~ Lelaki Senja ~

Sabtu, 30 Mei 2009


~ Lelaki Senja ~

Mataku tertuju pada satu wajah…….
Wajah yang sedemikian tirus..,wajah yang penuh dengan guratan perjuangan hidup....
Wajah yang tak lagi indah karna telah usang termakan usia....
Kurus....sangat kurus...hanya terlihat kulit saja yang membungkus tulangnya...
Tubuhnya sedemikian ringkih...bahkan hampir tak dapat lagi berdiri tegak...
Yah..ia kini harus berjalan dengan punggung yang tak lagi lurus...
Jemari tangan kanannya menggenggam erat sebuah kayu bulat kecil yang ia gunakan sebagai tongkat...
Yah..tanpa tongkat itu mungkin ia tak dapat menapaki jalan dengan sempurna...

Lalu jemari kirinya menggegam ujung sebuah karung usang yang menggelayuti punggungnya....
Dengan seragamnya : kaos putih yang mengelabu dan topi cat hitam yang koyak di bagian ujungnya, serta celana pendeknya. Semuanya meneriakkan satu kata pada otakku : KUMUH!!!
Ia berjalan dengan sangat lambat...matanya tajam menukik ke sekelilingnya : ke kanan kiri jalan yang di laluinya...ketika di dapati satu botol kemasan air mineral...ada senyum kecil dari bibirnya, yah aku dapat melihat pendar kebahagiaan di wajahnya..
Sepertinya sampah-sampah itulah yang membuatnya terus dapat bertahan di putaran waktu yang seringkali tak berpihak padanya.

Lelaki senja....ia dia adalah lelaki senja...lelaki yang masih berjuang melawan kerasnya kehidupan di usia senjanya.....sungguh geliat fisik nya tak mampu membohongi siapapun..Ia lelah...tak adakah ruang baginya untuk menikmati usia senja nya???
Kemana kah anak-anaknya??? Kemanakah keluarganya?? Kenapa ia sendirian di tengah-tengah kota?? Kenapa ia harus bekerja sekeras itu?? Tak adakah yang peduli padanya??
Kemana sih para aparatur negara?? Emang panti jumpo di yogya udah penuh?? Atau ini gara-gara dinas sosial dibubarkan??

Seketika wajah bapak terlihat jelas di hadapanku...lalu sudah ku duga...penyakitku kambuh lagi....cengengku kumat : hujan lagi deh di pelupuk mata..Ehm...bapak...sungguh aku tak kan pernah rela bila kesulitan singgah di hatimu...sungguh...azzamku akan semakin kuat...aku akan berusaha untuk selalu “ada” di usia senja mu nanti....
“Eh...kenapa nangis???”, seorang teman membuyarkan lamunanku....Hah!!! gawat ketahuan nih!!! ... temen-temen makin bingung karna yang ditanyain ga’ bersuara. (bukan ga mau jawab...tapi emang klo lagi nangis ga’ bisa ngomong..he..he...). Lalu adegan berikutnya adalah saling tuduh siapa kah yang menjadi ‘tersangka utama” penyebab menangisnya seorang penumpang “trans yogya”...Huh...dasar temen-temen nih, dari tadi cekakak-cekikik sendiri sih...jadinya sang kakek yang segede itu ga’ di liatnya sama sekali...

Dan lelaki senja itu...??? aku segera beranjak dari kursi halte trans yogya..ingin menyapanya dan memberikan sepotong roti yang ku bawa tadi.....Tapi sayang...mobil trans yang kami tunggu, sudah terlihat...waktu tak memberi kesempatan bagiku, untuk sekedar menyebrangi jalan dan lalu menyapanya....
Ah.....semoga Alloh menganugrahi kebahagiaan yang abadi baginya.................................


