meski Pontianak banyak hutannya, tapi yang seperti ini, Nggak punya deh.

Ada 2 pilihan wisata yang disajikan telogo putri : pertama, kolam renang Telogo putrid (asal muasal namanya, konon karna pada jaman dahulu kala para putri keraton mandi di situ, dan air yang ada di kolam renang memang berasal dari sumber mata air alam : telogo).

Kedua, wisata pendakian bukit. Ada bukit kurang lebih setinggi 1-1,5 km dari permukaan tanah, dari puncak bukit tersebut kita bisa melihat keindahan merapi lebih dekat. Sebab oleh di Pontianak sudah sering berenang di sungai Kapuas (sapa tuh yah?). Maka kami memilih wisata yang kedua.



Lalu dengan sepenuh cinta di hati (cinta ama siapa yah?), dan sepenuh tenaga di tubuh (yang ini emang bener fren), kami menapaki satu demi satu anak tangga yang akan menghantarkan kami ke puncak bukit tersebut.


Nafasku tersengal…mulutku terpaksa ku buka lebar-lebar…hu..ha…hu..ha..ha….hu…, gawat nih hidungku masih mampet…kepalaku masih sedikit puyeng….mendaki bukit dengan kemiringan 65 derajat sejauh 1 km…serasa berkilo-kilo…
Ingin rasanya berteriak : “Friend, please deh….aku masih sakit!! Qta ga’ usah nyampe puncak yah?!..Please…..,” tapiiii…malu deh klo’ harus ngaku begitu…Jaim dikit dah…biar deh nguat-nguatin diri, : aku bisa!!!!...dengan tenaga yang tersisa, aku ngeringsek ke depan…”minggir!! Minggir!!!, : lady first…?!”
Hah…emang yang lain apa?! Ha..ha…ha..! dengan sepenuh hati, ku naiki tangga-tangga terakhir yang menghantarkanku ke puncak bukit.


YEESS!!! Nyampe!!! Alhamdulillah….!!!....beneran deh rasanya mau pingsan, andai ga’ ada orang lain di situ, pasti rebahan deh..suer deh!! tapi demi mempertahankan citra diri...(lagi-lagi jaim……, malu dunk… : ini rahasia perusahaan…he...he..)

Syukur deh ada ibu2 yang jualan air minum…
“Bu..please deh perlu energi nih!!!, brp bu ?! “
“5 ribu mba “
“Busyett dah, mahale Bu…”


Tepat di atas bukit ada sebuah bangunan semacam menara, 2 tingkat. Jika kita naik ke atas menara tersebut, maka kita bisa lebih leluasa melihat Merapi yang ada di hadapan bukit tersebut, atau seminimalnya kita bisa melihat panorama alam di bawah bukit tersebut. Hanya tiga orang teman yang berhasil naik ke menara tersebut, semntara aku dan sisanya merasa cukup puas sampai di atas bukit tanpa harus naik ke menara tersebut. (Habisnya menaranya tinggi, tacuuuuuut).


Setelah mendapatkan energi kembali, petualangan dilanjutkan. Saatnya menuruni bukit. (Gue paling demen nih, gampang banget turunnya...., cepeeeeet....he..he..).
Upacara penurunan bukit berlangsung dengan aman dan lancar. Acara dilanjutkan dengan makan bakso bareng. Lalu terakhir : zuhuran dunk!!!

Habis zuhuran di musola, qta masih asyik natapin pepohonan yang gede-gede di sekelilingnya, wah di deket musola tuh banyak monyet-monyet yang bebas berkeliaran…

Lagi asyik natapin monyet-monyet yang lucu abizzz, eh si emi teriak-teriak …
“Mba’ Agus!!! Jangan manjat pohon!! Ntar jatuh!!,”
Busyett deh, tuh anak , moso kalem-kalem gini, disamain ama monyet!! Ga’ sopan bgt deh….awas loh…
Spontan pas lihat beberapa monyet yang lagi asyik makanin pisang pemberian pengunjung, langsung deh kreatif : saatnya melakukan serangan balik.
“eh…Emi doyan banget ma pisang…biasanya ga’ mau!!,, kelaperan yah?? ”
Tuh anak langsung nunjukkin muka tengsin..Horeee!!! 1 sama deh..: draw..!

“Wah saudare-saudare, sekarang saatnya pulang…., coz orang sewaan qta nih Cuma bisa sampe jam segini nih...jam 2 dah ada agenda !!”(nggak sopan banget yah, moso teman kami yang yogya asli, yang bela-belain jadi guide buat kita, dibilang orang sewaan)

“huuuu….cepet bgt sih…...qta belum mau pulang nih!!
”apa mau dikata fren...., kata aja tak mau apa-apa..”


Akhirnya petualangan anak dare menemukan merapi THE END....:)

16 Juli 09
@ Kaliurang

~ Petualangan anak Dare, Part 1 ~


~ Petualangan anak Dare, Part 1 ~

Menjelajahi semesta….
Awal hari,... Matahari baru saja memancarkan sinarnya...burung-burung baru saja mulai bernyanyi..dan merapi masih terselimuti kabut...dan diantara teman-teman kost yang masih tertidur lelap dibuai mimpi-mimpinya...dan orang-orang yang lagi pada nabung di WC (eh, bener kan? Sebagian manusia klo pagi-pagi tuh suka nongkrongin WC..he...he...). Saya dan ketiga orang teman saya (dare pontianak) telah berdiri dengan manis dengan mengenakan kostum ’alakadar’nya..

Pagi ini kami telah siap memulai ”Petualangan Merapi”.
Yups sebagai mana hasil musyawarah tadi malam, kami sepakat memulai petualangan hari ini.......Garis start tepat di Kaliurang km 14,5 tepat posisi istana kami kokoh berdiri tegak ( kost kami beh...). Siap grak!!! Maju jalan!!!
Menyelusuri jalanan kaliurang dan melihat merapi lebih dekat. Karena sebagaimana kata pepatah tak kan lari gunung di kejar, maka kami tak kan mengejar-ngejarnya..tapi mendekatinya saja, ..he..he...Lagian ngapain juga main kejar-kejaran ama gunung : ”Cape’ deh!!!

Meski dengan ’kampung tengah’ yang masih kosong tapi berbekal semangat 45’ tim kami terus berjalan ke atas dan sepakat tidak akan kembali kecuali jika kaki-kaki kami tiba-tiba protes : ”yang bener aje mo’ jalan terus-terusan...cape’ tau...please dunk ah !!!”

Tu..wa...ga... Pat...( ce ile..ini mah lagunya project Pop), maksudnya perlahan tapi pasti kaki-kaki kami terus menapaki jalan Kaliurang yang kian menanjak menuju Si Merapi yang telah setia menunggu kami. Tau nggak saudare-saudare? Jalanannya tuh sempit banget, terusnya arus kendaraan tuh nggak ada yang lelet : ngebut smua !, Nah kita kan takut ketabrak gitu...(maklum kami adalah pasukan yang belum rela mati, habisnya belum ada yang nikah je’...eh salah maksudnya amalnya masih sedikit gitu, alias masih banyak dosanya.:)). Jadinya agar hayat tetap dikandung badan, seringkali kita musti jalan seperti bebek, alias jalan satu-satu mirip bebek yang lagi jalan tuh.(meski urusan mati tuh udah di atur dari sononya, tapi kan kita kudu ikhtiar yah? Bener nggak fren?). Jadinya nggak ada istilah gandengan-gandengan gitu, kecuali gandengan ama angin yang sejuuuuk bgt.

Nah, terusnya supaya satu sama lain nggak ada yang ketinggalan, alias agar stabil jalannya. Maka langkah kita kudu dikompakin persiis seperti tentara yang lagi latihan : Kanan!! Kiri!! Kanan!! Kiri!!! (he...he..kebayang nggak ribetnya?)

Ketika perjalanan kaki sudah menempuk radius 600 meter, salah satu temen saya teriak : ”Wahh...jambu biji...i mis u...,” Gawat nih barisan pasukan bebek pun hancur, demi melihat buah jambu biji yang bergantungan ranum di tepi jalan.....: ”ehmm..kepingin bgt deh ”. Parahnya lagi salah satu syetan berhasil membisiki salah seorang temen. ”Eh Fren, ini milik umum kali yah?, ambil Yuk?.” Gubrak!!! Kasihan banget deh dia, mana ada pohon buah yang milik umum, adanya mah tanaman hias yang di tengah-tengah jalan tuh, lagian moso hari gini masih belum tau juga, dimana-mana nyuri kan dosa, mulai dari guru TK sampe dosen sampe pengemis dan pemulung juga tau tentang hal yang satu itu.

