~ M u s l i m a h ~

Senin, 23 Februari 2009

~ M U S L I M A H ~

~ Dekaplah dgn sepenuh cinta di hatimu ~


~Dekaplah Ia dengan sepenuh cinta di hatimu ~

Senja mulai menyapa alamku...Alhamdulillah, bisa sampai di rumah 10 menit menjelang adzan magrib. Selepas memarkir ”kuda tua” di teras dapur dan melengkingkan salam ke semua penghuni rumah, saya buru-buru masuk lewat pintu dapur.

Wah..., mba’ saya yang imoet dan awet muda sudah duduk manis di meja makan, pastinya sambil menikmati makanannya. Ehmm..Alhamdulillah ...banyak makanan di meja : agar-agar santan dan si kroket ubi, kue favorit sejak bayi...eh..sejak kecil, ada soto plus telur rebusnya. Ehm..ternyata semuanya kiriman dari mba’ saya, habis ada pengajian di rumahnya. Mba’ saya yang satu itu emang pinter banget masak...semua masakannya ga’ ada yang ga’ enak. Iri juga jadinya...., tapi kayaknya bakat yang sama ada di adiknya juga deh..cuma kurang waktu aja buat prakteknya..:).
Duh laper juga nih,....seharian aktifitas, fiiuuh...cape’ juga. Dengan sedikit negoisasi dengan diri sendiri (mandi atau makan dulu yah?), akhirnya kami sepakat..makan dulu dunk, baru mandi. Nyam..nyam...alhamdulillah!,. Dimana-mana makan pada saat perut merasa lapar lebih terasa nikmat. Bener kan?!.

Waktu magrib tiba juga, karna ”libur” sholat, sehabis mandi langsung saja menuju singasana diri.., tempat paling aman & nyaman : kamarku nan permai. Sambil cas cis cus almasturatan, saya juga mengaktifkan radio Hp. Ternyata ada bahasan yang menarik nih dari ”Voice Of Islam” Jakarta yang di relay oleh MujahidinFm. Belakangan ini bagi saya ga’ ada bahasan yang lebih menarik selain bahasan tentang seputar anak dan sekitarnya.

Nah begini resensinya :
Pada intinya, Ustazah Latifah Musa mengatakan bahwa setiap anak membutuhkan perhatian dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya, sentuhan, usapan, belaian dan dekapan sayang adalah bentuk perhatian yang paling diharapkan oleh mereka. Karena semua bentuk perhatian tersebut akan menghadirkan kenyamanan dan ketentraman jiwanya.
Bagi anak yang jarang atau kurang mendapat ’sentuhan’ dari orangtuanya, maka akan cenderung memiliki kebiasaan marah, suka meledak-ledak, suka menangis dan memberontak. Hal-hal semacam itu merupakan usaha atau jalan bagi sang anak untuk mencari sekaligus mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya

Nah..jika ada anak yang tiba-tiba marah atau menangis karena suatu hal, maka akan sangat tidak bijak manakala kita memberikan perlakuan yang membuat hatinya justru menjadi lebih tidak nyaman. Membiarkannya, menyalahkannya atau bahkan memarahinya di saat anak demikian tidak akan membuat dirinya lebih baik. Hal yang seharusnya kita lakukan adalah memberikan aksi ”perhatian” padanya : memberi sentuhan padanya : mengusap atau membelainya, atau bahkan merangkul dan menggendongnya, lalu mulailah berkomunikasi dengannya : tanyakan apa dan mengapa dia bersikap begitu, lalu berikan pengertian padanya. Dengan begitu anak akan merasa nyaman sekaligus akan mengalami proses pendewasaan atas ”pengertian” yang telah kita tanamkan padanya.


Ehmm..jadi teringat masa kecil..., hal yang sama sering juga saya lakukan untuk menarik perhatian Bapak. Seringkali saya marah dan menangis karna suatu hal yang seharusnya tak layak dijadikan alasan untuk menangis. Tapi hal itu sudah menjadi jurus yang paling ampuh bagi saya. Kenapa coba??! Karena setiap kali saya menangis bapak selalu datang sebagai ’superhero”. Apapun sebabnya Bapak selalu datang dengan jutaan sayangnya : ”Ga’ usah nangis, anak baik dan penurut kok, sini sama Bapak ”...Lalu kedua tangannya yang kekar segera merengkuh dan menggendong saya, bukan itu saja, Bapak kemudian selalu mendendangkan senandung-senandung ringan untuk saya. Saat mendapatkan perhatian semacam itu, saya merasa sangat ”nyaman” dengan semua itu, lalu redalah semua kemarahan dan tangisan saya. Meski saya sering menangis, tak sama sekali Bapak memberi label ”cengeng” ataupun ”manja”, bahkan tak pernah marah karenanya. Hingga kini hal yang sama bapak lakukan terhadap cucu-cucunya dan anak-anak kecil di sekitar kami.