Bumi Yogya, 2009

~ Berlayar Ke Pulau Kapuk ~


~ Berlayar Ke Pulau Kapuk ~

Pagi hari setelah subuh, saya segera menuju ruang TV di kos saya. Ingin nyimak ceramah pagi karna Headset Hp rusak, jadinya ga’ bisa dengerin MQFM. Saya kaget ketika mendapati teman kos yang sedang duduk di kursi ruang TV dengan matanya yang terlihat lelah…
” Tadi malam tidur si sini mbak?? Ga’ kedinginan??”
“ aku belum tidur eee, habisnya ga’ bisa tidur…”
”Hah...??!!!”

Ehm...teman saya yang satu itu emang slalu tidur sekitar jam 2 atau jam 3 dini hari, tapi hari itu, hingga jam 5 pagi dia belum juga bisa terlelap. Kok bisa yah?? Katanya sih klo malam dia slalu asyik membaca bahan-bahan skripsinya plus browsing internet yang langsung online dari kamar nya. Hebatnya dia bisa tahan membaca tanpa kantuk hingga dini hari. Padahal saya sendiri seringkali hanya bisa bertahan hingga jam 10 malam. Kalau pun ada tugas yang mengharuskan lembur hingga tengah malam, saya hanya bisa bertahan dengan bantuan segelas kopi.

Bukan hanya ’dia’ yang begitu, masih ada beberapa teman lainnya yang hobby banget nongkrongin TV hingga tengah malem. Seringnya mereka baru beranjak tidur setelah tengah malam. Ada juga satu teman yang hobby nya ngobrol panjang buanggeeet. Jadinya dia punya hobby nelfon ataupun nungguin telfon setelah tengah malam..nah habis itu dia bakalan ngobrol hingga menjelang subuh. Katanya sih jam segitu kan nelfon murah buanget. Jadi ya kudu di manfaatin. Masih ada nih...yang juga punya kebiasaan tidur dini hari, nah klo kelompok yang satu ini, geng nya anak arsitektur. Klo ngerjain gambar atau maket bisa tahan ampe menjelang subuh juga..Wuih hebat deh mereka.

Tapi sayang nya..... pola kebiasaan mereka-mereka tersebut menimbulkan kebiasaan yang tidak baik lainnya....apa coba?!
Yups...selain sama-sama suka tidur dini hari, mereka juga sama-sama suka bangun siang..sebagai akibatnya mereka harus ngorbanin sholat subuh mereka....karna mereka selalu bangun di waktu-waktu dhuha, bahkan hingga zuhur menjelang.
Wuih..repot kan?? Ini perkara besar yang bagi kita suka diremehkan!!
Sepertinya harus ada yang diperbaiki dari pola tidur kita deh...tapi bukan penambahan jam tidurnya loh?!

Pada dasarnya kan tidur merupakan kebutuhan setiap mahkluk hidup di dunia. Allah swt telah menetapkan bahwa tidur yang sesuai dengan fitrah adalah malam hari. Nah, konon katanya tidur yang baik adalah tidur pada awal malam bukan setelah pertengahan malam.

Dr. Shabri el Qabbani dalam bukunya, Dokter Anda mengatakan, “Walaupun kita tidak dapat membantah pendapat bahwa tidur di waktu malam dapat digantikan dengan tidur di waktu siang, tetapi sebenarnya perbedaan antara tidur dalam gelap dan suasana tenang, dengan tidur dalam cahaya yang merangsang mata dan syaraf, sangat signifikan. Sehingga menyalakan lampu yang redup atau mematikan lampu kamar merupakan hal yang sangat baik untuk kita untuk menciptakan suasana gelap tersebut.

Penelitian juga menunjukkan bahwa seseorang akan mencapai tahap relaksasi penuh pada jam- jam pertama tidurnya dan tidur sebelum tengah malam memiliki manfaat dua kali lebih besar dari tidur setelah tengah malam. George Alfred tennes salah seorang pengikut Theodore stockman yang mengusung teori “Tidur secara alami” mengatakan bahwa tidur setelah tengah malam dapat melemahkan kemampuan untuk mengembalikan kebugaran jika dibandingkan dengan tidur sebelum tengah malam. Dan menurutnya pagi hari adalah swaktu yang paling tepat untuk bekerja, karena pada saat itu tubuh kita telah kembali bugar, segar dan aktif. Rasulullah saw bersabda “Umatku diberkahi di waktu pagi hari.”

