Bunda ...Sabar Dong....!!!

Sabtu, 27 Juni 2009


Bunda....Sabar Dong !!

"Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan." (Dorothy Law Nolte)


”Syifa!!!!, mainnya udahan dunk Nak...!!!,
“Memangnya kamu ga’ capek main melulu tiap hari?”
“Memangnya bunda ga’ capek ngomel terus tiap hari?”
” Syifa!! Klo Bunda bilangin, dengerin!, jangan bawel!!”

” Aduh......kamu main apalagi sih??”
” bisa ga’ kalau ga’ pakai berisik?”
”Tapi aku mau main Bun...”
”Sekarang diam!!!’ bunda capek, mau istirahat...“

Demikian salah satu potongan dialog antara Syifa dan bundanya pada suatu hari. Bagi bunda Syifa, ga’ ada satu hari yang terlewat tanpa emosi, katanya Syifa selalu sulit diatur. Sementara Syifa selalu bilang, kalau bundanya seringkali nyebelin. Karna terlalu sering menuntutnya melakukan ini dan itu. Ehmm...sebenarnya, siapa yah yang salah?

Ketika kecil dulu, anda pernah ngerasa jadi Syifa??...atau malah sekarang setelah dewasa dan berkeluarga ngerasa jadi Bunda nya Syifa??..Ehm...jangan deh yah...

Taukah anda bahwa bentuk penerapan disiplin yang terlalu keras pada anak -- yang biasanya dilakukan orang tua yang masih muda usia -- sebaiknya jangan dilakukan. Sebab bisa mempengaruhi mentalnya di masa mendatang.??? Begitulah kesimpulan hasil sebuah survei tentang orang tua dan perilaku agresif terhadap anak yang dilakukan oleh Murray Straus, seorang sosiolog dari University of New Hampshire terhadap 991 orang tua.
Menurut survei tersebut, membentak dan mengancam adalah bentuk paling umum dari agresi yang dilakukan orang tua. Dibandingkan tindakan yang lebih ekstrim lagi, seperti mengancam, memaki, dan memanggil dengan kasar dengan panggilan bodoh, malas dan sebagainya, maka membentak memang paling banyak dilakukan.
Bukan hanya kepada anak, bayi pun kena bentak. Tetapi biasanya semakin muda usia orang tua, semakin sering pula mereka melakukan 'tindakan disiplin' tersebut.
Dari survei itu, 90% mengaku melakukan bentuk-bentuk agresi psikologis saat dua tahun pertama usia anak. Dan 75% di antaranya mengaku melakukan bentakan atau berteriak pada anak. Seperempat orang tua menyumpahi atau memaki anaknya, dan sekitar 6% bahkan mengancam untuk mengusir sang anak.
Menurut Straus, tindakan ini membawa efek psikologis jangka panjang bagi sang anak, walaupun secara hukum belum bisa disebut kekerasan terhadap anak. Tetapi memang dampaknya tidak langsung kelihatan dan biasanya baru ketahuan setelah mereka semakin dewasa.
Straus menambahkan bahwa agresi psikologis itu bisa membuat anak menjadi sulit beradaptasi atau bahkan berperilaku buruk, karena berbagai faktor. Misalnya, menjadi kurang percaya diri, atau sebaliknya, menjadi pemberontak.
Tetapi yang paling dikhawatirkan adalah kalau mereka melakukan hal yang sama terhadap anak mereka kelak. Padahal kalau secara psikologis, kelakukan anak yang salah seharusnya diperbaiki, bukan dibentak-bentak dan dimarahi.
Yuk Ayah bunda…termasuk calon ayah dan bunda…jangan pernah jadi bunda syifa yah….jangan pernah ajari anak-anak kita dengan emosi yah…, sepakat kan?! ^_^.



Kaliurang, 28 Juni 2009
Terinspirasi ”Ummi” edisi lama buanget...milik seorang umahat...