” Hiii..! sereem ah girl, ntar digebukin orang sekampung loh. Terus ntar dikoran-koran tuh tertulis :” satu mahasisiwi UII asal Pontianak tewas dihakimi masa, gara-gara mencuri jambu biji.” ...ah nggak lucu banget deh!!, masih banyak jalan biar kita jadi terkenal . Laper sih laper fren, tapi dosa mah tetep dosa tau!!”
”Lanjut Yok...!! Petualangan must be go on!”
” Kasihan tuh merapi, dah dari kemarin-kemarin nungguin qta orang nih...”


Pasukan bebek pun melanjutkan petualangannya, tapi kali ini nggak jalan bebek lagi. Tapi berganti posisi : dua-dua. Dah bosen jalan bebek(sebenarnya sih karna angin gunung semakin terasa dingiiiin, nah klo gandengan kan lumayan hanget gitu.). Nah memasuki radius 1,5 km dari start awal kita menemukan keramaian alias sebuah pasar pagi yang lumayan geudee. Sampe di sini pasukan bebek dah hampir kehabisan tenaga. Lagu keroncong dari dalam perut semakin nyaring terdengar. Dan yang paling penting kita dehidrasi juga. Akhirnya pasukan bebek memutuskan untuk singgah di warung kecil yang menjual berbagai gorengan plus ada satu bungkusan berukuran sedang. (ehm..isinya apa ya?)

”Pak ini apa?”
”Nasi kucing, Mbak ...”
”Wah kita nggak melihara kucing Pak, nasi manusianya ada nggak?”
”!!!!!????...., nasi kucing bukan untuk kucing mba, ini buat manusia, Cuma isinya nasi ama sambel doank : dikit lagi, makanya namanya nasi kucing.....”
”OOOOOOOOOOOOOOOOOOOoooooooooooooooooooooooooo”
(malu deh gue...)
” Nasi kucingnya satu Pak...”


Semua pasukan bebek sepakat makan nasi kucing plus air putih, beristirahat sambil mengatur strategi petualangan selanjutnya. Eh satu anggota pasukan lagi puasa, awalnya kuat-kuat aja. Tapi setelah diprovokasi oleh pasukan lainnya (kisahnya waktu rasulullah puasa sunah, trus di hidangi makanan, maka beliau membatalkan puasanya). Akhirnya ia memutuskan ikut menikmati nasi kucing (ngaku aja fren, emang kepingin buka sejak liat jambu tadi...he..he...)

”Pak merapi berapa kilo lagi yah?”
”Wah masih jauh mba’..sekitar 9-10 km lagi..”

”Gedubrak!!!! Mampus deh kita fren !!”
”Petualangan kita cukupkan sampe disini...”
”Petualangan to be continue...”
”Siap!!!! Kita pulang aja deh…..”


Akhirnya petualangan pasukan bebek menemukan merapi harus kandas di tengah jalan.
Dengan semangat 45 pasukan bebek menuruni jalanan kaliurang dan kembali ke istana tercinta.

”Tapi oooh my God!!!”
”i’m sorry.......i must see it..”


Di perjalanan pulang kami menemukannya : Lelaki tanpa busana, tanpa kain yang menutupi bagian-bagian ’rawan’ tubuhnya. MasyaAlloh, pamer niaaan!, Dia menunjukkan semua ciptaanNYa yang begitu apik dan Rapi tanpa malu....Dasar orang gila...Naudzubillah...
Merapi tak kami temukan tapi....Mas Rapi kami temukan...................gggrrrhtttzzzzz...


Memory, awal Mei 2009
@Kaliurang nan Permai.

~Kecelakaan itu,menguatkannya..~

Minggu, 19 Juli 2009

~ Kecelakaan itu, semakin menguatkannya...~

Suatu malam di tahun 2001, sekitar pukul 23.00 wib, Ia pulang dari tempat kerjanya, seperti biasa. Ia memang bekerja malam karna paginya ia juga menjadi mahasiswa di salah universitas swasta di Pontianak. Malam itu ia mengendarai motornya dengan kecepatan normal : 50-70 km/jam. Jalanan malam memang sepi. Wajar, jika beberapa pengemudi kendaraan seringkali menaikkan kecepatan kendaraan mereka. Hanya ada beberapa kendaraan yang ditemuinya. Hingga kemudian secara mendadak sebuah mobil sejenis JEEP yang datang dari arah berlawanan menabraknya. Tak sama sekali bisa mengelak. Motornya nyangkut di bawah bemper mobil depan. Malangnya sopir mobil tersebut tak sama sekali menghentikan kemudinya. Ternyata sopir tersebut tak menyadarinya dan baru tersadar ketika beberapa orang yang mengetahui kejadian tersebut (mereka tau karna terdengar suara gesekan yang sangat keras, antara besi-nesi motor dan aspal jalan) mengejar mobilnya dan meneriakinya agar berhenti. Miris banget!!.Mobil itu baru benar-benar berhenti sekitar 600 meter dari tempat kejadian awal. Bayangkan?! Ia dan motornya terseret sejauh 600 meter !!

Situasi pun menjadi ramai, karna tempat kejadian memang dekat dengan pemukiman masyarakat. Masyarakatpun memberikan beberapa pukulan terhadap sopir tersebut, tapi selidik punya selidik, ternyata sopir tersebut dalam kondisi mabuk. Syukurnya masyarakat masih mempunyai ”maaf” untuk sang sopir. Proses ”penghakiman masa” itu lalu dilanjutkan ke kantor polisi. Tapi masyarakat yang masih terbakar amarah lalu beramai-ramai membakar mobil tersebut. Hangus dan tamatlah riwayat kendaraan beroda empat yang tak tau diri itu.

Lalu bagaimana dengan kondisinya?? Dengan kondisi kecelakaan yang sedemikian hebat, masyarakat bahkan mengira ia telah meninggal jika tidak mungkin ia akan meninggal di RS. Tetapi Alloh membuktikan kekuasaanNYA. Ia selamat, darah hanya keluar dari luka terparahnya, di bagian tungkak kaki yang tertimpa motor dan bergesekan dengan aspal sejauh 600 meter. Bagian lainnya tak sama sekali mengalami luka luar. Kepalanya aman karna terlindungi oleh helm gandanya. Sementara punggungnya yang bergesekan dengan aspal hanya mengalami luka gores karna juga terlindungi oleh jeketnya yang tebal. Ia lalu dibawa ke rumah sakit dalam kondisi yang tak sadar dan baru sadar 3 hari kemudian. Tapi ia tak sama sekali dapat menggerakkan anggota tubuhnya kecuali mata, lidah dan kedua bibirnya. Meski hanya sebelah kakinya yang patah. Operasi pun dilakukan, untuk memasang pen di kakinya.

Ia diizinkan pulang dari RS sekitar 2 pekan kemudian. Ia lalu menjalani rawat jalan di rumahnya. Tapi sebulan kemudian, selama sepekan ia harus dirawat kembali di RS, karena luka kakinya mengalami pendarahan hebat. Setelahnya ia kembali dirawat di rumah, dengan kondisi lumpuh total selama 2 tahun. Ia kehilangan kesempatan untuk melanjutkan kuliahnya, kehilangan pekerjaannya, bahkan ia kehilangan ’dunia muda’nya.
Sekian lama ia merasa sepi, hanya ada ibunya yang setiap saat selalu menemaninya, demikian juga dengan keluarga kandungnya yang lain. Awalnya teman-temannya masih sering mengunjunginya, tapi lambat laun mereka justru tak pernah datang kembali, sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing.

Awalnya ia merasa sulit menerima semuanya dan selalu merasa sendiri dalam ketidakberdayaannya. Perasaan kecewa, sedih, dan menyesali keadaan menemani hari-harinya selama beberapa bulan. Tapi kemudian ia justru merasakan kasih sayang NYA. Ia merasakan sentuhan-sentuhanNYa dalam kehidupannya. Ia merasa bahwa Alloh semakin dekat di hatinya. Lalu ia pun semakin tunduk terhadap ketentuanNYA. Hari-harinya kemudian penuh dengan ketawadhuan dan kekhusyuan ibadah kepadaNYa. Ia semakin sering menghabiskan waktunya dengan bacaan-bacaan islami. Sesuatu yang sebelumnya sangat jarang ia lakukan. Kian hari motivasinya untuk sehat semakin kuat. Ia semakin optimis untuk kembali bisa menggerakkan semua anggota tubuhnya seperti sedia kala.

Setiap hari setiap waktu, ia berusaha menggerakkan kaki dan tangannya. Mengikhtiarkan dengan sepenuh hati dan sepenuh harapan terhadapNYA. Meski awalnya tampak mustahil, tak ada respon sama sekali dari tubuhnya. Semua begitu sulit untuk digerakkan. Tapi 2 tahun setelah itu, sedikit demi sedikit jari-jari tangan dan kakinya mulai bisa digerakkan. Ia bersyukur dan semakin yakin bahwa suatu saat ia juga akan mampu mengerakkan semuanya. Hari ke hari ia terus mencoba dan mencoba.....! Hingga sekitar 5 tahun setelah peristiwa itu, Alloh mengizinkannya kembali berjalan menapaki bumi. Meski masih dengan menggunakan kruk dan tak sesempurna dulu. Tapi itu sebuah prestasi yang luar biasa!! Sebuah prestasi atas kesabarannya !! Sebuah prestasi atas harapannya yang tak pernah pupus!!! Sebuah prestasi atas ”nrimo”nya terhadap ketentuannya!!