Nah jadi, bagi kita yang sudah terlanjur punya pola tidur yang ga’ baik, buruan deh bikin pola baru yang lebih sehat. Kalaupun banyak tugas yang mengharuskan kita untuk terjaga/lembur di malam hari, maka akan sangar baik jika sebelum tengah malam kita tidur terlebih dahulu. Seminimalnya 2 jam deh, baru setelah itu kita bangun dan ngelanjutin kerjaan kita. Dan jangan tidur sebelum waktu subuh. Karna bagaimanapun juga sholat itu lebih baik dari pada tidur kan??. Sholat sunah rawatib sebelum subuh aja pahalanya diibaratkan lebih baik/ indah dari dunia dan segala isinya, apatah lagi sholat subuhnya…pasti lebih dasyat deh..betul ga’?!


Kaliurang, akhir Mei 2009
Saat diri belum juga “bernyali” untuk sekedar mengetuk satu persatu pintu kamar teman-teman di kala subuh memanggil..

~ Tentang Mahar ~

Kamis, 21 Mei 2009


~ Tentang mahar…~

Bunga-bunga kertas itu terlihat cantik, bewarna-warni, mulai dari merah, hijau, biru hingga ungu. Tersusun rapi dan manis dalam bingkai-bingkai yang elegan hingga menimbulkan kesan yang eksklusif. Sangat inspiratif dan kreatif. Tentu saja untuk memilikinya harus merogoh kantong yang tidak sedikit. Bunga yang baru saja saya lihat dari sebuah berita di layar kaca tersebut, bukan bunga biasa. Karna kertas-kertas penyusunnya merupakan memiliki nominal-nominal rupiah. Iya..uang kertas mulai dari lembar ratusan rupiah hingga lembar ratusan ribuan. Warna dan nilai nominal dari semua rangkaian bunga tersebut tergantung dari pemesannya. Karna rangkaian bunga tersebut merupakan salah satu desain ‘mahar’ uang untuk sang pengantin perempuan. Indah dan sangat menarik. Hanya saja saya kurang sreg, melihat mahar uang yang kesannya hanya dijadikan hiasan saja. Meskipun secara estetika itu jauh lebih baik daripada hanya sekedar dimasukkan ke dalam sebuah amplop.

Ngomong-ngomong tentang mahar, saya jadi teringat sesuatu hal. Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan SMS dari seorang kerabat :
”Ehm..’...Enak yah..jadi perempuan?? mau nikah dapat mahar, dapat hantaran, sesudah nikah setiap bulannya juga dapat uang tanpa harus susah-susah kerja, dapat kasih sayang, di jagain, dilindungin....pokoknya semuanya dapat. Sementara mas sebagai laki-laki harus nyiapin mahar, nyiapin hantaran, harus kerja keras untuk istri dan keluarganya, dan bertanggug jawab penuh atas semuanya..”

Saya mencoba mencerna kata-katanya. Sebagai perempuan saya mengakui hal itu, dan sungguh saya bersyukur dilahirkan sebagai seorang perempuan. Bukan hanya karna pernyataan sahabat saya tadi, tapi karna memang banyak keutamaan dan kemuliaan yang Islam berikan kepada kami. Tapi bukan bearti laki-laki lebih kalah hebat kan??
Saya lalu segera membalas SMS nya :

”Enak juga kan jadi laki-laki?? bebas menentukkan pilihan, lebih punya hak atas istrinya daripada orangtua istrinya sendiri, punya hak untuk dipatuhi, dihormati dan dilayani, memiliki kekuasaan penuh atas keluarganya dan terakhir diberikan hak untuk poligami.”Gimana, benerkan??

