Senin, 21 Januari 2008
Suatu pagi di hari libur, tepatnya di hari Kamis, 1 Muharram 1429 H kemarin, saya bertandang ke rumah Ozy (kls 5 SD) untuk mengajar privat. Biasanya saya datang ba’da magrib, karna malam harinya saya berhalangan hadir, maka saya harus menggantinya di pagi tersebut. Di tengah-tengah aktivitas kami, datang seorang penjual sayur yang ternyata adalah seorang nenek tionghoa bertubuh ringkih dengan topi capingnya..ia melepaskan senyum tulus tepat di depan pintu tempat kami belajar. Ramah sekali, seolah tanpa beban. Sangat jarang saya senyum indah nan tulus dari seorang yang sedang menawarkan dagangannya. Ah…saya kagum dengan sang nenek.
Pagi itu ternyata ibunda Ozy sedang tak membutuhkan”gambas “: satu-satunya sayuran yang ia tawarkan saat itu. Demikian juga dengan ibu –ibu sebelah kanan dan depan rumah Ozy tak ada yang membutuhkannya..ah, ternyata tak ada yang membelinya.. Sayangnya saya tak sama sekali membawa uang , padahal saya sangat ingin membelinya meski tak membutuhkannya. Saya hanya ingin tetap melihat senyum tulusnya…akhirnya Sang nenek pun kemudian melenggang pergi dengan keranjang di tangan kanannya dan tentunya dengan rasa kecewa di hatinya karna gambasnya tak ada yang membelinya….
Hati saya benar-benar terenyuh menyaksikan episode tersebut..
Ternyata, Ozy bias membaca roman muka saya yang berubah seketika…”Mba’ kasihan yah???..Ozy juga mba.”…Kemudian tanpa diminta Ozy bercerita tentang nenek tersebut.
“Rumah nenek tersebut ada di belakang rumah Ozy mba’, . Rumahnya hanya sekedar gubuk kecil berukuran 2x3 m, tanpa lampu tepat berada di pojokan kebun sayur , ia hanya tinggal sendiri mba’. Kata ibu, anaknya ga’ mau menerima kehadiran nenek di rumahnya.”…..
“Begitu kah Zy??”
“iya mba’, ibu yang cerita ke Ozy”।
Ups…seketika itu airmata saya menetes…tanpa malu. Ozy pun hanya menyaksikannya dalam diam tanpa protes..seolah sangat memahami perasaan saya saat itu
Ibunda Ozy kemudian menemui kami. ”mba’ Agus, sebenarnya Ibu juga ga’ tega. Setiap kali nenek datang ibu memang hampir tak pernah membelinya..bukan karna tak iba...atau karna tak membutuhkannya.., tapi karna ibu mengetahui pasti bahwa gambas-gambas tersebut adalah hasil curian dari kebun sayur anaknya. Meski ibu juga tau bahwa semua terpaksa ia lakukan demi untuk bertahan hidup..Ibu khawatir gambas-gambas itu haram untuk kita makan.”
Di tengah ceritanya, saya juga melihat mata ibunda Ozy yang semakin berkaca-kaca....
Ah....saya semakin terenyuh setelah mengetahui semuanya. Betapa durhakanya sang anak jika memang ia benar-benar tak memuliakan orangtuanya. Betapa tak berbalas budi jika memang ia benar-benar tidak menafkahi dan tidak menjamin kehidupan orangtuanya...
Naudzubillah....!!! Semoga saya dan juga anda tak kan pernah seperti itu.....
”....Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkaataan yang mulia.” (Al Isra : 17)
”Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (Al baqarah: 215).
Menurut analisis saya dari sekelumit kepahaman saya. Nenek tersebut terpaksa mengambil hasil kebun anaknya tanpa idzin karna tak ada cara lain untuk menafkahi dirinya, sementara sudah sedemikian ringkih. Jadi ia bukan mencuri, tapi mengambil sebagian yang sebenarnya adalah haknya. Bukankah Islam menuntun kita bahwa semua harta benda anak juga merupakan milik orangtuanya. Tapi sebaliknya sgala sesuatu yang menjadi milik orangtua belum tentu menjadi milik sang anak. Jadi gambas-gambas tersebut menjadi halal untuk dikonsumi ...Bukankah begitu???
Melihat nenek itu saya seperti melihat ibu saya yang juga berprofesi sama sepertinya। Berjualan tape keliling dengan sepeda tuanya dan 2 keranjang yang sudah reot. Di usianya yang tak muda lagi, ia masih memiliki semangat ”muda” nya: bekerja , bekerja dan bekerja. Kulit yang menutupi tulangnya yang hampir tak berdaging sudah tak kencang lagi, tapi kakinya masih sedemikian kencang megayuh ”ontelan” sepedamu. ia tetap perkasa melintasi pemukiman demi pemukiman, sambil berteriak : tapeeee! Tapeee!...bukan itu saja॥Mamak juga mampu mengerjakan semua pekerjaan yang juga dilakukan bapak : mencangkul, menanam umbia-umbian, mencari kayu bahkan menganngkut beban-beban berat di punggungnya...benar-benar perkasa!!!
Maak,... sebenarnya engkau tak perlu lagi bekerja keras seperti itu...Istirahatlah...Anggota tubuhmu tak mampu membohongi dunia bahwa engkau adalah seorang wanita perkasa...
Maak....Sudah waktunya bagimu untuk menikmati hidup, menghabiskan sisa usiamu di rumah saja. Duduk manis sambil berdzikir dan menantikan kehadiran kami setiap senja menjelang.....
Tapi selalu saja mamak tak pernah mau istirahat..waktu-waktumu sedemikian berharga..hampir tak pernah engkau terlihat duduk tanpa melakukan aktifitas apapun kecuali jika sedang duduk makan dan sehabis sholat-sholat fardhumu...
Mak slalu bilang tubuhnya akan semakin tidak sehat jika tidak beraktifitas....jika sudah begitu tak ada seorangpun yang mampu menahannya...
Mak...engkau memang wanita hebat...Meski Mak ga intelek...meski mamak sering ”ngeyel” dan ”kekeh” dengan prinsip-prinsipmu...meski mamak ga pernah nyambung bila diskusi soal politik, meski mamak juga ga mengikuti perkembangan zaman..tapi bagi kami anak-anakmu..Hadirmu merupakan anugrah yang tiada bandingnya...
Mamak slalu setia memuliakan tamu...Temen-temen slalu merekomendasikan syuro di rumah kita karna slalu saja ada minuman dan minuman yang mamak sajikan.....
Wajah mak memang tak elok lagi॥tapi saya tau mak dulu pernah cantik meski tak ada foto-foto yang membuktikannya....Saya tau bahwa dulu mamak di lamar oleh 3 orang ”perjoko-perjoko” ganteng dan mapan...Seorang mantri kesehatan di kampung, seorang lagi yang kini jadi 6 mobil angkutan umum, seorang lagi adalah bapak, seorang perantau dari jawa yang hanya punya semngat untuk kerja keras। Kakek dan juga mamak lebih memilih bapak karna bapak ”lulus” . Bisa sholat dan pinter ngaji (ga’ tau gmn ngetesnya yah??). Iya saya tau , perjoko(pemuda) asli kampung kita dulu jarang yang bisa sholat dan ngaji...buktinya dari 20 teman sebaya saya di kampung, paling banter hanya 5 diantaranya yang orangtuanya bisa Sholat dan ngaji..selebihnya hanya islam KTP.
Mamak ga’ salah milih bapak...2 tahun lalu dengan karunia-NYA bapak berhasil membawa serta mamak ke tanah suci..Sementara 2 perjoko yang dulu sempat melamar mamak belum bisa seperti bapak, meski secara ’kasat mata ”mereka memang lebih sukses dari bapak. Mamak beruntung karna telah memilihkan bapak untuk kami anak-anaknya.
Dan Saya merasa sangat beruntung karna telah di anugrahi bapak dan mamak yang sesederhana mereka....
Mak..jangan pergi dulu yah....tunggu saya menyelesaikan kuliah...mencari rizki buat hari tuamu...
Mak juga jangan pergi dulu yah...tunggu saya...pilihkan ”teman hidup” yang setia menemani saya selepas kepergian bapak dan mamak nanti....
Mak jangan pernah pergi.....tunggu saya...ajari saya menimang, merawat dan membesarkan anak-anak saya......
Bapak juga yah...tunggu saya...tetap sehat yah...saksikan saat-saat wisuda saya nanti dan jika saya sudah punya pekerjaan tetap nantinya...kita jalan-jalan ke pasar yah...kita mampir ke warung sate। Seperti yang selalu bapak lakukan setiap bulan ramadhan di masa kecil saya...Jika bapak sakit kita ke dokter sama-sama। Seperti yang slalu bapak lakukan dulu...dengan sepeda bapak kita slalu ke rumah sakit di tepian kapuas mencari mantri yang slalu saja menyuntik saya agar segera sembuh...dan bapak pastii akan selalu membelikan sesisir pisang kesukaan saya॥selanjutnya menemani saya menyaksikan setiap motor klotok yang hilir mudik di sungai itu hingga nyeri bekas suntikan itu hilang...
Pak...tetap tunggu saya yah...tunggu saat hari pernikahan saya tiba...bapak harus jadi wali buat saya...Sebagaimana kakek dulu...bapak juga harus memilihkannya buat saya..
Saya ingin yang seperti bapak..pinter ngaji dan pinter sholat sepanjang waktu....slalu ada saat saya sakit dan slalu menghibur di saat duka..dan saat saya letih saya bisa merebahkan kepala di pangkuannya seperti yang sering saya lakukan meski sudah segede ini..
Pak...Mak..saya akan menemani hari-hari tuamu...sebagaimana engkau yang selalu menemani hari-hari kecilku dulu..
Pak..Mak...Smoga masih ada kesempatan bagi saya untuk memenuhi harapan-harapanmu yang belum sempat terwujud......smoga Alloh masih memberi kita waktu yah...
Smoga masih ada kesempatan .
”Rabb...ampunilah dosa ku dan dosa kedua orangtuaku...sayangi dan lindungi mereka...sebagaimana yang tlah mereka lakukan terhadapku sewaktu kecil hingga kini.”
Amiiiiiin
22 Januari 2008
Kala dhuha...diantara ceruitan burung burung pernjak..
di antara data penelitian yg blm jg dibenahi...