Slalu ada empati di hatinya...

Rabu, 06 Februari 2008

”Dan bahwa setiap pengalaman mestilah dimasukkan ke dalam kehidupan guna memperkaya kehidupan itu sendiri. Karena tidak ada kata akhir untuk belajar seperti juga tiada kata akhir untuk kehidupan.” ( Annemarie Schimmel)


Malam itu dua adik rohis saya, sengaja menginap di rumah, sekedar untuk melepas kangen dan berbagi setelah sekian lama tak bersama. karna sejak mereka lulus SMU sejak 6 bulan yang lalu, kesempatan ini jarang sekali berulang. Dulu ketika masih SMU di awal hijrahnya, mereka hampir selalu mampir ke rumah setiap pulang sekolah minimal 1 kali perpekan, meskipun kami juga telah sering bertemu di sekolah sebelumnya.
Malam itu mereka berceloteh tentang banyak hal, hingga hampir tengah malam kami baru mengakhirinya, setelah mata kami sama-sama ga’ bisa diajak kompromi, padahal masih banyak hal yang belum mereka ”share” kan. Apa mau dikata nasi sudah jadi bubur...ups ..salah, maksudnya apa mau dikata mata sudah mulai kabur...:)

Ada satu bagian cerita yang paling mengesankan. Saat itu hari sudah sangat senja, sepulang dari cyber UNTAN motor yang mereka tumpangi bocor. Mau ga mau mereka harus menuntunnya menuju bengkel yang jaraknya sekitar 400 meter dari posisi awal mereka. Pada 100 meter pertama ada seorang ikhwan (ada kemajuan nih,.mereka dah bisa bedain loh antara ikhwan dengan cowok biasa, katanya sih ada janggutnya dan pake celana kain, trus ketika ngomong pandangannya ga ke arah wajah mereka...sip lah..: bener bgt tuh!) yang nawarin jasa tuk tukaran motor hingga arah bengkel. Tapi tawarannya di tolak karna mereka ga’ ingin merepotkan dan lagian jarak bengkel ga’ terlalu jauh (akhwat kudu kuat juga kan?). Alhasil ikhwan tersebut langsung ngeloyor tanpa pamit apalagi pesan. (Cuma basa-basi kali yah???)..habisnya nawarinnya cuma sekali sih, ga’ pake turun dari motor lagi...

Kemudian100 meter kedua ada ikhwan lagi nih. Ia memberhentikan motornya tepat di depan motor mereka, kemudian meninggalkan motor dan membiarkan kuncinya tetap menggantung di motor.
”kenapa Ukh? Bocor??”
lalu tanpa ba bi bu.......Sembari mengambil alih motor bocor tersebut.
”udah ..anti pake motor ane aja...ini urusan ane..anti tunggu di bengkel depan yah..”. Mereka sempat menolak, tapi ikhwan tersebut cukup gesit, ia membantu tanpa harus menunggu restu dari mereka.
Lalu seperti terhipnotis adik-adik saya langsung menuju bengkel yang dimaksud dan ikhwan tersebut menuntun motor hingga 200 meter ke depan.
”Ga’ bisa ditambal nih, bocornya terlalu gede, ganti ban aja yah??” kata pemilik bengkel.
” Yah, di tambal aja Pak. Ga’ usah ganti ban.” adik-adik saya mulai bernegoisasi dengan bengkel tersebut. ”ga bisa, harus diganti.”
”iya Pak..ganti ban aja.” ikhwan tersebut menyela diantara negoisasi itu. Sepertinya ia berniat membayar ongkos tersebut. Kedua adik saya langsung beradu pandang sembari menyimpan kecemasan, khawatir uang mereka ga’ cukup untuk membayarnya. Tapi kemudian setelah mengecek uang dalam dompetnya, kecemasan mereka pun pupus. Ternyata uang mereka 28 ribu, itu artinya lebih dari cukup. Karna ongkos ganti ban biasanya sekitar 20 ribu hingga 25 ribu.
Ikhwan tersebut masih setia menunggui motor mereka. Sejenak kemudian ikhwan itu menanyakan ongkos ke tukang tambal ban terebut, meski proses penggantian bannya belum usai.
”Berapa bang??” sembari menarik dompet dari saku celananya.
”25 ribu”.
Ternyata benar, sang ikhwan berniat membayarkannya.(sepertinya kecemasan adik-adik saya tertangkap baik oleh ikhwan tsb). Kemudian dengan seribu jurus, sang adik menolaknya. Syukurnya ikhwan itu bisa mengerti, ia membiarkan sang adik mebayar ongkos tsb. Dan lalu sang ”pahlawan” pamit deh.

Mendengar cerita tersebut, saya seperti sangat mengenali ikhwan tersebut, dari gaya bicaranya, serta semangatnya untuk menolong. Dalam benak saya ada satu nama. Dan sebelum menanyakan lebih lanjut, saya sangat yakin bahwa ikhwan tersebut adalah ”Tomy”. Tentu saja itu bukan nama sebenarnya, karna nama sebenarnya cukup saya dan Alloh saja yang tau.:).(this is secret).
Kemudian saya mulai menanyakan nama dan ciri- ciri spesifik tersebut. ”Mba, kami tuh ga’ da ngobrol. Jadi kami ga’ tau siapa namanya. Tapi ciri-cirinya ga’ akan pernah terlupa deh. Orangnya bla..bla..bla....., wajahnya bla...bla...bla...,”.

