Kamis, 21 Mei 2009
~ Tentang mahar…~
Bunga-bunga kertas itu terlihat cantik, bewarna-warni, mulai dari merah, hijau, biru hingga ungu. Tersusun rapi dan manis dalam bingkai-bingkai yang elegan hingga menimbulkan kesan yang eksklusif. Sangat inspiratif dan kreatif. Tentu saja untuk memilikinya harus merogoh kantong yang tidak sedikit. Bunga yang baru saja saya lihat dari sebuah berita di layar kaca tersebut, bukan bunga biasa. Karna kertas-kertas penyusunnya merupakan memiliki nominal-nominal rupiah. Iya..uang kertas mulai dari lembar ratusan rupiah hingga lembar ratusan ribuan. Warna dan nilai nominal dari semua rangkaian bunga tersebut tergantung dari pemesannya. Karna rangkaian bunga tersebut merupakan salah satu desain ‘mahar’ uang untuk sang pengantin perempuan. Indah dan sangat menarik. Hanya saja saya kurang sreg, melihat mahar uang yang kesannya hanya dijadikan hiasan saja. Meskipun secara estetika itu jauh lebih baik daripada hanya sekedar dimasukkan ke dalam sebuah amplop.
Ngomong-ngomong tentang mahar, saya jadi teringat sesuatu hal. Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan SMS dari seorang kerabat :
”Ehm..’...Enak yah..jadi perempuan?? mau nikah dapat mahar, dapat hantaran, sesudah nikah setiap bulannya juga dapat uang tanpa harus susah-susah kerja, dapat kasih sayang, di jagain, dilindungin....pokoknya semuanya dapat. Sementara mas sebagai laki-laki harus nyiapin mahar, nyiapin hantaran, harus kerja keras untuk istri dan keluarganya, dan bertanggug jawab penuh atas semuanya..”
Saya mencoba mencerna kata-katanya. Sebagai perempuan saya mengakui hal itu, dan sungguh saya bersyukur dilahirkan sebagai seorang perempuan. Bukan hanya karna pernyataan sahabat saya tadi, tapi karna memang banyak keutamaan dan kemuliaan yang Islam berikan kepada kami. Tapi bukan bearti laki-laki lebih kalah hebat kan??
Saya lalu segera membalas SMS nya :
”Enak juga kan jadi laki-laki?? bebas menentukkan pilihan, lebih punya hak atas istrinya daripada orangtua istrinya sendiri, punya hak untuk dipatuhi, dihormati dan dilayani, memiliki kekuasaan penuh atas keluarganya dan terakhir diberikan hak untuk poligami.”Gimana, benerkan??
Satu SMS kembali saya terima :
”Yups...bener banget!!.he..he..., Alloh itu maha adil....,.”
” Lalu....jika diberi kesempatan memilih mahar, mahar apa yang kamu inginkan???
Wah..sebuah pertanyaan yang belum pernah terfikirkan sebelumnya..., Tapi lalu saya teringat sesuatu. Tentang mimpi-mimpi saya ke depan : tentang perpustakaan mini untuk anak-anak dan masyarakat sekitar saya..saya tersenyum seketika dan segera membalas sms tersebut...
”mahar yang saya inginkan adalah buku.., yups buku!!! puluhan buku-buku tebal bertemakan anak, pendidikan, motivasi dan romantisme kehidupan.,berikut rak-rak penyimpannya... he..he..”
Sebuah sms balasan saya terima:
”hua..!! hau..!! gedubrak!!!..., ga’ semua laki-laki direktur penerbitan tau?!, Kenapa ga’ sekalian minta gedung penerbitannya sekalian aja tuh..., J ^-^......”
Tentu saja saya tidak terlalu serius menjawab tentang mahar yang saya inginkan tersebut, karna saya tak sama sekali ingin menentukan. Jika pun diberi kesempatan untuk itu, maka pilihan jenis ”mahar” akan saya serahkan sepenuhnya kepada calon suami saya nantinya. Itu hak preogratifnya, dan sungguh saya tak ingin mencampurinya. Teringat kembali dengan sebuah hadist bahwa :
”Nikah yang paling besar barokahnya itu adalah yang murah maharnya.” (HR.Ahmad).
Jadi sungguh tak layak, jika kemudian mahar menjadi ”beban” yang memberatkan atau malah menjadi faktor penghambat pernikahan. Saya rasa setiap perempuan muslim faham betul akan hal tersebut. Hanya saja terkadang masalah-masalah ”mahar” justru ditimbulkan oleh faktor tuntutan keluarga calon perempuan atau faktor kebudayaan-kebudayaan setempat.
Yang saya ketahui adalah bahwa mahar merupakan pemberian yang penuh kerelaan dari suami kepada istrinya, apapun bentuknya. Mahar adalah bentuk kasih sayang, penghormatan, sekaligus jaminan ekonomi atas istri, yang diberikan oleh suaminya. Jadi syaratnya adalah kerelaan darinya. Bener ga’??
Tapi sebagai calon pemberi mahar, seorang laki-laki harus memahami sepenuhnya bahwa nilai ekonomis mahar sebagai jaminan kehidupan bagi seorang istri harus pula menjadi bahan pertimbangan , karena islam amat menghargai dan melindungi kaum perempuan.
Dulu, kepada Khadijah ra, rasulullah memberikan mahar 20 ekor unta merah, di lain riwayat 70 ekor, bahkan pada riwayat lain 100 ekor unta merah yang merupakan alat transportasi yang paling mewah pada masa itu.
Begitupun dengan para sahabat yang memberikan mahar pada para istri mereka dengan jumlah yang beragam, seperti Abdurahman bin Auf yang menikahi wanita anshar dengan mahar emas sebesar biji kurma, Tsabit bin Qais memberikan mahar sebidang kebun. Mahar Ali bin abi thalib ra kepada fatimah ra adalah sebuah baju besi huthamiyah yang saat itu bernilai amat tinggi.
Tapi ada juga seorang laki-laki yang karna kemiskinannya memeberikan mahar berupa pengajaran beberapa ayat Alquran kepada istrinya, sesuai yang dikuasai dengan baik.
( HR. Bukhari Muslim).
”Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS. Annisa: 4).
Kaliurang, 21 Mei 2009
Spesial buat mba’ ku yang paling awet muda...Selamat yah...bentar lagi mahar itu sampai ke tanganmu..., Sungguh aku akan melepas masa lajangmu dengan suka cita sepenuh cinta di hati ini...meski harus di dahului gerimis di hati dan pelupuk mataku..^-^
2 komentar:
Subhanallah, belum2 udah posting mahar neh... didoain moga cepat terkabul deh keinginannya... amin.
Btw, jgn sampe lupa aktivitas 'n amanah dakwahnya. Ntar melayang2 mikirin yg 'merah jambu' terus.
Oh iy, jzkm ats komentarny di forum alumni SMPN 1 Sui Raya. Antm alumni sana k?
mahar????
mauuuuuuuuuuuuu.........klu udah tiba waktunya tentunya....
mahar buku???
kyknya bisa bwt contekan ntuh mba mahar impian mba...hehhehe....
InsyAllah klu berjodoh umur panjang,perpusnya na yg desain ya mba....
amiiinnnn......
n 1 lagi....
klu nikah,na yg deain pelaminannya...wkwkkwkwkwk...ntar di diskon deh...
Posting Komentar