Berbeda dengan mama dan mba’ lainnya, ketika saya menangis mereka hanya mendiamkan saya lewat lisannya : ”udah diem dunk....ga’ usah nangis ...ga’ boleh cengeng..masa gitu aja nangis..”. Tanpa ada sentuhan fisik darinya...alhasil tangisan saya ga’ kan reda dan justru semakin panjang (habisnya di bilang cengeng segala, pdhl emang cengeng sih..:)). Dan hanya satu yang bis meredakannya : Bapak tercinta..........................
Itu sebabnya saya lebih merasa dekat dengan Bapak. Bahkan hingga kelas 3 SD ga’ bisa tidur tanpa Bapak dan ga’ akan bangun dari tempat tidur sebelum digendong Bapak.


Sungguh...Bapak yang begitu sederhananya, telah mengajarkan saya banyak hal. Tentang kelembutan terhadap anak, tentang cinta, perhatian dan kasih sayang yang tulus terhadap anak. Darinya kini saya tau, bahwa kita harus mendekap anak-anak dengan sepenuh cinta di hati....Ehmm...Bapak...I love you so much!!!



Jum’at, 20 Februari 2009
Di antara harapan yang masih membumbung : ”menjadi penyejuk hati buatnya, di antara kebersamaan yang masih tersisa”

` IKHWAN GITUU LOH..~


~ IKHWAN GITUU LOHH ~

Jadi ikhwan jangan punya fikiran sempit....
Jadi ikhwan mikir kok berbelit-belit.......
Jadi ikhwan ayo dong buru-buru merit.....
Jadi ikhwan jangan hanya bisa berkelit.....

Begini akh, bukan ane ga’ mau nikah....
Begini akh, penghasilan ane payah....
Begini akh, beri dong ane jalur maisyah...
Begini akh, ane akan buruan walimah....

Kalau duit alasan, sampai kapan-kapan akan terasa sedikiiiit...
Kalau duit alasan, sampai kapan-kapan pasti tersa sedikit......


Jumat sore menuju senja..., diantara rintikan hujan, di antara hembusan angin yang begitu dingin. Masih dengan ”kuda tua” , saya menyusuri jalan menuju rumah.....
Entah kenapa...tiba-tiba saya teringat dengan bait-bait nasyid di atas....sempurna...saya bahkan sempurna mengingat setiap kata-katanya...lalu secara otomatis bait-bait tersebut terlantun ringan sepanjang perjalanan pulang.

Saya ingat sekali, ”nasyid humor” itu terakhir saya dengar ketika masih semester 3, kurang lebih 4 tahun yang lalu. Waktu itu saya sengaja memutar kaset tersebut setiap hari selama sepekan...maklum kaset pinjaman dari seorang ’kakak’...jatah peminjaman hanya seminggu..he...he...jadi sudah pasti harus dimaksimalkan pemanfaatannya. betul ga?:)

Sampai di rumah...saya masih mencari sebab..mengapa tiba-tiba Alloh mengingatkan saya pada nasyid itu yah..?! Selusur punya selusur, akhirnya saya menemukan jawabnya...Siang tadi saya menemukan komentar pada salah satu tulisan yang saya postingkan di blog saya. Tentang seorang laki-laki yang belum menikah di usianya yang ke 30. Beberapa waktu yang lalu saudara saya yang juga laki-laki, menyatakan hambatannya untuk segera menikah di usianya yang tak muda lagi. Lalu saya juga teringat dengan salah satu bahasan di majalah ”UMMI ” tahu lalu yang mengupas habis tentang laki-laki yang masih tetap nyaman dan aman atas dirinya yang belum juga menikah si usianya yang tak lagi muda. Rata-rata mereka mengungkapkan alasan status mereka dengan satu kalimat : ”Ikhtiar sih tetap, tapi belum dipertemukan jodohnya...mau gimana lagi...?”