”Abang menyesali semua keadaan tersebut??”
”Tidak sama sekali, justru abang mensyukuri semuanya, ada banyak hikmah yang Alloh bentangkan.”
”Abang ga’ membenci sopir itu?”
”Tidak sama sekali..., sejak lama abang sudah memaafkannya. Semua sudah ditentukannya. Jadi tidak seharusnya ada yang disalahkan..”


Ia adalah sahabat saya. Tempat saya berkaca diri. Lelaki yang begitu kuat dan tegar. Lelaki sholeh. Lelaki yang kesabarannya tak berbatas. Saya mengenalnya dari sebuah radio dakwah. Kami sama-sama menyukai salah satu program radio tersebut : Pena muda. Sebuah program yang membuat pendengarnya aktif menulis, terutama puisi islam. Dan Ia adalah salah satu pendengar yang aktif membacakan puisi-puisinya. Sebelum mengetahui kisah hidupnya, Seringkali puisinya membuat saya menangis. Karna memiliki makna yang begitu dalam. Alhamdulillah kemudian Alloh mempertemukan saya dengannya. Saya dan beberapa teman mengunjunginya. (karna fisiknya, hingga kini ia masih belum beraktifitas di luar rumah) hingga lalu ia menuturkan kisahnya dengan begitu tegar.

Sejak saat itu...setiap kali mengingatnya, saya merasa tertampar. Sebab oleh nikmat sehat yang sering terlewatkan begitu saja. Sebab oleh jarang mensyukuri pemberian dariNYa. Sebab oleh ibadah saya jauuuh dari sekedar baik darinya meski tak ada kondisis fisik yang membatasinya.

Sejak saat itu, saya kembali meyakini bahwa segala sesuatu yang kita miliki hanyalah sekedar titipanNYA...dan setiap kita harus siap jika kemudian titipan itu kembali diambilNYA. Semoga Alloh senantiasa menguatkan akar keimanan kita. Agar kita mampu menghadapi sgala sesuatu yang tak sama sekali kita inginkan. Amin..


Aku berjalan mengitari cakrawala…
Bawa seratus luka, kantongi sejuta bintang…
Ku daki jurang terjal di antara seribu bunga bertabur duka…
Saksikan segudang peristiwa, membasuh pedih dengan selaksa airmata..

Tuhan...dengan angin, hembuskanlah nafas kekuatan....
Agar bisa kupecahkan karang belenggu pada ranting-ranting yng rapuh.
Kabarkanlah do’a, yang dengannya ku buka 7 pintu langit-Mu..
Dan akan ku masuki bingkai ruang bertabur cinta ...
Dengan aroma keharuman malaikat subuh...
Merajut bahagia berbenang do’a dalam rangkaian hari-hari dengan satu harapan....
Bunga yang ku tanam di kening pagi, ku harap mekar di dada siang...
Dan akan ku petik hingga waktunya di kaki senja nanti....

(Oleh dia, 22 Februari 2009)



Memory, 14 Ramadhan 1429 H

~ Ayah..Tidak Hanya Bunda kan??? ~

Kamis, 02 Juli 2009


Ayah..Tidak Hanya Bunda kan???

Setiap anak yang lahir ibarat gelas kosong dan bening yang harus di isi dengan air oleh orangtuanya. Air inilah yang akan membentuk karakter, kepribadian, pola fikir. Dan pola sikap anak dalam mengarungi kehidupannya...”

“Bun.., kok nilai Zaffa pas-pas san begini sih?, makanya lain waktu Bunda harus lebih intens lagi dunk dampingin belajarnya…!!”

“ Bunda…kok tadi Zaffa begitu sih?, kan ga’ sopan, ayah kan malu dengan tamu kita tadi..., emang di sekolahnya ga’ diajarin yah? Bunda juga ga’ pernah ngajarinnya?”

“ Bunda…!!, nih si ade minta bacain buku cerita, tugas kantor ayah numpuk nih, Bunda aja deh yang bacain, lagian kan biasanya memang dengan bunda.”

Demikianlah ayah Zaffa sehari-hari. Selalu saja menyerahkan semua urusan Zaffa kepada istrinya : bunda Zaffa. Ia merasa bahwa tugas utamanya sebagai seorang ayah adalah menafkahi istri dan anak-anaknya, sementara segala urusan rumah tangga dan urusan anak adalah tugas istrinya.

Ayah Zaffa tentu tak sendiri, ada banyak ayah di masyarakat kita yang juga berfikiran sama sepertinya. Mereka melakukan pembagian wilayah tugas, tugas ayah adalah mencari nafkah dan karena itu sebagian besar waktunya ia habiskan di luar rumah, sementara ibu bertugas mengurusi dan mendidik anak karena punya banyak waktu di dalam rumah.

Dalam majalah Ummi edisi 02/XXI Juni 2009, Dr. H. Ahzahmi Sami’un Jazuli, MA., seorang dosen pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatakan bahwa pada dasarnya dalam Islam tidak ada pembedaan di antara ayah dan ibu dalam tugasnya mendidik anak-anak mereka. Hanya bedanya tugas ayah menjadi lebih berat karena dia memikul juga tugas-tugas lain di luar rumah, seperti mencari nafkah dan berdakwah. Sementara peran ibu dalam pendidikan anak justru dapat dikatakan sebagai mitra bagi para ayah.

Ayah dan ibu harus saling bekerjasama dalam pendidikan anak. Peran keduanya tidak bisa dilepaskan begitu saja. Sekalipun sang ayah sudah memenuhi kewajibannya mencari nafkah, hal itu tidak serta merta menggugurkan kewajibannya dalam mendidik anak, sehingga harus menyerahkan semua pendidikan anak hanya kepada seorang ibu. Orangtua juga tidak boleh sepenuhnya menyerahkan urusan pendidikan anak-anaknya ke sekolah. Kewajiban utama mendidik anak tetap ada di orangtuanya. Keberadaan sekolah hanya bersifat sekedar membantu.

Bagaimana dengan orang tua yang mengabaikan hak pendidikan anaknya??Ahzami merinci beberapa ancaman yang akan diterima orangtua tersebut.
Pertama, bisa berupa ancaman dunia. Jika orangtua tidak bisa mendidik anak dengan benar, maka anak yang tadinya nikmat dan anugrah Allah swt, bisa berubah menjadi fitnah atau ujian.
Kedua, Orangtua akan ditanya oleh Allah terkait anak. Karena anak adalah titipanNya. Jadi bila anak berbuat maksiat, orangtua terancam tidak masuk syurga.
Ketika anak disia-siakan atau tidak dididik dengan baik maka orang yang paling bertanggung jawab adalah orang yang paling menyia-nyiakan anaknya itu, yang tidak peduli pada anaknya.

Nah jadi, ayah bunda yang budiman, baik ayah maupun bunda sama-sama memikul tanggung jawab untuk mendidik anak-anak kita, agar mereka menjadi hamba yang Rabbani yang mampu memenuhi segala tuntutan hidup yang datang pada dirinya. Semoga setiap kita akan sukses mendidik anak-anak kita...Amiin..^_^

Kaliurang, 2 Juli 09.

~ Cinta yang Tak Sederhana....~


~ Cinta yang Tak Sederhana....~

Aku ingin mencintaiMu dengan sederhana :
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaiMu denganya tiada sederhana :
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikan air kehidupan
(21 Mei 2009)


Saya menemukan deretan kata tersebut dalam diary saya. Entah dari buku mana saya mengutipnya, satu hal yang pasti. Rangkaian kata tersebut, kembali membuat saya merenung : berhenti sejenak. Mencoba menelisik ke dalam hati hingga relung-relung yang terdalam. Mencari satu kata dalam jiwa.

C i n t a..........
Yups...Cinta......!!,

Hati ini sering terbeli oleh orang yang berbuat baik kepada kita. Itulah cinta..., Cinta yang membuat saya ringan berbuat bahkan berkorban. Saya cinta kepada orangtua yang sudah banyak memberi kebaikan. Saya pun Cinta kepada siapa saja yang membuat kita mendapatkan nikmat kebaikan. Tapi sesungguhnya semua sumber kebaikan adalah hanyalah dari Alloh. Sedangkan makhluk hanyalah jalan nikmat yang Dia berikan. Maka sesungguhnya kepadaNya lah saya harus jatuh cinta. Maka sesungguhnya cinta sejati adalah kepada sumber kebaikan, sumber segala kebahagiaan dan kenikmatan yang sampai kepada saya. Dia lah Alloh yang maha pecinta, Dia lah yang layak saya cintai dengan sepenuh hati.

