Maaf kan....

Minggu, 23 Desember 2007

“Eh, 2 teman ikhwan kita tuh memang berbeda jauh ya???” aku mulai membuka percakapan dengan salah seorang teman akhwatku, sembari menemaninya berjalan menuju tempat kostnya, pagi hari sepulang acara mabit khusus pengurus mushola. Namanya Yanti. Ia adalah teman seperjuanganku. Kami sama-sama aktif di organisasi mushola fakultas, demikian juga dengan kedua ikhwan tersebut. ”Beda gimana?? Apanya??” . Ia menanggapinya antusias.

”Ya, Beda. Meski sama-sama punya kafaah dan kepahaman yang sama dan sama –sama kita akui komitmen dakwahnya, sama-sana sudah ditokohkan di kampus kita, sama-sama capable ngisi kajian dan training lainnya. Tapi, karakter mereka sangat berbeda. Ikhwan A , suyukh (ustad bgt), ghadul bashar (menjaga pandangan) banget, jangan –jangan sama kita aja, ia ga kenal wajahnya, paling Cuma kenal suara dan warna bajunya. Trus penampilannya sederhana banget, sepeda tua dan tas tuanya adalah wujud kesederhanaannya. Tapi meski selalu bersepeda tapi semangatnya jg selalu terpancar di wajahnya.” Yanti cuma mesem-mesem menyimak hasil analisisku selama 2 semester awal ini dan seringkali mengangguk untuk mengiyakan statementku.

” Trus ikhwan B, gaul banget, slalu tampil rapi, retorikanya lebih bagus dari ikhwan A. pokoknya penampilan slalu perfect deh. Hampir smua temen-temen ammah kita mengenalinya, bahkan ade-ade angkatan kita banyak yang mengidolakannya. Sikapnya ga’ jauh beda deh sama temen-temen kita yang belum jadi ’ikhwan’. Trus Gadhul basharnya khusus buat akhwat aja. Sementara dengan yang bukan akhwat..duh..biasa banget, hijabnya kurang terjaga. Saya jadi khawatir, kira-kira hatinya terbentengi ga’ ya?? Saya khawatir jika kemudian ia fu.....”

Belum sempat ku selesaikan kalimatku, yanti segera menyenggol bahu kanan ku.

”huss, jangan ngelantur, jangan suudzon dulu. Setiap kita punya karakter tersendiri dan trik-triks dakwah yang berbeda. Nah kekurangan si B justru bisa menjadi kelebihannya. Ia sangat efektif untuk bisa memberikan warna islam pada temen-temen kita yang masih ammah. Maka nya posisi sebagai ketua BEM yang ia jalani sekarang, sangat sesuai dengan karakternya.”

”afwan deh...saya ga bermaksud suudzon, cuma khawatir. Habisnya fenomena kader yang futur kan udah banyak Yan. Saya ga ingin kefuturan menyapa saudara-saudara kita.

Tapi bener juga sih Yan, dengan adanya si B, kita jadi terbantu. Dan temen-temen ammah jadi dekat dengan anak-anak mushola.” Percakapan pagi itu kami tutup dengan sebuah komitmen : untuk saling mendo’akan agar kami semua tetap istiqomah hingga akhir hayat. Dan kuat menghadapi sgala pergolakan hati yang kan slalu menghadang.

Obrolan tersebut terjadi 3 tahun yang lalu, awal kehadiran kami di kampus. Saat semangat berfastabiqul khoirot sedemikian membumbung di hati kami. Saat-saat merasakan manis nya menjalankan amanah-amanah dakwah.

3 tahun perjalanan waktu mampu mengubah segalanya...kekhawatiran itu benar-benar terjadi...kami kehilangan dirinya seorang yang telah memiliki kepahaman yang tinggi dan mobilitas dakwah yang tinggi..ia benar-benar futur...

ia lebih memilih kesemuan cinta. Mengutamakan Cinta dari makhluknya sebelum waktunya...Rabby....tak tergambar lagi ”sedih” di hati ini....

Tak terhitung lagi derai airmata ini...Sedih karna tak mampu menjadi saudara terbaik baginya...Sesal karna tk mampu mendekap hatinya sebelum kepergiannya..Sesal karna tak mampu menahan kepergiannya....

Belum lagi hilang rasa sedih di hati. ini....aku harus kembali menyaksikan kefuturan seorang sahabat....seorang akhwat yang dulu juga slalu menopang semangatku.......yang slalu menemaniku berburu majlis ilmu, yang juga slalu siap membantu dan berbagi amanah da’wah.....airmata itu tumpah kembali....aku tak menyadarinya saat ia sedemikian lemah....aku slalu saja menganggapnya kuat.....ku jarang mengunjunginya saat ia lemah, bahkan tak segera menyapa atau sekedar mengirimkan sms saat ia tak muncul-muncul dalam pertemuan keimanan....aku kembali menyesalinya...aku tak mampu melakukan apapun untuk menahannya tetap di sini. Maafkan aku sahabat..aku slalu mengganggapmu kuat....Alloh ampunilah khilafku..

Dunia ibarat sebuah terminal
Hanya tempat persinggahan
Bersabarlah hadapi ujian
Tak kan lama kan tinggal.....
(by : Saudara Persaudaraan
)

” Ya Alloh yang maha membolak-balikkan hati....tetapkanlah hati kami dalam ketaatan dan dalam agamamu yang lurus.”....amiiin

Midnight, Des 2007, mengenang kepergian saudara-saudariku...
Tetaplah di sini, di satu sudut hatiku, senantiasa ku nantikan hadirmu kembali
Buat Dewi, klo’ Agus futur...ceburin di Sungai Rasau aja...Biar cepetan nyadar bhwa hidup dlm jamaah qta tuh sedemikian indah & tetep indah sampai kapanpun
:)
Buat murabbi, klo’ Agus futur segera jodohkan aja yah....cariin ikhwan yang siap njewer telinga setiap hati ini lalai...:
)

1 komentar:

Jape Maste mengatakan...

aslm...

siapa yang ngomongin cowok?! ikhwan lagi!
hehe...

yhe...ukhti ngobrolin ikhwan. ga boleh lho!

ya begitulah hidup. kita ga pernah tau lima menit kemudian...
biar aja...
tiap jiwa punya kecenderungan.
jika suatu saat kecenderungan itu berubah, bukan masalah kan?!
siapa tau dia berubah menjadi lebih baik dari kita? kita ga tau kan?
kita terbatasi oleh indera kita dalam melihat,mendengar, merasakan,n mengecapnya.
selebihnya Allah yang lebih tau..