Ehm..iya sih klo udah pake alasan yang terakhir tadi :” belum dipertemukan jodohnya”...
Siapapun akan memakluminya sebagai bukti ketundukan hati padaNYa.....
Tapi sejauh mana ikhtiar mereka menjemput jodoh...tentu akan menjadi pemicu cepat lambatnya pertemuan itu....(eh..bener ga’ yah??)
Dan alangkah tidak bijaknya jika selalu menggunakan senjata ” belum dipertemukan olehNya” sebagai alasan belum menikah., padahal belum ada kesungguhan dan ikhtiar maksimal atas itu semua....

Pada saat ”Dauroh Pranikah” Ust. Cahyadi takariawan menyatakan bahwa hanya ada 2 hal yang menjadi modal utama bagi para laki-laki/ ikhwan sebelum menikah yaitu materi dan kesholehan. Sisanya adalah keberanian untuk memilih dan membuat keputusan...Dan sudah kita fahami bersama bahwa laki-laki adalah pelaku aktif...tidak seperti wanita yang memang karena fitrahnya cenderung pasif : menunggu.

Saya sangat kagum dan salut terhadap mereka yang berani menikah di usia muda meski dengan keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya., tapi saya tak kalah menggagumi mereka yang rela menunda pernikahannya karena mengutamakan memuliakan ibu dan keluarganya terlebih dahulu. Ia rela mengorbankan usianya demi tanggung jawabnya sebagai tulang punggung keluarganya. Bukankah sampai kapanpun seorang laki-laki adalah milik Ibunya???


Jum’at , 20 Februari 2009
Ketika malam masih menuju peraduannya...
Di antara melodi canon-harpsong .....

~ Saat kabut itu menyelimuti hatinya ~



~ Saat Kabut itu menghiasi hatinya ~


Pagi hari di antara suasana mengajar di sekolah, ada panggilan no.hp asing di Hp saya. “Assalamualaikum…”
“Wa alaikumsalam”
“ Maaf ini siapa??, ada yang bisa dibantu??”
”Benar ini Agus Triningsih??”
mendengar suara itu, saya seperti mengenalnya...suara yang tak asing bagi saya...
”Iya benar...ini siapa?”
”Agus....ini Wita.....”
”Hah...Wita Ramadani??” ( bukan nama sebenarnya red,)
”Iya Wita Ramadani..., Agus..., Wita kangen baanget...bisa ga’ kita ketemuan??”
”Witaaaaaaa........kemana aja sih?? Sama...kengen juga nih....., Ketemuan?? Boleh banget...jam 1 siang Agus tunggu di Rumah yah...??”
sebenarnya jam 1 hingga jam 3 ada pekerjaan sekolah yang harus saya kerjakan, tapi ini masih bisa di siasati, karna alam pekan ini hanya jadwal hari ini yang masih fleksibel sisanya sudah harga mati yang ga’ bisa di rubah-rubah lagi.

Dan akhirnya kami memang sepakat bertemu siang itu. Saya hampir ga’ percaya....semudah itu Alloh mengatur pertemuan itu....padahal dalam 7 tahun ini kami hampir tak pernah ngobrol atau bahkan hanya untuk bertatap muka saja....terkecuali 4 bulan yang lalu kami tak sengaja bertemu di sebuah toko muslim. Tapi...saat itu ia hanya sempat meminta no.hp saya, selanjutnya ia berlalu...berlomba dengan waktu yang hampir senja.

Dia duduk tepat disampingku…ia meluapkan semua gundah di hatinya, meski terkadang ia harus terbata-bata mengungkapkannya sambil menahan tangisnya…meski akhirnya tangis itu tak dapat di bendung lagi, airmatanya itu lebih dari cukup untukmenggambarkan betapa “tak ringan”nya “problema”yang selama ini ia rasakan…
Kadang ia terdiam dalam jeda yang relative lama…seperti sedang berfikir apakah ia harus mengungkapkan semuanya atau membiarkan beban itu terantai dalam hatinya……..

lalu saya berusaha menyakinkannya : “ Wita…., ini Agus, aku masih Agus mu yang dulu…Agus masih sama seperti 7 tahun yang lalu saat kita masih di SMA, Agus yang dulu slalu setia menemanimu dalam setiap “lara”mu dan juga “asa”mu, mendengarkan keluh kesahmu, menyimak bait demi bait ceritamu, lalu menyimpannya rapat-rapat dan hanya kita yang tau semua itu…Agus masih menyediakan tempat dan ruang hati untuk mu…, percayalah ..ga’ ada yang berubah...,”

Perlahan tapi pasti….ia melanjutkan ceritanya, kadang hujan tangis di matanya semakin deras meski tanpa suara yang mengibakan….saya hanya mendengarkannya, menatap matanya yang selalu basah…mengelus pundaknya yang selalu naik turun karna masih mencoba menahan tangis….