Dalam senyapnya malam
Dalam gundahnya hati
Aku mencari makna sebuah cinta yang hakiki

Dalam raga terlena..
Resah hampanya jiwa....
Akhirnya ku temukan satu cinta di atas cinta
Fitrah manusia mencintai dicintai...
Setiap insan mengalami tentang rasa cinta

Kadang cinta bahagia
Kadang cinta jadi menderita
Kadang lupa segala-galanya
Karna itu kembali padaNya

Cinta kawan yang tak sepadan,
Cinta guru yang tak berujung,
Cinta ibu bapak tak terbalas diberikan sepanjang jalan..
Cinta Rasul bagaikan air, mengalir kepada umatnya
Cinta Alloh sebuah misteri bagi setiap hamba-hambaNya..
(cinta di atas cinta, The Fikr)

Ah...sungguh betapa malunya diri ini terhadapNYa. Setelah sadar begitu rapuhnya hati memanage satu kata itu : cinta...Astagfirullah......

Kaliurang, 2 Juli 09
Ketika menekuri perjalanan waktu...

~ Juni Terindah baginya...~


~ Juni Terindah baginya...~

Ahad, 14 Juni 2009
Hari yang begitu menyejarah baginya : mba’ ku yang sholihat. Hari yang menjadi saksi atas genapnya dien dua jiwa. Hari bahagia yang menghalalkan ikatan cinta antara 2 hati. Hari yang pernikahannya....., Alhamdulillah......

Dua hati menyatu kini..
Di dalam ikatan yang suci, ntuk mengikuti sunah nabi..
Berharap ridho Ilahi..
Semoga akan terciptakan keluarga penuh kasih sayang
Seperti yang pernh disampaikan Rasulullah tentang keluarganya.

Saat dua hati berjanji …
Tuk arungi hidup di jalanNya..
Alloh kan berkahi mereka
Kala dalam do’a, kala dalam asa.

Menjadilah mentari bening pagi terangi bumi terangi hati
Menjadilah keheningan malam, kala berjuta insan larut dalam do’a
Selamat datang di duniamu yg baru... terhanturkan do’a : semoga bahagia...^_^

Barokallahu laka wabaraka’ alaika wa jama’a bainakuma fii khoir (semoga Alloh mencurahkan keberkahan atasmu dan semoga Dia mempersatukan kamu berdua di dalam kebaikan). (HR Ahmad, Tirmidzi, Hakim, Ibnu Majah dan Baihaqi).


Pontianak, Juni 09.
Untuk kesekian kalinya aku menangis bahagia......

Bunda ...Sabar Dong....!!!

Sabtu, 27 Juni 2009


Bunda....Sabar Dong !!

"Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan." (Dorothy Law Nolte)


”Syifa!!!!, mainnya udahan dunk Nak...!!!,
“Memangnya kamu ga’ capek main melulu tiap hari?”
“Memangnya bunda ga’ capek ngomel terus tiap hari?”
” Syifa!! Klo Bunda bilangin, dengerin!, jangan bawel!!”

” Aduh......kamu main apalagi sih??”
” bisa ga’ kalau ga’ pakai berisik?”
”Tapi aku mau main Bun...”
”Sekarang diam!!!’ bunda capek, mau istirahat...“

Demikian salah satu potongan dialog antara Syifa dan bundanya pada suatu hari. Bagi bunda Syifa, ga’ ada satu hari yang terlewat tanpa emosi, katanya Syifa selalu sulit diatur. Sementara Syifa selalu bilang, kalau bundanya seringkali nyebelin. Karna terlalu sering menuntutnya melakukan ini dan itu. Ehmm...sebenarnya, siapa yah yang salah?

Ketika kecil dulu, anda pernah ngerasa jadi Syifa??...atau malah sekarang setelah dewasa dan berkeluarga ngerasa jadi Bunda nya Syifa??..Ehm...jangan deh yah...

Taukah anda bahwa bentuk penerapan disiplin yang terlalu keras pada anak -- yang biasanya dilakukan orang tua yang masih muda usia -- sebaiknya jangan dilakukan. Sebab bisa mempengaruhi mentalnya di masa mendatang.??? Begitulah kesimpulan hasil sebuah survei tentang orang tua dan perilaku agresif terhadap anak yang dilakukan oleh Murray Straus, seorang sosiolog dari University of New Hampshire terhadap 991 orang tua.
Menurut survei tersebut, membentak dan mengancam adalah bentuk paling umum dari agresi yang dilakukan orang tua. Dibandingkan tindakan yang lebih ekstrim lagi, seperti mengancam, memaki, dan memanggil dengan kasar dengan panggilan bodoh, malas dan sebagainya, maka membentak memang paling banyak dilakukan.
Bukan hanya kepada anak, bayi pun kena bentak. Tetapi biasanya semakin muda usia orang tua, semakin sering pula mereka melakukan 'tindakan disiplin' tersebut.
Dari survei itu, 90% mengaku melakukan bentuk-bentuk agresi psikologis saat dua tahun pertama usia anak. Dan 75% di antaranya mengaku melakukan bentakan atau berteriak pada anak. Seperempat orang tua menyumpahi atau memaki anaknya, dan sekitar 6% bahkan mengancam untuk mengusir sang anak.
Menurut Straus, tindakan ini membawa efek psikologis jangka panjang bagi sang anak, walaupun secara hukum belum bisa disebut kekerasan terhadap anak. Tetapi memang dampaknya tidak langsung kelihatan dan biasanya baru ketahuan setelah mereka semakin dewasa.
Straus menambahkan bahwa agresi psikologis itu bisa membuat anak menjadi sulit beradaptasi atau bahkan berperilaku buruk, karena berbagai faktor. Misalnya, menjadi kurang percaya diri, atau sebaliknya, menjadi pemberontak.
Tetapi yang paling dikhawatirkan adalah kalau mereka melakukan hal yang sama terhadap anak mereka kelak. Padahal kalau secara psikologis, kelakukan anak yang salah seharusnya diperbaiki, bukan dibentak-bentak dan dimarahi.
Yuk Ayah bunda…termasuk calon ayah dan bunda…jangan pernah jadi bunda syifa yah….jangan pernah ajari anak-anak kita dengan emosi yah…, sepakat kan?! ^_^.



Kaliurang, 28 Juni 2009
Terinspirasi ”Ummi” edisi lama buanget...milik seorang umahat...

~ Lelaki Senja ~

Sabtu, 30 Mei 2009


~ Lelaki Senja ~

Mataku tertuju pada satu wajah…….
Wajah yang sedemikian tirus..,wajah yang penuh dengan guratan perjuangan hidup....
Wajah yang tak lagi indah karna telah usang termakan usia....
Kurus....sangat kurus...hanya terlihat kulit saja yang membungkus tulangnya...
Tubuhnya sedemikian ringkih...bahkan hampir tak dapat lagi berdiri tegak...
Yah..ia kini harus berjalan dengan punggung yang tak lagi lurus...
Jemari tangan kanannya menggenggam erat sebuah kayu bulat kecil yang ia gunakan sebagai tongkat...
Yah..tanpa tongkat itu mungkin ia tak dapat menapaki jalan dengan sempurna...

Lalu jemari kirinya menggegam ujung sebuah karung usang yang menggelayuti punggungnya....
Dengan seragamnya : kaos putih yang mengelabu dan topi cat hitam yang koyak di bagian ujungnya, serta celana pendeknya. Semuanya meneriakkan satu kata pada otakku : KUMUH!!!
Ia berjalan dengan sangat lambat...matanya tajam menukik ke sekelilingnya : ke kanan kiri jalan yang di laluinya...ketika di dapati satu botol kemasan air mineral...ada senyum kecil dari bibirnya, yah aku dapat melihat pendar kebahagiaan di wajahnya..
Sepertinya sampah-sampah itulah yang membuatnya terus dapat bertahan di putaran waktu yang seringkali tak berpihak padanya.

Lelaki senja....ia dia adalah lelaki senja...lelaki yang masih berjuang melawan kerasnya kehidupan di usia senjanya.....sungguh geliat fisik nya tak mampu membohongi siapapun..Ia lelah...tak adakah ruang baginya untuk menikmati usia senja nya???
Kemana kah anak-anaknya??? Kemanakah keluarganya?? Kenapa ia sendirian di tengah-tengah kota?? Kenapa ia harus bekerja sekeras itu?? Tak adakah yang peduli padanya??
Kemana sih para aparatur negara?? Emang panti jumpo di yogya udah penuh?? Atau ini gara-gara dinas sosial dibubarkan??

Seketika wajah bapak terlihat jelas di hadapanku...lalu sudah ku duga...penyakitku kambuh lagi....cengengku kumat : hujan lagi deh di pelupuk mata..Ehm...bapak...sungguh aku tak kan pernah rela bila kesulitan singgah di hatimu...sungguh...azzamku akan semakin kuat...aku akan berusaha untuk selalu “ada” di usia senja mu nanti....
“Eh...kenapa nangis???”, seorang teman membuyarkan lamunanku....Hah!!! gawat ketahuan nih!!! ... temen-temen makin bingung karna yang ditanyain ga’ bersuara. (bukan ga mau jawab...tapi emang klo lagi nangis ga’ bisa ngomong..he..he...). Lalu adegan berikutnya adalah saling tuduh siapa kah yang menjadi ‘tersangka utama” penyebab menangisnya seorang penumpang “trans yogya”...Huh...dasar temen-temen nih, dari tadi cekakak-cekikik sendiri sih...jadinya sang kakek yang segede itu ga’ di liatnya sama sekali...

Dan lelaki senja itu...??? aku segera beranjak dari kursi halte trans yogya..ingin menyapanya dan memberikan sepotong roti yang ku bawa tadi.....Tapi sayang...mobil trans yang kami tunggu, sudah terlihat...waktu tak memberi kesempatan bagiku, untuk sekedar menyebrangi jalan dan lalu menyapanya....
Ah.....semoga Alloh menganugrahi kebahagiaan yang abadi baginya.................................


Bumi Yogya, 2009

~ Berlayar Ke Pulau Kapuk ~


~ Berlayar Ke Pulau Kapuk ~

Pagi hari setelah subuh, saya segera menuju ruang TV di kos saya. Ingin nyimak ceramah pagi karna Headset Hp rusak, jadinya ga’ bisa dengerin MQFM. Saya kaget ketika mendapati teman kos yang sedang duduk di kursi ruang TV dengan matanya yang terlihat lelah…
” Tadi malam tidur si sini mbak?? Ga’ kedinginan??”
“ aku belum tidur eee, habisnya ga’ bisa tidur…”
”Hah...??!!!”

Ehm...teman saya yang satu itu emang slalu tidur sekitar jam 2 atau jam 3 dini hari, tapi hari itu, hingga jam 5 pagi dia belum juga bisa terlelap. Kok bisa yah?? Katanya sih klo malam dia slalu asyik membaca bahan-bahan skripsinya plus browsing internet yang langsung online dari kamar nya. Hebatnya dia bisa tahan membaca tanpa kantuk hingga dini hari. Padahal saya sendiri seringkali hanya bisa bertahan hingga jam 10 malam. Kalau pun ada tugas yang mengharuskan lembur hingga tengah malam, saya hanya bisa bertahan dengan bantuan segelas kopi.

Bukan hanya ’dia’ yang begitu, masih ada beberapa teman lainnya yang hobby banget nongkrongin TV hingga tengah malem. Seringnya mereka baru beranjak tidur setelah tengah malam. Ada juga satu teman yang hobby nya ngobrol panjang buanggeeet. Jadinya dia punya hobby nelfon ataupun nungguin telfon setelah tengah malam..nah habis itu dia bakalan ngobrol hingga menjelang subuh. Katanya sih jam segitu kan nelfon murah buanget. Jadi ya kudu di manfaatin. Masih ada nih...yang juga punya kebiasaan tidur dini hari, nah klo kelompok yang satu ini, geng nya anak arsitektur. Klo ngerjain gambar atau maket bisa tahan ampe menjelang subuh juga..Wuih hebat deh mereka.

Tapi sayang nya..... pola kebiasaan mereka-mereka tersebut menimbulkan kebiasaan yang tidak baik lainnya....apa coba?!
Yups...selain sama-sama suka tidur dini hari, mereka juga sama-sama suka bangun siang..sebagai akibatnya mereka harus ngorbanin sholat subuh mereka....karna mereka selalu bangun di waktu-waktu dhuha, bahkan hingga zuhur menjelang.
Wuih..repot kan?? Ini perkara besar yang bagi kita suka diremehkan!!
Sepertinya harus ada yang diperbaiki dari pola tidur kita deh...tapi bukan penambahan jam tidurnya loh?!

Pada dasarnya kan tidur merupakan kebutuhan setiap mahkluk hidup di dunia. Allah swt telah menetapkan bahwa tidur yang sesuai dengan fitrah adalah malam hari. Nah, konon katanya tidur yang baik adalah tidur pada awal malam bukan setelah pertengahan malam.

Dr. Shabri el Qabbani dalam bukunya, Dokter Anda mengatakan, “Walaupun kita tidak dapat membantah pendapat bahwa tidur di waktu malam dapat digantikan dengan tidur di waktu siang, tetapi sebenarnya perbedaan antara tidur dalam gelap dan suasana tenang, dengan tidur dalam cahaya yang merangsang mata dan syaraf, sangat signifikan. Sehingga menyalakan lampu yang redup atau mematikan lampu kamar merupakan hal yang sangat baik untuk kita untuk menciptakan suasana gelap tersebut.

Penelitian juga menunjukkan bahwa seseorang akan mencapai tahap relaksasi penuh pada jam- jam pertama tidurnya dan tidur sebelum tengah malam memiliki manfaat dua kali lebih besar dari tidur setelah tengah malam. George Alfred tennes salah seorang pengikut Theodore stockman yang mengusung teori “Tidur secara alami” mengatakan bahwa tidur setelah tengah malam dapat melemahkan kemampuan untuk mengembalikan kebugaran jika dibandingkan dengan tidur sebelum tengah malam. Dan menurutnya pagi hari adalah swaktu yang paling tepat untuk bekerja, karena pada saat itu tubuh kita telah kembali bugar, segar dan aktif. Rasulullah saw bersabda “Umatku diberkahi di waktu pagi hari.”

Nah jadi, bagi kita yang sudah terlanjur punya pola tidur yang ga’ baik, buruan deh bikin pola baru yang lebih sehat. Kalaupun banyak tugas yang mengharuskan kita untuk terjaga/lembur di malam hari, maka akan sangar baik jika sebelum tengah malam kita tidur terlebih dahulu. Seminimalnya 2 jam deh, baru setelah itu kita bangun dan ngelanjutin kerjaan kita. Dan jangan tidur sebelum waktu subuh. Karna bagaimanapun juga sholat itu lebih baik dari pada tidur kan??. Sholat sunah rawatib sebelum subuh aja pahalanya diibaratkan lebih baik/ indah dari dunia dan segala isinya, apatah lagi sholat subuhnya…pasti lebih dasyat deh..betul ga’?!


Kaliurang, akhir Mei 2009
Saat diri belum juga “bernyali” untuk sekedar mengetuk satu persatu pintu kamar teman-teman di kala subuh memanggil..

~ Tentang Mahar ~

Kamis, 21 Mei 2009


~ Tentang mahar…~

Bunga-bunga kertas itu terlihat cantik, bewarna-warni, mulai dari merah, hijau, biru hingga ungu. Tersusun rapi dan manis dalam bingkai-bingkai yang elegan hingga menimbulkan kesan yang eksklusif. Sangat inspiratif dan kreatif. Tentu saja untuk memilikinya harus merogoh kantong yang tidak sedikit. Bunga yang baru saja saya lihat dari sebuah berita di layar kaca tersebut, bukan bunga biasa. Karna kertas-kertas penyusunnya merupakan memiliki nominal-nominal rupiah. Iya..uang kertas mulai dari lembar ratusan rupiah hingga lembar ratusan ribuan. Warna dan nilai nominal dari semua rangkaian bunga tersebut tergantung dari pemesannya. Karna rangkaian bunga tersebut merupakan salah satu desain ‘mahar’ uang untuk sang pengantin perempuan. Indah dan sangat menarik. Hanya saja saya kurang sreg, melihat mahar uang yang kesannya hanya dijadikan hiasan saja. Meskipun secara estetika itu jauh lebih baik daripada hanya sekedar dimasukkan ke dalam sebuah amplop.

Ngomong-ngomong tentang mahar, saya jadi teringat sesuatu hal. Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan SMS dari seorang kerabat :
”Ehm..’...Enak yah..jadi perempuan?? mau nikah dapat mahar, dapat hantaran, sesudah nikah setiap bulannya juga dapat uang tanpa harus susah-susah kerja, dapat kasih sayang, di jagain, dilindungin....pokoknya semuanya dapat. Sementara mas sebagai laki-laki harus nyiapin mahar, nyiapin hantaran, harus kerja keras untuk istri dan keluarganya, dan bertanggug jawab penuh atas semuanya..”

Saya mencoba mencerna kata-katanya. Sebagai perempuan saya mengakui hal itu, dan sungguh saya bersyukur dilahirkan sebagai seorang perempuan. Bukan hanya karna pernyataan sahabat saya tadi, tapi karna memang banyak keutamaan dan kemuliaan yang Islam berikan kepada kami. Tapi bukan bearti laki-laki lebih kalah hebat kan??
Saya lalu segera membalas SMS nya :

”Enak juga kan jadi laki-laki?? bebas menentukkan pilihan, lebih punya hak atas istrinya daripada orangtua istrinya sendiri, punya hak untuk dipatuhi, dihormati dan dilayani, memiliki kekuasaan penuh atas keluarganya dan terakhir diberikan hak untuk poligami.”Gimana, benerkan??

