`~Senandung Cinta dari ufuk kalbu……~`

Rabu, 06 Februari 2008


Jika anda seorang wanita, pasti anda pernah mengagumi seorang laki-laki, demikian pula sebaliknya. Begitu kan?...Kagum dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki mereka. Baik sikap, ucap maupun prestasi yang pernah mereka raih atau kagum atas apapun yang ada pada diri mereka. Sebagai feedbacknya biasanya kita ingin bisa sepertinya atau meneladani di salah satu sisi hidupnya, atau ingin selalu tau segala sesuatu tentangnya atau juga ingin menjadi bagian dalam hidupnya....

Begitu juga dengan saya, rasa kagum itu seringkali muncul di antara aktifitas dan interaksi saya dengan mereka. Seringkali alasan kekaguman saya bukan karna fisik mereka tetapi pada keunggulan karakter mereka. Mereka-mereka yang mampu menumbuhkan kagum pada hati saya adalah mereka yang tawadhu, calm, suyukh, sederhana dalam penampilan dan tentu saja aktif slalu aktif bergerak. Just it!!!

Kekaguman- kekaguman seperti itu sudah menjadi hal yang biasa bagi saya. Hanya sebatas kagum : titik. Ga’ lebih dari itu. Dan selama itu pula saya merasa aman dengan diri saya...karna kekaguman adalah sesuatu yang sangat lazim terjadi..Deretan nama-nama ikhwan-ikhwan yang saya kagumi sudah sekian banyak dan slalu bertambah setiap waktu. Tetapi juga akan lupa bahkan menghilang jika memang tak lagi berinteraksi dengan mereka. Dan kemudian saya akan berpindah pada objek yang lainnya. Begitulah seterusmya., mereka yang kerap hadir dan berinteraksi dengan saya karna suatu urusan, seringkali meninggalkan bekas di hati saya. Kagum...seperti telah menjadi sesuatu yang wajib bagi saya. Bahkan saya punya label-label tersendiri untuk mereka yang saya kagumi. Hanya untuk konsumsi pribadi. Contoh : si Ulet (tekun) = ikhwan A, Si suyukh = ikhwan B, dan begitu seterusnya. Label tersebut saya sesuaikan dengan karrakter yang paling menonjol dari dari mereka. Dan seringkali saya mengungkapkannya dan pada sahabat saya. Dan syukurnya kekaguman-kekaguman itu tak pernah tertumpu dan terhenti pada satu nama.

Tetapi sejak beberapa bulan yang lalu ( saya tak tau kapan persisnya) ada yang `tak biasa` pada kekaguman saya. Ini merupakan sesutau yang paling saya khawatirkan sebelumnya..sungguh!. Saat ini saya mudah sekali terbawa arus rasa kekaguman yang tak biasa. Karna rasa kagum itu tak datang sendirian. Ia datang bersama rasa lainnya. Mungkin rasa itu bernama cinta. Dan kini Kekaguman itu telah terhenti pada satu nama. Dan enggan berpindah pada nama yang lain, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sungguh sesuatu yang menherankan bagi saya. Karna rasa itu muncul bukan karna sering berinteraksi, sama sekali tidak. Bahkan hampir persis setengah tahun saya tak sama sekali berinteraksi dengannya. Bukan juga muncul karena sering melihatnya : tidak. Kalau pun sempat melihatnya itu hanya sekilas dan dengan jarak sekian meter, dan saya tak sama sekali berani mengarahkan mata ke wajahnya, sesuatu yang sangat saya hindari. Dan hebatnya saya hafal banget dengan pakaian-pakaian yang pernah dikenakannya. Ya...dalam hitungan saya, ia tak memiliki tak lebih dari 7 kemeja Sungguh sangat simple dan sederhana.

Mungkin rasa itu muncul lantaran dalam beberapa bulan ini ia sering menjadi tokoh yang memainkan peran utama dalam rangkaian mimpi-mimpi saya. Anda tau ikhwan-ikhwan yang menjadi bagian dalam aktivitas saya, sangat jarang andil dalam mimpi saya. Jikapun pernah maka tema-tema mimpi yang ada akan sesuai dengan kejadian-kejadian yang sesungguhnya terjadi. Dalam rentang waktu 1 bulan ikhwan tersebut selau hadir dalam mimpi saya. Yang paling unik bagi saya, tema mimpi tersebut selalu tentang keluarga dan pernikahan.:). Seandainya ada Ibnu Sirin di sekitar saya, mungkin beliau bisa menafsirkan apa maksud mimpi itu.(J) Sesuatu hal yang sudah pasti adalah bahwa mimpi hanya sekedar bunga tidur yang seringkali hadir tanpa arti atau makna sama sekali. Dan selama ini saya sama sekali tak terpengaruh dengan mimpi-mimpi saya sebelumnya. Tapi kali ini, sungguh...Mimpi telah memberikan pengaruh dalam ruang hati saya. Ah....kenapa bisa begini yah??

Anda tau?? Saya tak sama sekali berani mengungkapkan kekaguman saya kepada siapapun, termasuk sahabat saya. Begitu juga dengan mimpi-mimpi saya tentangnya........Semuanya saya simpan rapat-rapat: sendiri. Saya malu jika harus ada yang tau. Dulu ketika saya kagum dengan seseorang, semuanya selalu berjalan normal. Tak ada ruang hati untuk bimbang, tak ada ruang hati untuk gelisah, tak ada ”malu” jika harus berinteraksi dengannya, tak ada ”fobi” jika harus berpapasan dengannya, tak ada ”getar’ jika harus mendengar suaranya atau ketika melihat sosoknya dari kejauhan. Dan saat ini saya sangat menghindari pertemuan dengannya. Jika memang bisa dihindari, maka saya akan berusaha menhindar. Atau saya sangat menhindari untuk melihat sosoknya sungguh. Anda tau kenapa? Karna setiap kali melihat sosoknya meski dari jarak yang tidak dekat, maka seketika itu selalu ada resonansi dalam ruang hati .

Astagfirullah....tiba-tiba saya merasa menjadi orang teraneh di dunia. Dan kalau sudah begini, saya hanya bisa pasrah atas fitrah hati yang telah Alloh berikan. Sembari berusaha mengelola rasa itu agar tetap suci seperti fitrahnya, dan rasa itu tak menjadikan saya gelap mata, Semoga!!. Dan hanya ada satu doa untuk mewakili rasa ini : Semoga Alloh memberikan jalan yang terbaik atas ”rasa” yang masih tersimpan hingga kini. Karna saya tak sama sekali berani untuk meminta lebih dari itu terhadapNYA. Mungkin ini hanya ujian perasaan yang harus saya lalui, dan kemudian seiring berjalannya waktu ” rasa” itu akan segera terbang dari sarang hati nih. Dan jika kemudian , jika senandung itu berdendang lagi, saya hanya bisa menitipkan salam rindu kepadaNya untuk siapapun dia yang akan Alloh hadirkan untuk menjadi pangeran dalam hati saya, sembari bergumam lirih : ”Alloh sampaikan juga kepada pangeran itu, bahwa saya telah menantikan hadirnya..”.


5 Februari 2008
Ketika kembali melihat sosoknya...

1 komentar:

Abu Fauzan mengatakan...

Assalaamu'alaikum... dek,
Senang bisa mengunjungi blog-mu.
Semoga kita bisa saling nasihat-menasihati dalam kebaikan, kebenaran, dan kesabaran.

Salam kenal,
Abu Fauzan.