Hingga akhirnya ia menuntaskan semuanya….melepaskan semuanya yang telah “menggulanakan” hatinya… Semua yang selama ini tertahan...

Meski telah 7 tahun kami terpisah oleh jarak, dan waktu tak lagi memberi kami ruang untuk bersama…tapi sungguh 7 tahun juga, saya merasa kehilangannya. Rumahnya begitu jauh untuk di tempuh, dan saya tak cukup berani untuk menaiki perahu yang akan menghantarkan saya ke rumahnya. Hanya sekali saja dulu, dulu sekali…itupun karna teman-teman merelakan saya duduk di tengah perahu…mereka mengerti sepenuhnya “takut” yang selalu menggelayuti fikiran saya dulu dan juga sekarang. Karna ketika SMA kami sama-sama tak memiliki HP dan No. Rumah..maka praktis komunikasi kami terputus. Hingga beberapa bulan yang lalu Alloh mempertemukan saya dengannya di sebuah toko. Ia hanya meminta no.Hp saya dan berjanji akan segera menghubungi saya. Iya hari ini ia memenuhi janjinya setelah sekian bulan terlewati.

Wita saya ternyata telah menikah 3 tahun yang lalu dan telah memiliki satu anak (2 thn). Ia menikah dengan laki-laki yang tak sama sekali di cintainya. Hanya ada 2 alasan kenapa Wita menerima lamaran suaminya dulu : 1. karna hutang budi (Wita sudah terlalu sering menerima dan memanfaatkan kebaikan-kebaikannya selama 2 tahun sebelumnya). 2. karna Wita khawatir jika menolak, akan membuat suaminya ”patah arang” (saat itu usia suaminya sudah tidak muda lagi, 14 thn lbh tua darinya).
Akhirnya Wita menguatkan hati untuk menerima lamarannya, dengan harapan waktu akan memberikan ruang untuknya ”menumbuhkan” cinta di hatinya.

Tapi 3 tahun yang berlalu tak sama sekali mewujudkan harapannya. Ia tak sama sekali memiliki rasa itu. Hatinya tak sama sekali ”nyaman” dengan rumah tangga yang telah dibangunnya. Bukan..bukan karena ada laki-laki lain yang dicintainya, bukan juga karena kekerasan yang dilakukan suaminya. Tapi hanya karena suaminya terlalu pendiam. Jika berkomunikasi selalu saja Wita yang memulainya, dan komunikasi-komunikasi yang selalu dibangunnya selalu saja terasa hambar dan sangat terbatas. Ia faham sepenuhnya bahwa laki-laki yang telah menjadi suaminya itu mencintainya sepenuhnya. Tapi cinta itu tak pernah diekspresikan lewat lisannya.

3 tahun, ia tak pernah mendapat pujian dan sanjungan dari suaminya, 3 tahun suaminya tak pernah bercerita tentang masalah-masalah dalam hidupnya kecuali setelah didesak olehnya. 3 tahun ia tak pernah mengajaknya bercanda. Dengan sifat pendiam suaminya, Wita merasa tak diperhatikan bahkan merasa tak dianggap sebagai istrinya, kecuali ibu atas anaknya. Wita tak menuntut suaminya untuk romantis..Wita hanya ingin suaminya memujinya sesekali waktu, berbagi cerita tentang hari-hari yang dijalaninya, dan bisa membuatnya tersenyum dengan candaan ringan sesekali waktu. Itu saja...hanya itu yang sekarang Wita inginkan.

Beberapa kali Wita berusaha mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya atas suaminya. Dan hanya ada satu kalimat dari suaminya : ” Mau gimana lagi, beginilah saya....kamu harus bisa mengerti dan menerimanya ”. Hanya itu...dan ga’ ada perubahan apapun atas sesuatu yang telah Wita usahakan...


Diantara decak kekaguman keluarga dan rekan-rekannya atas keharmonisan rumah tangganya. Sejatinya kini...Wita sedang berjuang melawan hatinya...ia tetap berusaha mencintai suaminya & menjadi istri yang sholeha bagi suaminya. Meski terasa berat baginya. Tak ada yang tau tentang ”beban” nya kini, kecuali saya dan kakak kandungnya. Wita memang berusaha mengesampingkan hati dan perasaannya, demi anaknya dan demi laki-laki pilihannya. Semua permasalahan hatinya kini, ternyata telah menjadi jalan kedekatannya padaNYa. Selama beberapa bulan terakhir ia bahkan tak absen sholat tahajud dan shaum sunnahnya. Penampilan Wita sangat berbeda dengan beberapa bulan yang lalu. Jilbab lebar dan rok panjangnya membuatnya lebih anggun dan keibuan. Sungguh Alloh lebih tau bagaimana membuat hambaNya untuk kembali bersimpuh padaNYa...