Satu SMS kembali saya terima :
”Yups...bener banget!!.he..he..., Alloh itu maha adil....,.”
” Lalu....jika diberi kesempatan memilih mahar, mahar apa yang kamu inginkan???

Wah..sebuah pertanyaan yang belum pernah terfikirkan sebelumnya..., Tapi lalu saya teringat sesuatu. Tentang mimpi-mimpi saya ke depan : tentang perpustakaan mini untuk anak-anak dan masyarakat sekitar saya..saya tersenyum seketika dan segera membalas sms tersebut...

”mahar yang saya inginkan adalah buku.., yups buku!!! puluhan buku-buku tebal bertemakan anak, pendidikan, motivasi dan romantisme kehidupan.,berikut rak-rak penyimpannya... he..he..”

Sebuah sms balasan saya terima:
”hua..!! hau..!! gedubrak!!!..., ga’ semua laki-laki direktur penerbitan tau?!, Kenapa ga’ sekalian minta gedung penerbitannya sekalian aja tuh..., J ^-^......”

Tentu saja saya tidak terlalu serius menjawab tentang mahar yang saya inginkan tersebut, karna saya tak sama sekali ingin menentukan. Jika pun diberi kesempatan untuk itu, maka pilihan jenis ”mahar” akan saya serahkan sepenuhnya kepada calon suami saya nantinya. Itu hak preogratifnya, dan sungguh saya tak ingin mencampurinya. Teringat kembali dengan sebuah hadist bahwa :
”Nikah yang paling besar barokahnya itu adalah yang murah maharnya.” (HR.Ahmad).

Jadi sungguh tak layak, jika kemudian mahar menjadi ”beban” yang memberatkan atau malah menjadi faktor penghambat pernikahan. Saya rasa setiap perempuan muslim faham betul akan hal tersebut. Hanya saja terkadang masalah-masalah ”mahar” justru ditimbulkan oleh faktor tuntutan keluarga calon perempuan atau faktor kebudayaan-kebudayaan setempat.

Yang saya ketahui adalah bahwa mahar merupakan pemberian yang penuh kerelaan dari suami kepada istrinya, apapun bentuknya. Mahar adalah bentuk kasih sayang, penghormatan, sekaligus jaminan ekonomi atas istri, yang diberikan oleh suaminya. Jadi syaratnya adalah kerelaan darinya. Bener ga’??

Tapi sebagai calon pemberi mahar, seorang laki-laki harus memahami sepenuhnya bahwa nilai ekonomis mahar sebagai jaminan kehidupan bagi seorang istri harus pula menjadi bahan pertimbangan , karena islam amat menghargai dan melindungi kaum perempuan.

Dulu, kepada Khadijah ra, rasulullah memberikan mahar 20 ekor unta merah, di lain riwayat 70 ekor, bahkan pada riwayat lain 100 ekor unta merah yang merupakan alat transportasi yang paling mewah pada masa itu.

Begitupun dengan para sahabat yang memberikan mahar pada para istri mereka dengan jumlah yang beragam, seperti Abdurahman bin Auf yang menikahi wanita anshar dengan mahar emas sebesar biji kurma, Tsabit bin Qais memberikan mahar sebidang kebun. Mahar Ali bin abi thalib ra kepada fatimah ra adalah sebuah baju besi huthamiyah yang saat itu bernilai amat tinggi.

Tapi ada juga seorang laki-laki yang karna kemiskinannya memeberikan mahar berupa pengajaran beberapa ayat Alquran kepada istrinya, sesuai yang dikuasai dengan baik.
( HR. Bukhari Muslim).

”Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS. Annisa: 4).

Kaliurang, 21 Mei 2009
Spesial buat mba’ ku yang paling awet muda...Selamat yah...bentar lagi mahar itu sampai ke tanganmu..., Sungguh aku akan melepas masa lajangmu dengan suka cita sepenuh cinta di hati ini...meski harus di dahului gerimis di hati dan pelupuk mataku..^-^

~ Bersiap Menjadi Orangtua Yuk?! ~

Rabu, 29 April 2009


~ Bersiap Menjadi Orangtua Yuk?! ~

Nuwon pangapunten sa’doronge, mohon maaf sebelumnya, izinkan saya berbagi sedikit tentang ‘secuil’ ilmu yang baru saja saya dapatkan dari tempat belajar saya dan dari sebuah buku yang sangat menarik bagi saya. (sstt….ini buku baru saya beli sepekan yang lalu loh….^_^). “ Sharing” ini saya dedikasikan khusus bagi saya dan juga anda yang akan dan sedang menanti amanah baru : menjadi orangtua. Semoga bisa bermanfaat bagi kita, meskipun sederhana dan alakadarnya. Sok...dibaca atuh yah..kang, teteh, aa’,ade’, mas dan mba yu ne...monggo..^_^.

Konon katanya sebagai orang dewasa kita memiliki 3 peran utama bagi anak-anak di sekitar kita. Ketiga peran tersebut yaitu sebagai guru, sebagai orangtua dan sebagai teman bermain baginya. (Nah...bener kan..udah banyak yang tau..., he..he.., ga’ papa yah diinget lagi).

Mereka yang disebut orangtua adalah ayah kandung atau ibu kandung dari seorang anak. Sedangkan guru seringkali diartikan sebagai pengajar dan pendidik di lingkungan sekolah. Padahal sejatinya orangtua juga merupakan guru bagi anak-anaknya. Karna orangtua dan guru memiliki tugas yang sama yaitu mendidik, mengajar sekaligus melatih kemampuan seorang anak. Dalam hal ini ada 3 bagian kecerdasan anak yang harus diasah baik oleh orangtua maupun guru. 3 aspek kecerdasan itu adalah kecerdasan kognitif (otak), kecerdasan afektif (hati) dan kecerdasan Psikomotorik (tubuh).

Nah, mengajar adalah proses merubah anak dari ’tidak tau’ menjadi ’tau’, sisi kecerdasan yang diasah adalah kognitif (otak) si anak. Klo’ mendidik adalah proses merubah anak dari ’tidak mau’ menjadi ’mau’, sisi kecerdasan yang diasah adalah afektif (hati) si anak. Sedangkan melatih adalah proses merubah anak dari ’tidak bisa’ menjadi ’bisa’, sisi kecerdasan yang diasah adalah psikomotorik (tubuh).

Peran yang terakhir adalah kita sebagai teman bermain bagi anak-anak kita. Bagi anak bermain selain tuntutan naluri juga merupakan pekerjaan yang utama baginya. Karena mereka belajar banyak hal dalam bermain, baik ketrampilan motorik kasar, motorik halus, komunikasi, maupun pengembangan semua sisi multiple intellegence. Orangtua yang kreatif adalah mereka yang dapat menjadikan aktifitas sehari-hari sebagai bagian dari permainan. Menjadi teman bermain untuknya?? Sepertinya sederhana dan bisa dilakukan oleh setiap orangtua. Tapi pada kenyataannya masih banyak orangtua yang menyediakan waktu khusus untuk menemani anaknya bermain, terutama seorang ayah. Karna sebagian besar waktunya untuk bekerja sehingga waktunya dirumah dimaksimalkan untuk melepas lelah baginya. Sehingga seringkali peran orangtua didominansi olegh seorang ibu. Padahal sejatinya seorang ibu dan ayah memiliki peran yang sama dan seimbang.

Menurut Ida Nurlaila dalam bukunya Menyayangi Anak Sepenuh Hati (2008), bahwa seorang pengajar, pendidik sekaligus pelatih bagi anak-anak, harus memiliki karakteristik dasar sebagai berikut :

Ikhlas
Semua amal kita untuk Allah semata. Mendidik anak juga merupakan salah satu amal terbaik. Mendidik anak sebagai amanah Allah dan kita jadikan sebagai anak sholeh untuk menjalankan perintah Alloh dan membela agamaNya. Tanpa mengharapkan pamrih duniawi. Bukan untuk kebesaran dan kemuliaan kita sendiri.

Takwa
Meraih status tertinggi di sisi Alloh dengan melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya.
Ilmu
Kita harus membekali diri dengan ilmu dan ketrampilan. Misalnya dengan mengikuti parenting training, membeli buku-buku pendidikan anak, berlangganan majalah keluarga, dan lain sebagainya.

Penyabar
Kesabaran tidak memiliki batas. Ia mengalir dalam setiap situasi dan keadaan yang segala bentuknya, mulai dari senyuman hingga saatnya harus menghukum anak.
Rasa tanggungjawab
Meliputi tanggung jawab kepada keluarga dan masyarakat serta tanggung jawab kepada Alloh untuk merawat titipsnNya dan menggembalikan kepada Alloh dalam keadaan fitrahnya.

