`Yang ku syukuri dari ”tumpahan hati” itu… `

Rabu, 12 Maret 2008


Suatu ketika di antara jeda sebuah acara pelatihan, saya sengaja menemani makan seorang peserta . Ia datang terlambat setelah jeda zuhur, alhasil teman-teman lainnya tlah kenyang duluan. Mau tau? Gadis ini sangat terbuka ….waktu 20 menit ia gunakan untuk share kan uneg-uneg di hatinya. Smuanya mengalir begitu saja , tanpa ada kekhawatiran atas kehadiran orang lain di antara kami. Dan seolah tanpa beban,, ia menceritakan tentang permasalah hatinya kepada saya yang sama sekali tak pernah dekat dengannya, karna memang tak satu kota. Mmm…mungkin karna pembawaan saya yang familiar yah? Atau karna roman wajah yang dewasanya ga’ ngajak-ngajak umur ? (boros dunk wajahnya…) atau karna apa ya? Aahhhhh…apapun alasannya yang pasti saya tidak pernah merasa terganggu karenanya.

Saat-saat seperti ini saya begitu menikmati ‘profesi ‘ yang telah saya tekuni mungkin sejak bukan anak-anak lagi. Menjadi tempat curhat : MENDENGAR, MENYIMAK PENUH PERHATIAN, TERSENYUM UNTUK RANGAKAIAN CERITA YANG INDAH, ATAU TURUT SERTA MENGERUTKAN KENING KARNA BINGUNG ATAU MENANGIS PENUH HARU ATAS SEDIH YANG MENGGULANA ATAU JUGA HANYA DUDUK MANIS HINGGA PARAGRAF TERAKHIR SELESAI DI TUANGKAN.

Ya…begitulah, saat-saat emas untuk belajar dari pengalaman orang lain. Bukannya pengalaman adalah guru yang paling beharga?? Bukankah setiap tempat adalah tempat belajar bagi kita dan setiap orang adalah guru bagi kita??Kadang mereka hanya ingin di dengar, kemudian berlalu tanpa menuntut solusi apapun atas smuanya, kadang juga hanya ingin sekedar menangis lepas tanpa beban, kadang juga hanya berakhir pada kalimat : “trims yah mba atas waktunya, doain smoga akan ada kemudahan atas smuanya”. Yup…Just it!!!Tapi seringkali juga : “jadi saya harus gimana mba??, semuanya serba salah, ayo dunk!…gimana baiknya mba?”
Jika sudah begitu seringkali saya hanya mengerutkan dahi tanda kebingungan yang belum berujung. Hingga kemudian kami sama- mencari solusinya. Dan endingnya tanpa babibu… mereka akan berlalu dengan senyum simpul yang menghiasi wajahnya.

Tuh..simpel kan??kadang-kadang malu juga dengan diri sendiri, mereka terlalu berlebihan..seolah saya adalah pahlawan dalam kepiluannya, dalm keresahanya dalam setipa pergolakan hati yang menguras energi hidupnya..aah..sangat berlebihan. Padahal sejatinya mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa bagi saya dan saya tak lebih hanya seorang pendengar yang baik Kenapa bis begitu? Ya karna dari mereka saya bias belajar menikmati pernak-pernik kehidupan. Inilah yang juga kusyukuri dari bait hidup ini.

Salah seorang diantara mereka sempat nyeletuk : “seharusnya mba ga’ masuk MIPA, seharusnya mba’ ngambil jurusan psikologi saja, karna bakat psikiaternya sudah ada…”
Dan lalu batin ku bergumam lembut :” seharusnya memang begitu de’, tapi hidup membawa saya di pelataran MIPA”.




Eh kembali lagi ke cerita gadis tadi yah….