Selasa, 17 Februari 2009.
Dengan sepenuh kesadaran bahwa komunikasi tak layak dikesampingkan

~ The Golden Ways ~


~ The Golden Ways ~

“Dalam hidup ini hanya ada 2 kesalahan yaitu melakukan sesuatu yang salah dan melakukukan sesuatu dengan cara yang salah. “
“Lakukanlah segala sesuatu yang baik dengan cara-cara yang terbaik, lalu perhatikan apa yang akan terjadi……………..” (Mario Teguh)


Salam Super…!!!
Setiap Minggu malam saat acara : Mario Teguh The Golden Ways @ Metro TV berlangsung….rasanya tak ada seorangpun yang boleh mengganggu saya.Bahkan tak ada aktifitas apapun yang boleh saya lakukan, kecuali sholat isya sejenak waktu. Saya hanya ingin duduk terpaku dan merelakan detik demi detik berlalu di depan TV, mencoba merekam dan menyimak dengan penuh seksama setiap bait-bait motivasi yang disuguhkannya. Ehm…bener-bener nikmat…Gratisss tiss…tisss…..:)

“Motivasi” memang menu istimewa yang paling menarik bagi saya, bahkan memang seharusnya menjadi konsumsi wajib bagi saya dan mungkin juga anda. Karna motivasi akan menjadikan hidup kita lebih hidup. Seprtinya mustahil bagi kita jika melakukan sesuatu tanpa motivasi apapun…..karna motivasi merupakan salahsatu rukun aktifitas kita. Benar ga’ yah???

Bagi saya suatu motivasi akan memberikan energi positif yang tak terhingga pada diri kita. Bukankah ”keindahan Syurga” adalah satu-satunya motivasi terbesar kita untuk tetap ”baik” dalam kondisi apapun ???.
Menjadi ”baik” dalam segala aspek kehidupan merupakan harga mati untuk bisa sampai ke singgasana abadi tersebut. Tapi tak cukup hanya sekedar motivasi tersebut,kita memerlukan motivasi-motivasi yang ringan dan sederhana untuk tetap ”teguh dan berkualitas ” dalam aneka ragam aktivitas harian kita di antara ”iman” yang begitu fluktuatif . Begitu kan??

Yuk...berburu motivasi!!! Lalu jadikan diri kita motivator bagi yang lain....:)

Minggu, 15 februari 2009

~ MQ FM ~

Jumat, 13 Februari 2009


~MQFM~

Seperti biasa pagi ini saya kembali mendengarkan ”tausyiah pagi Aa’ Gym” yang direlay langsung dari radio MQFM Bandung..., Sejak tahun 4 tahun lalu saya mencoba untuk istiqomah mendengarkannya...karna ada begitu banyak manfaat yang saya dapatkan darinya...banyak sharing pendengar yang menggugah kesadaran jiwa...mengasah empati, serta menguatkan iman yang seringkali masih rapuh terhempas problema kehidupan yang tak selalu manis....Dan Alhamdulillah...Alloh telah memberi begitu banyak kemudahan untuk bisa setia mendengarkannya.

Salah satu pendengar pemula yang berhasil berkomunikasi langsung dgn Aa’ pagi ini adalah seorang laki-laki dari Palembang. Dia menyatakan keinginannnya untuk menikah karna merasa sudah mapan secara materi & mental. Tapi di 32 tahun usianya kini, dan atas kekurangannya ia merasa kesulitan menemukan jodohnya...............

Dengan penuh perhatian Aa’ menanyakan kriteria istri yang diinginkannya. Cukup dua item yang diinginkannya : Sholeha dan bisa mengerti kekurangannya...Just it...
Lalu dengan penuh ketawadhuannya...Aa’ menekannkan bahwa pemilik ”kesholehan dan segala yang kita inginkan adalah Alloh, maka memintalah padaNYa, dan mulailah sebuah strategi terbaik : pendekatan dengan Nya, sang pemilik jiwa tersebut...”
Percakapan yang begitu sederhana....tapi saya yakin bagi pendengar yang juga sedang menantikan ”jodoh”nya...menjadi lebih tenang dan tawakal padaNYA...

