Cantik Itu Lembut

Jumat, 21 Desember 2007

Cantik wajah seorang wanita akan sirna seiring berlalunya waktu. Semua orang tentu sepakat. Namun banyak lelaki sering terlena. Terlarut dalam daya pikat dan pesona kecantikan wajah. Hasilnya apa..? Terlalu banyak kisah-kisah pilu, lara dan mengenaskan terkenangkan dalam hidupnya. Tak usah mencari contohnya, saya sendiri pernah mengalaminya. Tak perlu saya ceritakan lebih lanjut, terlalu sakit. Terlalu tragis. Walaupun begitu, saya tak pernah menyesal dengan pengalaman. Seburuk apapun pengalaman, sepanjang nafas masih ada tentu saya masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri.


Hari ini, saya mencoba merenungkan kembali pengalaman itu. Jika ingin mendapatkan gambaran menarik tentang bagaimana nasib seorang lelaki yang terlena oleh daya pikat kencantikan wajah semata, bisa berkelana lewat sebuah novel. Sebuah gambaran dan kisah cukup memikat ada dalam novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” karya Habibburahman El Sirazy. Kisah ini memaparkan bagaimana seorang lelaki terlampau mengejar kencantikan fisik, padahal disampingnya hadir wanita yang sejati cantiknya, tulus mencinta sepenuh kelembutan jiwa. Lelaki itu gagal mencinta karena hanya melulu terpikat fisik semata. Memang benar pesan di akhir novel, Kang Abik (panggilan akrab Habibburahman) menyirat dedikasi pesan dari sebuah karya itu, pada akhirnya kita (lelaki) memang harus sadar bahwa kecantikan wajah memang bukan segalanya.


Lalu cantik itu apa..?


Perdebatan yang panjang terjadi ketika merumuskannya. Biasanya, akan berakhir pada kesimpulan bahwa cantik itu relatif. Setiap orang bisa memandang dari sudut pandang yang berbeda-beda. Wajah, tentu tak luput dari sorotan, sebuah pesona fisik. Tak bisa dipungkiri. Hanya saja, sentuhan jiwa, pesona jiwa justru menjadi elemen yang penting karena setiap orang bisa mempunyainya. Disini, setiap wanita bisa mempunyainya. Artinya, semuanya wanita bisa menjadi cantik, bisa disebut cantik. Dan…lebih cantik lagi dari hari ke hari.


Titik tekannya sudah jelas. Letaknya ada pada kekuatan soulnya. Menggunakan parameter ini tentu lebih adil, lebih fair ketika memandang dan menyoal kencantikan wanita. Artinya apa, orang yang berwajah biasa saja, tak selalu berkulit putih pun bisa saja disebut cantik karena daya pikat soulnya. Soal soul inilah yang kemudian mendatangkan keterpikatakan tersendiri. Jika berhasil selalu memupuknya, sudahlah pasti akan selalu tumbuh dan langgeng terasakan. Kalau cantik wajah, tentu akan memudar ditelan waktu. Karena cantik ini urusan hati, lantas hati yang seperti apa…?. Ini rumit lagi. Dan bagi saya, punya subyektifitas tersendiri.


Cantik itu lembut…..


Ya, pesona kecantikan wanita terletak pada kelembutannya. Seperti pada kebanyakan kaum lelaki. Dia makluk yang kadang terlalu rasional, berpotensi kasar, angkuh, mudah tersulut ketika mensikapi keadaan. Sifatnya mirip kobaran api. Nah, kelembutan wanita itu ibarat air. Kelembutannya bisa meredakan sifat-sifat tersebut. Akhirnya, bisa mendatangkan keseimbangan dan keserasian hidup. Dengan begitu dia kita sebut cantik.


Namun kelembutan sendiri tak selalu baik, tergantung motifnya. Kelembutan yang penuh kepalsuan, justru akan melahirkan bisikan-bisikan buruk kepada kaum lelaki. Mengapa, sangat jelas. Kelembutan selalu mendatangkan keindahan. Dan setiap wanita suka keindahan. Salah satunya pernah-pernik duniawi. Bisikan kelembutan palsu disertai kemanjaan bisa menghancurkan kehidupan lelaki karena akan melakukan apapun, dengan cara apapun tanpa mengindahkan moralitas, hukum dan norma untuk kebahagiaan wanita yang dicintainya. Dalan sejarah, kaum lelaki hancur karena terlalu memperturutkan kemauan wanita untuk mendapatkan sesuatu dengan balutan kelembutan yang palsu.


Tapi disisi lain, kelembutan itu berpotensi mendatangkan kejayaan. Yaitu kelembutan yang dilandasi dengan semangat transendensi, semangat vertikal kepada Tuhan. Sebuah kelembutan moral dan beraroma religiusitas. Inilah kelembutan hati yang terpancar pada kebaikan akhlak. Dia, berwajahkan senyum manis, bening hati, sederhana dan tak mudah marah. Hasilnya apa, kalau lelaki bisa bersanding dengan wanita demikian, insyallah, lelaki yang awalnya biasa saja kelak akan menjadi sosok yang luar biasa. Sosok seorang pahlawan. Sungguh…

by : Yons Revolta (agustus 2007)
salam hormat, dan salut banget buat mas Yons...angkat topi deh
buat mu...ayo dunk terbitin buku nya..please..
afwan kabiir ..sy ga idzin jg nih...
tp yakin deh..ga bakalan dimarahi..be calm..

1 komentar:

penakayu mengatakan...

sep, keep writing yah :-)