“Duh…mba tolongin saya dunk…, saya benar-benar bingung dengan masalah saya. Sudah beberapa hari ini setiap malam saya selalu nangis mikirin dia. ,, bla…..bla….blaaa…”. Panjang deh ceritanya. Intinya tuh gadis habis di putusin pacarnya, sang pacar telah membawa hampir seluruh hatinya. Ceritanya sang pacar yang usianya 7 tahun di atasnya ingkar atas smua janjinya. Dan sang gadis masih ingin mempertahankan cintanya…(wes kadung tresno,….). ”saya ga bisa nglupain dia mba, meskipun dia sering ingkar tapi dia baik : penyayang.”. Raut mukanya ga kalah cemasnya dengan gadis berusia 30 tahun, meski ternyata usianya baru 20 tahun.

Spontan hati saya bergumam : piye toh de? Wong sering ingkar kok dibilang baik?.
Ini susahnya jadi perempuan, jika sudah ada simpati yang mengakar, bakalan susah nglupain, suka repotin hati, padahal yang nyuri hati juga ga’ gitu-gitu amat.
”lah terus ade maunya gimana sekarang? Mau dia balik lagi? Itu saja cukup?”
“ya pokoknya saya ga’ mau begini...sedih banget mba, benciiiii banget, tapi ya juga ga mau kehilangan dia.”
“Dia sholeh??”
“sholeh sih, tapi kadang juga ga’ sholat”
Gedubrak!!! Hatiku seperti jatuh ke bawah…, la wong masih suka bolong sholatnya kok di bilang sholeh.
“Trus , klo ntar dia balik lagi tetap pacaran apa nikah??”
“yah…dianya blm mau mba, masih 2 tahun lagi…”
“lah…kelamaan atuh neng…, lansung nikah aja mau??”
“gimana yah mba….saya tau pacaran itu haram, tapi saya ga mampu seperti mba atau akhwat lainnya yang tenang banget nungguin jodoh.”
“pokoknya susah deh”

“klo ade sedih kehilangan dia karna sholehnya sih, sah-sah aja de…tapi klo tetep ingin balik meski dah tau banyak tentang keburukan sikapnya, ya..ga baik toh…”
“mungkin ini cara Alloh untuk mengingatkan bahwa memang dia bukan yang terbaik buatmu. Syukur kejadianya sekarang, coba klo udah nikah gmn??”
“dan satu yang pasti segala sesuatu yang diawali dengan cara yang baik, insya Alloh juga akan baik endingnya, begitu juga sebaliknya. Jadi jangan pacaran lagi yah….percaya deh aturan Alloh tuh Indah dan sempurna, dan ga’ ada yang merugikan buat kita”
“Jika kemudian dia datang kembali, coba istikharoh deh, libatkan Alloh…Mungkin kita sering sombong, merasa mampu menyelesaikan semuanya tanpa berharap bantuan dariNYA.”
“baiklah mba, akan saya coba.”
’meeting’ kami berdua segera ditutup karena rangkaian acara selanjutnya harus dimulai kembali.


Lagi....masalah cinta...masalah hati..., saya paling ga’ berpengalaman dan ga’ lebih tau dari siapapun. Yang saya tau dari beberapa buku yang pernah saya baca, setidaknya ada beberapa petunjuk yang harus kita perhatikan untuk memilih seorang suami yaitu beragama islam, taat beragama dan baik akhlaknya, kuat semangat jihadnya, dari keluarga yang sholeh, taat kepada orangtua, mandiri dalam ekonomi, kualitas dirinya setara dengan kita atau bahkan lebih baik, pemimpin yang baik, bertanggung jawab, adil, berperilaku halus, dan terakhir subur serta senang berketurunan.

Ya...idealnya memang begitu....,tapi tentu saja untuk beberapa kasus kita harus siap berdamai dengan realita.
Sungguh melalui curhatnya kali itu, Alloh telah mengajariku banyak hal tentang sesuatu yang sebelumnya belum terfikirkan....agar kelak jika ujian hati itu menyapa kembali saya lebih bisa siap menghadapinya....


Februari 2008