Nah...bagi anda yang telah siap menjadi bidadari dunia sekaligus bidadari syurga bagi lelaki tersebut, silahkan hubungi no.telpnya : 07117758444. 


Sabtu, 14 Februari 2009

~ C i N t A S a J a ~




~ C i N t A S a J a ~

Dalam senyapnya malam…
Dalam gundahnya hati…
Aku mencari makna cinta yang hakiki...

Dalam raga terlena...
Resah hampanya jiwa...
Akhirnya tenggelam dalam cinta....

Kadang cinta bahagia...
Kadang cinta jadi menderita...
Kadang lupa segala-galanya..
Karna itu kembali padaNya..

Cinta kawan yang yak sepadan...
Cinta guru yang tak berujung...
Cinta ibu bapak tak terbalas diberikan sepanjang jalan...
Cinta rasul bagaikan air...mengalir kepada umatnya...
Cinta Alloh sebuah misteri..bagi setiap hamba-hambaNya....


@ Masjid Mujahidin
Februari 2009 yang penuh cinta...

~ S a H a b a T ~


~ S a h a b a t ~

“Persahabatan bagai kepompong
mengubah ulat menjadi kupu-kupu


Ehm….bener juga yah…persahabatan memang seringkali bagai proses metamorfosis kupu-kupu…karna setiap sahabat adalah ”alarm hidup” bagi sahabatnya....dan dia adalah cermin bagi diri kita...dia juga bisa menjelma menjadi ”malaikat” dalam setiap episode kehidupan kita. Ia adalah ”rembulan” yang seringkali menerangi di setiap lorong-lorong gelapnya malam. Ia adalah matahari di kala siang..ia adalah payung ketika hujan...dia ada ketika yang lain menghilang......ia adalah orang yang selalu menjadikan kita lebih baik...

Sahabatku adalah mentari pagi yang mampu memberi energi bagi qolbu yang lemah
Sahabatku adalah setetes embun pagi yang mensejeterahkan bagi jiwa yang gersang...
Sahabatku adalah sekuntum pohon nan rimbun yang senantiasa memberikan kesegaran bagi hati yang rapuh.
Sahabatku adalah sebulir benih yang mampu menumbuhkan pohon-pohon keimanan dalam hati yang bimbang ”
Sahabat adalah dua saudara kembar yang lahir dari rahim ibunda yang berbeda....”
Sahabat adalah orang yang selalu bersama dalam suka& duka, mendukung setiap langkah qta di jalan kebaikan dan dengan cinta senantiasa memebri masukan sepahit apapun untuk kemashalatan sahabatnya.


Sungguh....seorang sahabat adalah salah satu anugrah terindah yang DIA berikan...., Bagi saya kehilangan seorang sahabat bearti kehilangan anugrah dariNYA...............
Dan sedikitpun saya tak sama sekali ingin kehilangan mutiara persahabatan yang telah terkalungkan di hati ini...
Persahabatan sungguh sangat layak untuk kita perjuangkan...karna hidup tanpa persahabatan bagaikan syair tanpa melodi..dunia akan terasa hambar tanpa rasa.........


Teruntuk seorang sahabat..
Tetaplah disini, di satu sudut hatiku...
Meski nanti jarak& waktu seringkali memisahkan kita...
Tapi sungguh tak kan ada yang mampu melepaskan untaian mutiara yang telah qta rajut bersama...


Februari,..2009
dgn kesyukuran yg membuncah...krn masih memilikimu...

~ Mengarungi "rasa" dalam "asa" ~



~ Mengarungi rasa dalam “asa “ ~

Bagi saya ”guru” adalah profesi yang paling mulia dan mengesankan selain. Sebab itu guru adalah harapan dan cita-cita saya sejak kecil. Namun sayang karena faktor peluang dan takdirNya, latar belakang pendidikan terakhir saya bukan keguruan. Kondisi tersebut tak sama sekali memupuskan harapan saya. Ada banyak jalan menuju Roma, ada banyak jalan juga menuju harapan itu. Saya tetap memupuk harapan itu dengan menyalurkan minat saya di berbagai kesempatan. Saya memulainya dengan menjadi Pembina pramuka, guru TPA, guru privat serta guru di JARIMATIKA center Pontianak. Saya merasa senang dan nyaman bercengkerama dengan anak-anak. Hingga akhirnya saya tau bahwa guru dan anak-anak adalah dua bagian yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan saya, dua hal yang begitu saya cintai.