Kasih sayang
Hanya kasih sayang yang membuat seseorang bertahan untuk mencintai anak tanpa henti. Seperti apapun anak kita atau bagaimanapun prilakunya.

Yuk..kita jenguk hati dan diri kita !, Bila ternyata kita belum sepenuhnya memiliki karakter diri sebagi orangtua. Bukankan wajar jika hingga saat ini Alloh belum menghendaki ”hadirnya” di antara kita. Karna kehadirannya bukan hanya sekedar ’meramaikan’ rumah kita kan?? Menurut anda gimana??

Kaliurang, 16 April 09
Spesial untuk mas yudi & istri, Mba’ yanti & suami, Dewi Lestari & suami semoga penantian itu akan segera berujung.

~ K o l a b u r a s i A l a m ~


~ K o l a b u r a s i A l a m ~


Aku masih di sini……
Di antara gunung-gunung perkasa yang dihamparkanNYA, Ia masih kokoh berdiri, tinggi menjulang menuju permukaan langit biru..., berpelukan awan- awan putih yang terserak indah, bermandikan jutaan kabut pagi.....damai...

Aku masih di sini...
Di antara gemerincing air yang menderu laju...menuruni alam....menumbuk bebatuan besar yang menghalanginya....mencari setiap celah-celah bebatuan agar terus bisa berlari mengejar waktu menuju muara terindahnya....dingin....

Aku masih di sini...
Di antara permadani hijau yang membentang luas di permukaan bumi yang tak datar...jutaan pepohonan rimbun yang bergelayut manja pada alamku...yang menari indah saat sang bayu menerpa wajahnya.. sungguh tak ada satu makhlukpun yang tak terpesona keelokannya...asri....

Aku masih di sini....
Di antara kicauannya...burung-burung yang bernyanyi riang...bersahut-sahutan mesra....mendendangkan irama hatinya...syahdu...., di antara kepakan sayap mungilnya...bergerak indah mengangkasa luas....lepas...bebas....

Aku masih di sini...
Di antara desauan angin... yang menenggelamkanku dalam kesejukan jiwa....yang slalu membelaiku penuh kelembutan, saat mentari tersenyum cerah sepanjang hari.....sejuk...

Aku masih di sini...
Di antara lukisan alam terindah...hamparan sawah.....dan kerbau yang tak pernah letih membajaknya.....sungai-sungai kecil dan bebatuannya yang menemaninya...ikan-ikan yang terus bergerak tanpa henti...serta itik-itik yang berbaris rapi...serasi...

Aku masih di sini..
Di antara hiruk pikuk kehidupan....., manusia-manusia yang berbudi dan santun...., yang senantiasa tulus menaburkan sayangnya.... menyapa setiap diri yang melintasinya....ramah...

Aku masih di sini....
Di antara jutaan kenikmatan dariNYA...dalam rengkuhan mesra cintaNYA....dengan kesyukuran yang membuncah...., bahagia...Alhamdulillah.

”Lalu nikmat Allah yang manakah yang kau dustakan??”

Selasa, 28 April 2009
Kaliurang, Yogya.

~ Bermain Yuk Nak.... !!! ~


~ Bermain Yuk Nak.... !!!


~Ehmm....main?? siapa coba yang ga'suka?? Mulai dari anak kecil hingga kakek nenek sekalipun pasti suka dengan aktifitas ini.. : have fun. Eh tapi klo kakek-kakek dan nenek-nenek mainan apa yah?? Klo orang-orang dewasa seperti kita kan sukanya ’main hati’ yah??bener ga’? hayo ngaku!!...

Eh..maaf kok jadi ngelantur....saya bukan mau bahas itu kok, ini tentang ”mainan” anak-anak kita. Tapi...yang belum punya anak, wajib baca juga yah..., Ini demi masa depan generasi kita. Biar kedepannya kita bakalan punya Habibi junior, Thomas alfa edison junior, dan junior-junior lainnya. Nah loh, maaf nih bawa-bawa nama orang beken. Tau kan sejarahnya kenapa Pak Habibi tuh bisa buat pesawat terbang??, itu karena habibi kecil suka main pesawat-pesawatan, yang paling sering tuh buat pesawat kertas. Dan Habibi kecil bebas mengekspresikan dirinya, tak ada pantangan dan tak ada larangan, tak ada tekanan dari orang-orang disekitarnya yang membatasi imajinasinya. Terus tau juga kan sejarahnya kenapa si Thomas bisa nemuin lampu?? karna semuanya sudah tau, jadi ga’ perlu ditulis lagi yah.^_^.

Nah, sodara-sodaraku yang budiman (nyontek aa’Gym nih ...), di bawah ini adalah hasil resensi dari majalah UMMI edisi spesial, klo ga’ salah sih terbitan 1 tahun yang lalu. Tapi informasi tetap manfaat buat kita-kita orang loh..:), semoga....

Bermain adalah kegiatan yang membuat anak terlibat dalam kegiatan yang membuat anak terlibat dalam aktifitas yang membuatnya aktif, bergerak, dan dapat mengeksplorasi banyak hal. Dengan bermain anak akan aktif bergerak. Hal ini akan meningkatkan kesehatannya dan menjadi sarana yang menyenangkan untuk melatih anak terasah dalam kegiatan yang menuntut ketrampilan fisik (misalnya : olahraga). Bermain juga akan membuat anak belajar bermain peran dan bersosialisasi dengan oranglain. Ini bentuk latihan yang bagus untuk memasuki kehidupan sosial yang sebenarnya ada di masyarakat.
Dan satu yang pasti bermain adalah kegiatan yang menyenangkan dan sehat untuk anak.

Bagi anak-anak bermain amat sangat penting!, dengan bermain, seorang anak akan dapat kesempatan berkembang lebih optimal. Bermain akan dapat membuatnya dapat mengekspresikan perasaan dan gagasan serta membuatnya masuk ke alam imajinasi tak terbatas. Imajinasi inilah yang membuatnya tertuntun untuk kreatif.

Bermain menjadi aktifitas penting yang perlu diperhatikan orangtua pada anak. Karna bermain selain merupakan kegemaran anak-anak, juga merupakan satu sarana penting bila kita ingin menjadi lebih cerdas bahkan lebih pintar. Karna berbagai riset menunjukkan anak lebih mudah belajar, lebih mudah menyerap pelajaran, saat hati senang, diri mereka senang dan konsep diri mereka positif.

Melarang anak bermain dan melampiaskan energinya sama dengan mengurangi haknya senagai anak. Lagi pula, kurang bermain bisa membuat anak tak ceria dan tak percaya diri. Biasanya kalau anak kurang bermain atau kurang bermain kelompok, ia akan minder, kurang supel atau menjadi mudah sekali takut dengan teman-temannya. Anak yang cukup bermain akan memperlihatkan wajah yang lebih ceria dibanding anak yang sehari-hari hanya di suruh les ini itu yang membuat mereka merasa tertekan. (Dwiana Maya A.S.Psi, dosen di Fakultas Psikologi UPI , jakarta).

Peran Orangtua :
Pertama, menyeleksi permainan mana yang cocok dan mencerdaskan. Mainan yang ”sudah jadi” tak akan begitu merangsang anak berlatih berfikir. Karena itu orang tua harus rajin mencari mainan akan yang sifatnya bongkar pasang dengan tetap menyesuaikan umurnya. Mainan yang belum jadi akan membuat anak berfikir tentang proses. Proses membuat rumah, mobil dan sebagainya yang kini banyak terlewat karena orangtua lebih suka membelikan mobil-mobilan berbaterai yang tinggal dipencet ”on” – ”of”nya.

Kedua, orangtua harus mengintervensi permainan jika permainan itu merangsang agresivitas. Pisau yang berguna untuk bermain masak-masakan, misalnya bisa juga dipakai anak untuk melukai temannya. Tentu orangtua harus turun tangan untuk memberi tau fungsi pisau itu.

Ketiga, orangtua juga bisa memasukkan nilai-nilai, termasuk nilai spiritual. Biasakan agar si anak berdoa dulu sebelum bermain. Tanggung jawab bisa diajarkan dengan melatih si anak membereskan mainannya seusai bermain.


Ok..resensi selesai. Trims, telah bersedia membacanya....^_^...

Nah..kesimpulannya proses kreatif seseorang dimulai dari bermain kan???
Semoga kita bisa sepakat untuk tidak membatasi anak-anak kita untuk bermain?? Ketimbang waktu anak dihabiskan di depan TV atau dengan game, akan sangat baik jika anak-anak bermain. Ingat waktu kita masih kecil dulu kan??