Satu SMS kembali saya terima :
”Yups...bener banget!!.he..he..., Alloh itu maha adil....,.”
” Lalu....jika diberi kesempatan memilih mahar, mahar apa yang kamu inginkan???

Wah..sebuah pertanyaan yang belum pernah terfikirkan sebelumnya..., Tapi lalu saya teringat sesuatu. Tentang mimpi-mimpi saya ke depan : tentang perpustakaan mini untuk anak-anak dan masyarakat sekitar saya..saya tersenyum seketika dan segera membalas sms tersebut...

”mahar yang saya inginkan adalah buku.., yups buku!!! puluhan buku-buku tebal bertemakan anak, pendidikan, motivasi dan romantisme kehidupan.,berikut rak-rak penyimpannya... he..he..”

Sebuah sms balasan saya terima:
”hua..!! hau..!! gedubrak!!!..., ga’ semua laki-laki direktur penerbitan tau?!, Kenapa ga’ sekalian minta gedung penerbitannya sekalian aja tuh..., J ^-^......”

Tentu saja saya tidak terlalu serius menjawab tentang mahar yang saya inginkan tersebut, karna saya tak sama sekali ingin menentukan. Jika pun diberi kesempatan untuk itu, maka pilihan jenis ”mahar” akan saya serahkan sepenuhnya kepada calon suami saya nantinya. Itu hak preogratifnya, dan sungguh saya tak ingin mencampurinya. Teringat kembali dengan sebuah hadist bahwa :
”Nikah yang paling besar barokahnya itu adalah yang murah maharnya.” (HR.Ahmad).

Jadi sungguh tak layak, jika kemudian mahar menjadi ”beban” yang memberatkan atau malah menjadi faktor penghambat pernikahan. Saya rasa setiap perempuan muslim faham betul akan hal tersebut. Hanya saja terkadang masalah-masalah ”mahar” justru ditimbulkan oleh faktor tuntutan keluarga calon perempuan atau faktor kebudayaan-kebudayaan setempat.

Yang saya ketahui adalah bahwa mahar merupakan pemberian yang penuh kerelaan dari suami kepada istrinya, apapun bentuknya. Mahar adalah bentuk kasih sayang, penghormatan, sekaligus jaminan ekonomi atas istri, yang diberikan oleh suaminya. Jadi syaratnya adalah kerelaan darinya. Bener ga’??

Tapi sebagai calon pemberi mahar, seorang laki-laki harus memahami sepenuhnya bahwa nilai ekonomis mahar sebagai jaminan kehidupan bagi seorang istri harus pula menjadi bahan pertimbangan , karena islam amat menghargai dan melindungi kaum perempuan.

Dulu, kepada Khadijah ra, rasulullah memberikan mahar 20 ekor unta merah, di lain riwayat 70 ekor, bahkan pada riwayat lain 100 ekor unta merah yang merupakan alat transportasi yang paling mewah pada masa itu.

Begitupun dengan para sahabat yang memberikan mahar pada para istri mereka dengan jumlah yang beragam, seperti Abdurahman bin Auf yang menikahi wanita anshar dengan mahar emas sebesar biji kurma, Tsabit bin Qais memberikan mahar sebidang kebun. Mahar Ali bin abi thalib ra kepada fatimah ra adalah sebuah baju besi huthamiyah yang saat itu bernilai amat tinggi.

Tapi ada juga seorang laki-laki yang karna kemiskinannya memeberikan mahar berupa pengajaran beberapa ayat Alquran kepada istrinya, sesuai yang dikuasai dengan baik.
( HR. Bukhari Muslim).

”Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS. Annisa: 4).

Kaliurang, 21 Mei 2009
Spesial buat mba’ ku yang paling awet muda...Selamat yah...bentar lagi mahar itu sampai ke tanganmu..., Sungguh aku akan melepas masa lajangmu dengan suka cita sepenuh cinta di hati ini...meski harus di dahului gerimis di hati dan pelupuk mataku..^-^