Akhir Juli 2008, saya mendapatkan tawaran mengajar di TKIT AL KARIMA Pontianak. Sebuah tawaran yang tak pernah terbayangkan dan terfikirkan sebelumnya. Menghadapi anak-anak di usianya yg masih dini dengan berbagai karakter dan kemanjaannya tanpa kapasitas keilmuan yang memadai…(Ehmm….gimana yah?????)….
Tapi demi kecintaan saya pada anak-anak dan profesi tersebut, tanpa ba..bi..bu..lagi, dan tanpa ragu sedikitpun saya menerima tawaran tersebut. Saat itu saya merasa bahwa kesempatan tersebut adalah salah satu anugrah terindah yang Alloh berikan. Karna sungguh..tak semua diri mendapat kepercayaan yang begitu besar. Bayangkan saja…tak ada jaminan apapun atas kemampuan dan kapasitas pengetahuan saya dalam menghadapi anak kecuali beberapa pengalaman mengajar saya.

Hari perdana mengajar di sekolah pun tiba juga. Senin, 28 Juli 2008 tanpa persiapan yang matang, hanya bermodalkan ulasan senyum, keramahtamahan, dan spesial semangat 45 saya siap bertempur di ‘medan’ yang belum sama sekali saya kenali. Sepekan itu saya benar-benar hanya ingin menjadi pembelajar, pengamat atau sekedar penggembira di kelas. Sepekan penuh saya ingin belajar banyak dari guru di kelas tersebut. Hari pertama pun sukses terlalui dengan begitu sempurna sesuai dengan rencana saya. Hari itu saya pulang dengan hati seluas samudra sembari sesekali tersenyum mengingat pola tingkah anak yang menggelikan hati….

Hari kedua, Selasa 29 Juli 2008 saya masih berangkat ke sekolah dengan modal yang sama : ulasan senyum, kelembutan, kasihsayang, dan semangat 45. Tapi semangat saya tak lagi 45 bahkan menurun sangat drastis. Kenapa coba?? Karna guru kelas berhalangan hadir. Wuih..hati ini mendadak kembang kempis tak menentu rasanya..., Bagaimana mungkin saya mengendalikan seisi kelas hanya dengan pengalaman 1 hari sebelumnya???...anak-anak yang beraneka rasa...ups maksudnya yang beraneka gaya, jobdiskribtion yang masih samar-samar terpahami. Tapi ga’ ada alternatif lain, kelas must be go on. Meski samar-samar, saya masih bisa mendengar teriakan hati saat itu : ”Ayoooo kamu bisa!!! Semangat !!!”. Dengan perlahan namun pasti saya memasuki ”laboratorium” tersebut. Ehmm... ternyata nikmat banget, kelas menjadi milik saya sepenuhnya.

Dan acara pertama pun selesai, baca do’a, hafalan surat, hadist. Anak-anak mengikuti dengan antusias meski dengan gerak bebas yang tak beraturan. It’s OK! Never mind. Nah acara kedua di mulai : ”menyanyikan lagu wajib nasional” eh...maksudnya menyanyikan lagu-lagu wajib mereka. Saat itu ada perperangan yang hebat di hati saya..Bayangin aja, waktu di kampus klo akhwat nyanyi ga’ boleh ada ikhwan, waktu lomba nasyid akhwat, ga’ ada seorang ikhwan pun yang boleh ngintip, makanya semua celah kudu ditutup dengan koran atau kain penutup. Pokoknya area itu harus steril dari ikhwan deh. Nah di sekolah ini ada 2 orang ikhwan yang juga guru di sekolah yang sama. Nah, klo nyanyi suara kita kudu pake volume terbesar agar bisa menarik perhatian anak-anak. Tapi resikonya ikhwan itu pasti denger dunk...Bukan apa-apa sih.. selain ga’ biasa, malu banget jika harus terdengar, masalahnya suara saya ga’ lebih bagus dari suara para kodok yang menantikan kehadiran hujan...tuh jelek banget kan???. Tapi sekali lagi demi tuntutan profesi yang begitu mulia akhirnya suara itu keluar juga..malu yang segede gunung itu akhirnya terkalahkan..Dasyat kan??!!.