Kaliurang, 24 April 2009

~ Sebuah Tanya Dari Anak Kita ~

Kamis, 16 April 2009


~ Sebuah tanya dari anak-anak kita ~

Seperti biasanya, setiap sore sehabis ashar, saya selalu beraktifitas di dapur, mempersiapkan hidangan untuk makan malam sekaligus membuat kue-kue sederhana atau gorengan ala kadarnya. Saya selalu ditemani Latifah, anak saya yang usianya belum genap 5 tahun. Di usianya yang masih dini, Ifah lebih tertarik bermain di dapur bersama saya, daripada bermain di luar. Meski ia lebih sering memperhatikan, terkadang sesekali menakar tepung, mengambilkan air atau hal-hal ringan yang sudah dapat dilakukan oleh anak-anak seusianya. Seringkali juga tangan mungilnya secara tak sengaja menumpahkan gula, memecahkan telur, bahkan memecahkan beberapa piring dan gelas kami. Tak ada kemarahan, tak ada kekecewaan dan tak ada hukuman atas semuanya, karna itu adalah proses pembelajaran yang harus dilaluinya. Dengan penjelasan sederhana, Lambat laun ia akan bisa dan akan lebih berhati-hati.

Sore itu tiba-tiba Ifah menanyakan sesuatu yang sebelumnya tak sama sekali terfikirkan oleh saya.

”Bunda kemarin ayah bilang, tempe buatnya dari kacang kedelai, trus kenapa sih kacang kedelai dinamain kedelai?” Ifah bertanya dengan wajah yang penuh antusias, sembari membolak-balikkan potongan-potongan tempe dengan tangan mungilnya.

”Ehm..kenapa Ifah nanya begitu??”

” Habisnya kan bunda pernah bilang, semua nama punya alasannya, nah kalau kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah, Ifah sudah tau alasannya. Kalau hijau karna warnanya hijau, kacang merah karna warnanya merah, kalau kacang tanah karna memang buahnya ada di dalam tanah.”

Iya... saya ingat beberapa waktu yang lalu ifah menanyakan perihal namanya. Kenapa sih Bunda dan Ayahnya memberi nama Latifah padanya, lalu dengan bahasa yang sederhana saya menjelaskan padanya bahwa kami ingin Ifah menjadi anak yang berhati lembut, karena Latifah itu artinya lembut. Sejak saat itu Ifah mulai sering menanyakan hal-hal yang berkaitan tentang nama seseorang yang dikenalnya bahkan nama-nama benda yang ia temui di sekelilingnya. Bahkan suatu ketika Ifah mengomentari nama saya. Bahwa nama ”agus” itu adalah nama laki-laki. Karna teman-teman saya dan suami saya yang mempunyai nama yang sama dengan saya kesemuanya adalah laki-laki. Ehm..sekecil itu Ifah memang sudah terlihat kritis dalam berfikir. Dan kami bersyukur memilikinya.

”Bun...Bunda..kok Bunda ngelamun jadi ngelamun??”

”Eh ...ga’ kok sayang...Bunda ga’ ngelamun, lagi mikir aja..,Subhanalloh!!, anak bunda makin hebat deh..., tapi maaf yah sayang...bunda juga belum tau jawabannya..”

Sungguh saat itu, saya tidak sama sekali punya jawaban atas pertanyaannya, tidak ada ide yang melintas sedikitpun.

”Yaah..Bunda.., Ifah kan ingin tau jawabannya sekarang juga.”

Ifah menyatakan ekspresi kekecewaannya, jika sedang cemberut begitu, saya justru tertawa dalam hati, karna wajahnya hampir sama persis dengan wajah ayahnya beberapa hari terakhir,saat tugas-tugas kuliah S2 nya menumpuk, hingga menyita waktu istirahat malamnya.

”Iya...Bunda ngerti sayang, tapi anak bunda yang sholihah harus sabar yah..., kita tunggu ayah pulang, siapa tau Ayah punya jawabannya buat Ifah....’

” Oia yah bunda...Ayah Ifah kan hebat yah, kemarin aja ayah ceritain Ifah tentang tanaman-tanaman ajaib.” Binar keceriaan kembali terpancar di wajahnya. Ia tersenyum penuh harapan, saat sedang begitu saya seperti sedang melihat wajah saya pada cermin datar. Senyumnya sama persis.

” Oke deh Bunda, Ifah tunggu Ayah pulang.”

45 menit berselang, semua aktifitas dapur selesai. Kalau sudah begitu pasti Ifah segera mengambil handuk dan peralatan mandinya. Ifah sudah terbiasa mandi sendiri tanpa bantuan saya, dan Ifah juga tak pernah mengganggu aktifitas saya di kamar mandi. Ia akan segera beranjak, jika saya juga telah beranjak dari kamar mandi.

Suara Honda Tiger terdengar memasuki halaman rumah kami, seperti biasanya, Mas Setyo memang selalu tiba di rumah sekitar jam 5 sore. Saya segera membukakan pintu depan, menyambut kedatangan mas Setyo. Demikian juga Ifah, ia akan terlebih dahulu mencium punggung ayahnya, setelah itu Mas Setyo akan segera mengendongnya ke ruang tengah. Bercengkerama dengan putri kecilnya sambil menikmati kue-kue manis buatan saya dan Ifah hingga waktu magrib menjelang.

Sore itu Ifah terlihat begitu lelah, Ia segera tertidur dalam pangkuan Mas Setyo tanpa sempat menanyakan perihal ’kacang kedelai’nya.
***************************************************

Saya dan Mas Setyo sama-sama memahami bahwa setiap anak terlahir dengan berbagai macam fitrah yang telah Alloh karuniakan padanya. Salah satu fitrah tersebut adalah ’Intelectual curiosity’ yaitu rasa ingin tahu yang luar biasa, hal ini ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan nya yang seolah tanpa batas : tanyaaa terus!!. Kami sadar sepenuhnya bahwa ketidaksabaran kami dalam menanggapinya justru akan mematikan keingintahuannya tersebut. Itu juga yang sedang terjadi pada ifah. Kadang terlalu banyak pertanyaan yang di lontarkannya, seolah tanpa henti. Tapi kami selalu berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan penuh kesabaran. Kami ingin Ifah banyak tau tentang segala hal di sekelilingnya. Karena anak dibawah usia lima tahun dapat dengan mudah menyerap informasi dalam jumlah yang luar biasa banyaknya.

Dan saya akui mas Setyo justru lebih sabar menghadapi Ifah, Ia bahkan jauh lebih kreatif daripada saya. Ia punya seribu jawaban dan seribu satu alasan atas setiap pertanyaan putri kecilnya. Tapi sore itu ketika saya menceritakan tentang pertanyaan putri sulungnya, mas Setyo terdiam sejenak dalam senyumnya, lalu mengatakan satu kalimat : ” Iya yah Bunda....., kenapa harus kacang kedelai??, Ayah ga’ punya jawaban untuknya.”
” Hua ...Ayah...?! jadi klo nanti Ifah bangun, terus nanya itu lagi gimana?”

Hari terus beranjak senja, otak kami terus berfikir sibuk mencari-cari jawab atas tanya buah hati kami. Sungguh kami tak ingin mengecewakannya.

”Bunda, coba deh bunda telfon Bu Linda, tanyakan padanya beliau kan guru TKIT, pasti beliau punya jawabannya...”
Spontan saja saya segera menuruti ide Mas Setyo, menanyakan perihal tersebut ke Bu Linda. Tapi saya harus kecewa ketika terdengar suara dari HP saya.

” Wah, maaf yah Bunda Ifah, saya ga’ punya jawabannya karena ga’ ada di kurikulum kami.”

Tepat di depan saya mas Setyo sudah menanti jawaban dari saya.
”Bu linda ga’ tau Yah, katanya ga ada di kurikulum...”
Seketika Mas Setyo nyengir, menahan tawa. ”Wah..moso yang gituan nyarinya di kurikulum toh?...”

”Udah deh bunda, biar ayah yang tanya ama Pak Yusuf, dosen S2 ayah yang barusan nyelesain S3nya di Paris. ”

Malam itu juga mas Setyo segera menghubungi dosennya via handphonenya. Saat itu mas Setyo sengaja meloudspeakerkan Hpnya agar saya juga bisa menyimak jawabannya. Mas Setyo membuka komunikasi dengan sangat sopan dan hati-hati. Percakapan mereka terkesan sangat akrab, tetapi saat mas Setyo menyampaikan pertanyaan Ifah ke Pak Yusuf, suasana berubah seketika.

” Hei, Setyo kamu mau mempermainkan saya?? Mau menguji saya?? Atau kamu ingin tesismu saya persulit??”

Ehm..gawat. Prof. Yusuf salah faham. Saya tidak merasa perlu melanjutnya percakapan antara mas Setyo dan Prof. nya itu. Satu yang pasti, kami belum memiliki jawaban atas pertanyaan buah hati kami. ???!!!

Bumi Alloh, Desember 2015.

**************************************************************

Jika suatu saat anda sebagai orantua dihadapkan pada pertanyaan yang sama, kira-kira jawaban seperti apa yang akan anda berikan untuk Ifah???????


Kamis, 16 April 2009
Ketika sedang berkaca pada hati,
anak-anak seperti apa yang akan terlahir dari diri qta???