Mereka mendiskripsikan sang ikhwan dengan sangat detail.
Iya : benar ...cirinya sama dengan Tomy saya.
” Trus ciri-ciri motornya de’?”.
“ Motornya, bla...bla...bla...”
Iya : benar, itu motornya Tomy....Kemudian saya membuka laptope saya. Di situ ada file album-album kegiatan. Saya ingat di situ ada foto Tomy bersama rekan-rekan lainnya.
Dan ternyata mereka menemukan pahlawannya di album tersebut. Benar saja, dia adalah Tomy saya. Subhanallah dugaan saya ga’ meleset sedikit pun.
“Mba, kami belum sempat berterima kasih..tolong sampaikan terimakasih kami kepadanya.” J
Dan akhirnya malam itu saya tutup dengan senyum kekaguman pada Tomy saya.

Anda tau?? Tebakan saya sangat beralasan. Tomy adalah ikhwan yang sangat berempati terhadap siapapun, gesit, tegas sekaligus lembut. Saya mengenal Tomy karna kami sama pernah menjadi pengurus harian organisasi dalam satu periode kepengurusan. Satu tahun cukup bagi saya untuk mengenal karakternya. Apa yang ia lakukan terhadap adik-adik saya juga pernah ia lakukan terhadap saya.
Tak hanya sekali..Setiap kali motor saya bermasalah,Tomy selalu menjadi orang pertama yg ringan tangan membantu. Bahkan ia pernah merelakan motornya semalaman. Dan rela ngurusin motor saya yang tetap saja mogok hingga adzan magrib meski sudah terotak-atik.. Mau tau apa yang dilakukan ikhwan lain?? hanya sekedar bertanya dan memandang iba tanpa tindakan riil.(ga’ gentle kan?)

Beberapa bulan yang lalu ada akhwat yang curhat ke saya. Ia mengesalkan ketidakpedulian dan ketidakempatian ikhwan terhadap orang lain. Pasalnya waktu itu ia dan temannya menuntun motornya yang bocor ke sebuah bengkel yang lumayan jauh jaraknya. Di awal perjalanan ia melewati kantin, dan di kantin tersebut ada dua ikhwan yang ia kenal.
”kenapa ukh? Bocor?”...
Sang ikhwan hanya sekedar menanyakan sebuah pertanyaan yg seharusnya ga perlu di jawab sembari tersenyum kecil...seperti tanpa empati...(ugggh cape’ deh!!! Astagfirullah!! Ikhwan kok gitu??)

Trus masih ada lagi akhwat yang protes. Pasalnya juga gara-gara ikhwan yang ga’ punya sensifitas terhadap akhwat. ”bayangin ukh, moso tuh ikhwan nyuruh akhwat ngangkut permadani gede dari rumah seorang ustad, mana rumah ustad jauh lagi....”. Akhirnya setelah temen saya buat ulimatum, ikhwan itu langsung mengambil langkah seribu menuju rumah ustad tersebut.

Duh, ikhwan kok tega yah??? Sebenarnya akhwat ga’ butuh dikasihani sih...tapi akhwat perlu ditolong dan di perhatikan...Hayo yang ngerasa akhwat ??bener begitu kan?? Coba cek di Mars and Venus.:)

Tapi Tomy ga’ gitu deh!!!(kayak iklan aja..:). Beneran, saya yakin klo saat itu Tommy lewat pasti deh, temen saya bakalan ga ’ kesel hati kayak gitu. Insya Alloh.

Eh..lanjut nih..Tomy itu empatinya bukan hanya dalam urusan motor aja loh..tapi dalam segala hal. Seperti waktu itu..saya kembalii merasakan ketulusan atas kebaikan-kebaikannya. Pada sebuah acara pelatihan di sebuah hotel, saya dan3 orang temen sempat terlantar karna belum dapat kamar di hotel tersebut. Panitia yang lain mah sibuk dengan urusannya masing-masing. Sementara Tomy harus nego lagi dengan pihak hotel dan mengusahakan kamar buat kami (memang tugasnya di akomodasi peserta kali yah??).

Dan banyak lagi kebaikan-kebaikannya yang lain, yang tentu saja bukan terhadap saya di saja, tetapi pastinya terhadap semua orang yang berada di orbit kehidupannya.

Saat ini semakin sulit menemukan ikhwan-ikwan seperti Tomy. Hingga saat ini saya belum menemukan ”ketulusan kebaikan” Tomy pada ikhwan lainnya. Semoga ketulusanya bukan hanya sesaat lalu usang dimakan waktu. Tapi ketulusan abadi yang bisa beranak pinak pada orang lain tanpa batas waktu...’

Mengenang Sepenggal kisah tentang Tomy akan slalu mengingatkan saya untuk melakukan kebaikan tanpa pertimbangan materi yang slalu menghalangi kita untuk berbuat kebaikan.
Tomy tanpa ucapannya meninggalkan pesan untuk saya: Mari lakukan sgala sesuatunya dengan tulus dan penuh kasih. Karena tiada yang lebih manis daripada memetik buah atas kebaikan yang kita lakukan. Begitu kah Tom????


Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi . Energi yang kita berikan kepada dunia tak kan pernah hilang, energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain . Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, perasaan bermakna maupun kepuaaan batin yang mendalam (Arvan P.)


Notes :
Menuju pagi, awal Februari 2008.
Dalam dingin...hujan deras yang sedari tadi mengguyur malam belum juga berhenti.
Untuk Yang ngerasa jadi Tomy...Afwan nih jika kebaikan-kebaikannya terpublikasikan..Banyak inspirasi kebaikan yang saya dapatkan darimu..
Never mind kan?? Thanks bgt juga atas kebaikan-kebaikan yang belum sempat terbalas ।

0 komentar: