Sabtu, 22 Agustus 2009
Ahlan wa sahlan yaa Ramadhan, Syarrafta yaa syahral qur’an. Selamat datang wahai bulan Ramadhan, Kedatanganmu membawa kemuliaan, wahai bulan Al-Qur’an.
Senja yang ternanti, akhirnya tiba. Senja pertama di bulan Ramadhan. Prosesi penantian panjang telah berujung. Rindu yang selalu menggelayuti jiwa, kini tertawarkan sudah. Hati ini mengharu biru. Luapan rasa syukur menyentak-nyentak kalbu. Rasa itu kini berpadu : bahagia dan haru, senyum bahagia dan tangis kesyukuran. Bahagia karna telah menerima salah satu anugrah teragung dari-Nya : Ramadhan Kariim. Keharuan juga menyeruak jiwa atas kenikmatan usia yang dari-Nya, karena tak sedikit yang harus berpulang pada-Nya ketika ramadhan tinggal terhitung jari. Juga karena Ramadhan kali ini harus saya jalani tanpa keluarga. Hal yang tak pernah dirasakan sebelumnya.
Bongkah kecemasan dan kekhawatiran jika tak bertemu dengan Ramadhan yang penuh berkah ini, kini lebur sudah. Sungguh saya semakin merasakan kasih sayang-Nya. Alloh memperkenan perjumpaan dengannya: bulan training manajemen syahwat, bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh dengan ampunan dosa, bulan yang penuh dengan peluang emas untuk melakukan ketaatan, bulan dilipatgandakannya amal sholeh, bulan jihad dan bulan kemenangan. Alhamdulillah.
Magrib kali ini basah oleh tetes-tetes kesyukuran. Kesyukuran itu juga terlisan lewat hamdalah. Meski sesungguhnya tangis dan tahmid masih jauh dari cukup untuk menerjemahkan kesyukuran itu. Karena sejatinya bentuk kesyukuran terbaik adalah dengan tak mensia-siakan kesempatan agung itu. Dan oleh karenanya tak sedikitpun ingin menyia-nyiakan setiap detik waktu yang akan hadir hingga penghujung ramadhan nanti. Ramadhan kali ini harus menjadi momentum perubahan terbaik. Ramadhan kali ini harus meninggalkan ukiran terindah yang akan teurai dalam laku. Dan hingga uraian laku itu mengabadi sepanjang masa. Semoga....!
Awal Ramadhan adalah awal perjuangan. Berjuang membenahi diri. Berjuang, berjuang dan berjuang !!. Hingga menemukan muara akhir : Kemenangan Hakiki. Dan kemenangan itu tak kan bisa diraih kecuali atas pertolongan dan kehendak dari-Nya. Mengawali ramadhan kali itu, dengan memunajatkan sebait harap pada-Nya.
”Yaa Allah! Jadikanlah puasaku sebagai puasa orang-orang yang benar-benar berpuasa. Dan ibadah malamku sebagai ibadah orang-orang yang benar-benar melakukan ibadah malam. Dan jagalah aku dari tidurnya orang-orang yang lalai.Hapuskanlah dosaku. Wahai Tuhan sekalian alam!! Dan ampunilah aku, Wahai Pengampun para pembuat dosa.” Amiin.
Yogyakarta, 1 Ramadhan 1430 H.
0 komentar:
Posting Komentar