Acara ketiga menulis dan membaca, nah yang ini ga’ ada kendala yang begitu bearti, Cuma siapin amunisi dan membujuk anak-anak yang ga’ mood . Just it!!.Acara keempat sholat dhuha dan makan...sukses!!.Acara terakhir, doa pulang dan lagu-lagu penghantar pulang...Yah..nyanyi lagi deh...malu lagi nih..Begitulah akhirnya hari kedua yang penuh kesan dan perjuangan hati terlalui juga. Saya pulang dengan hati yang sama ”bahagianya” dengan hari sebelumnya sambil sesekali tersenyum. Kali ini bukan ”atraksi” anak –anak yang membuat tersenyum. Tapi justru karena ”kekikukan” saya menghadapi anak-anak di kelas.

Begitulah selanjutnya hari-hari mengajar anak-anak TK saya lalui dengan penuh suka cita. Ada hal menarik dan selalu dapat saya lupakan. Ketika berkumpul dengan anak-anak. Ya..sebagaimana yang dikemukakan oleh kebanyakan orang bahwa dunia anak sangatlah menarik, indah dan penuh warna. Itulah yang saya rasakan di sekolah ini, tawa-tawa riang, ceria, tanpa beban, usil, manja, cengeng dan ekspresi anak-anak lainnya.
Nyaris tak ada ekspresi susah seperti yang sering kita temui di wajah orang-orang dewasa seperti kita.

Dan kini saya merasa begitu menikmati tugas baru saya. Meski dengan ”uang jasa” yang tak besar, Tapi saya bahagia menjalaninya, karena bagi saya guru adalah pendidik sebuah generasi dan suasana di sini sangat mendukung ”ruhiyah” saya. Banyak fatner kerja yang sering memberi nasehat dan saling menguatkan satu sama lain sehingga kondisi keimanan lebih terjaga. Bukankah itu jauh lebih bearti dari sekedar uang kan??!





Awal Januari 2009..
Ketika hati semakin berat meninggalkannya....

~ Anak -anak & Palestina ~


~Anak-anak & Palestina ~

Hampir semua orang kini tertuju pada satu titik : PALESTINA...........................................
Adegan yang memeras air mata dan meluluhlantakkan kesabaran siapapun, berulang kali muncul di layar kaca…setiap hari…bahkan setiap jam….bisa di pastikan semua mata akan berempati untuk rakyat palestina...kini tak ada yang lebih menderita kecuali rakyat palestina yang menjadi korban perbantaian oleh manusia yang tak berhati nurani....
Israel kejaaaaaaaammm!!!!! Biadab!!! kata celaan seperti apapun pantas terhujam untuk mereka.......dan semua kata itupun tak cukup untuk menggambarkan betapa ndzolimnya mereka......sungguh!!!

Tapi di balik smua itu, ...kita perlu mensyukurinya, karna kini hampir semua muslim di dunia mengenal palestina tak sekedar namanya saja, tapi pasti lebih dari itu dan ternyata tak sedikit umat muslim yang begitu peduli dan berempati dengan penderitaan rakyat palestina...dan sekarang mau tidak mau setiap kepala umat muslim telah tersaave sebuah memory baru : palestina, dan mau ga’ mau dan secara otomatis mereka kan berfikir tentang palestina..paling tidak mencari tau : ”memang kenapa sih palestina bisa di serang begitu???”...bener ga’?

Di tengah peristiwa heroik perjuangan rakyat palestina melawan Israel...anak-anak TKIT AL KARIMA juga tak kalah heroiknya loh!!!
Hari ini beberapa anak di TKIT Al Karima mnedendangkan nasyid Shoutul harokah, berulang-ulang kali…syair itu terdendangkan…dari mulai mau masuk kelas, waktu bermain dan hingga menjelang pulang...

“Ketika yahudi-yahudi membantaimu..
Merah berkesimba di tanah airmu…
Mewangi harum genangan darahmu…
Membebaskan bumi jihad palestina…
Perjuangan telah kau bayar dengan jiwa..
Syahid dalam cinta NYa….
Aaaaa….aaaaaa…aaaaaa….aaaaaaa….”

Memang hanya ”Reff” nya doank sih yang terlantunkan...yah wajar aja jika mereka hafalnya cuma itu, masih kecil gitu loh!!!...Tapi sunnguh...ada nuansa yang beda…ketika syair tersebut terdendangkan dari mulut-mulut mungil anak-anak di usianya yang belum genap 5 tahun. Mereka mendendangkan sambil bermain dan berlari dengan semangat yang tak kalah hebat dari nasyiter yang sesungguhnya….Hebat Nak!! Moga nanti bakalan jadi muslim yang tangguh, setangguh mejahidin palestina.....:)


Selasa, 20 Januari 20009