~ Ehm....Sekali Lagi Tentang Jodoh ~

Jumat, 22 Agustus 2008


~ Ehm....Sekali Lagi Tentang Jodoh ~

”Kak... calon suami Qta sedang apa yahJ?...knp tak kunjung datang juga..:)? Sungguh hati ini begitu telah merindukan hadirnya...ingin segera mencium punggung tangannya...ingin segera berbakti kepadanya...ingin segera membasuh peluh2 perjuangannya..ingin segera menggenapkan setengah dien ini....”

Message delivered.....

1 message recceived :

”Sabar dunk...jodoh kita ga’ akan pernah tertukar deh...dia akan datang pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat....saat kita telah menantinya dan dia belum datang juga...itu artinya kita masih punya banyak waktu untuk memperbaiki kualitas hati & diri...karna dia yang akan hadir tidak akan jauh berbeda dengan kita”

Sebuah balasan sms saya terima dari seorang sahabat di Sibolga-Medan, Seorang akhwat yang tentu saja cantik secara fisik maupun zhahir. Seorang guru PNS di daerahnya. Seorang akhwat yang tentu saja sempurna di mata ikhwan manapun. Namun, saat ini ia juga masih dalam bilik yang sama seperti saya : ”bilik penantian”. Entah apa yang membuatnya belum menikah hingga saat ini, tapi satu jawaban yang pasti sudah kita ketahui bersama adalah karna Alloh belum mempertemukannya dengan jodohnya. Meski usianya kini jauh melampaui usia saya, tapi ia tak sama sekali mengeluh dan selalu saja sabar menanti. Dan satu hal yang paling istimewa darinya, ia selalu saja berprasangka baik padaNya. Tak pernah ada kecemasan, tak ada kekhawatiran. Hatinya selalu penuh dengan bulir-bulir kesyukuran padaNya. Subhanallah.

Teringat kembali dengan sebuah diary hati seorang akhwat yang pernah saya baca dari sebuah blog beberapa tahun yang lalu. Dalam diary tersebut saya ketahui bahwa akhwat ini telah ”berproses” sebanyak 21 kali dalam kurun waktu beberapa tahun. Dan kesemua proses tersebut tak sama sekali berujung pada pelaminan yang telah ia nanti-nantikan. Entah apa faktor penyebabnya...Yang pasti hingga saat itu, akhwat tersebut tetap kuat berdiri. Meski mungkin sambil menata pilar-pilar hatinya yang tumbang tak beraturan. Kecewa pasti ia rasakan, karna itu adalah fitrah diri, tapi tentu saja ia tak sama sekali menyesali atau bahkan menangisi diri. Ia bahkan mampu membesarkan hatinya hingga saat ini. Sembari khusnudzon padaNya atas smuanya. Tak ada benci pada sang Khalik. Semuanya ia terima sebagai bukti cintaNya terhadapnya. Ahh....ia sungguh hebat.

Entah mengapa....hati ini kadang terasa tak sabar lagi menanti hadirnya, padahal belum genap dua bulan menanti...iya...baru saja dua pekan hati ini memutuskan untuk siap menikah.......Apalagi sekarang setelah usia ini genap 23 tahun. Begitu inginnya hati memanajemen usia yang telah Alloh anugrahkan.

Syukurlah Alloh menghadirkan orang lain bagi saya untuk berkaca diri. Saat kadang merasa tak sabar lagi, saya akan kembali berkaca diri pada seorang dosen di kampus saya. Beliau adalah anak sulung dari 4 bersaudara. Di usianya yang telah matang (31 thn) dengan karier yang sedemikian bagus (dosen negri), beliau belum juga menikah (tahun 2004). Bukan karna tak ingin, atau belum menemukan jodohnya...Tetapi memang sengaja menundanya hingga sekian lama. Demi membahagiakan sang ibu (ayahnya telah meninggal sejak kecil), dan ketiga adik-adiknya, ia rela mengorbankan waktu dan segala materi yang dimiliki. Azzamnya ia hanya akan menikah jika ketiga adiknya sudah menyelesaikan program S1. Iya, semenjak kuliah dulu beliau memang menjadi tulang punggung keluarganya. Azzam tersebut memang dibuktikan dengan kesungguhannya. Ketiga adiknya telah mendapatkan gelar S1 nya, beliau sendiri telah mnyelesaikan S2nya. Dan akhirnya di usianya yang ke 35, tepatnya 4 bulan yang lalu beliau baru mengakhiri masa lajangnya. Ehmm...sungguh bagi saya apa yang telah beliau lakukan adalah pengorbanan yang luar biasa. Pengorbanan yang tentu saja tak semua orang dapat melakukannya.

Meski saya bukan anak sulung dan tak memiliki adik. Tapi saya tetap ingin membahagiakan keluarga saya serta berkorban untuk mereka. Tapi bukan bearti dengan pengorbanan yang sama : ”menunda pernikahan”, karna saya yakin masih banyak hal lain yang bisa saya persembahkan untuk keluarga saya. Dan saat ini saya tetap memutuskan untuk menyegerakan menikah. Karna begitu banyak keutamaan –keutamaan yang Alloh berikan pada seorang istri, terlebih seorang ibu. Dan saya ingin mendapatkan kesempatan itu. Tapi manakala Alloh belum menghadirkannya, Tak ada yang lebih bijak selain memperbaiki kualitas diri dihadapannya. Bagaimana menurut anda????????


Agustus 2008
Malam menjelang dini hari

1 komentar:

Anonim mengatakan...

kalau memang sudah ada laki-laki sholih yang meninang kenapa gk diterima aja?