~ Dekaplah dgn sepenuh cinta di hatimu ~

Senin, 23 Februari 2009


~Dekaplah Ia dengan sepenuh cinta di hatimu ~

Senja mulai menyapa alamku...Alhamdulillah, bisa sampai di rumah 10 menit menjelang adzan magrib. Selepas memarkir ”kuda tua” di teras dapur dan melengkingkan salam ke semua penghuni rumah, saya buru-buru masuk lewat pintu dapur.

Wah..., mba’ saya yang imoet dan awet muda sudah duduk manis di meja makan, pastinya sambil menikmati makanannya. Ehmm..Alhamdulillah ...banyak makanan di meja : agar-agar santan dan si kroket ubi, kue favorit sejak bayi...eh..sejak kecil, ada soto plus telur rebusnya. Ehm..ternyata semuanya kiriman dari mba’ saya, habis ada pengajian di rumahnya. Mba’ saya yang satu itu emang pinter banget masak...semua masakannya ga’ ada yang ga’ enak. Iri juga jadinya...., tapi kayaknya bakat yang sama ada di adiknya juga deh..cuma kurang waktu aja buat prakteknya..:).
Duh laper juga nih,....seharian aktifitas, fiiuuh...cape’ juga. Dengan sedikit negoisasi dengan diri sendiri (mandi atau makan dulu yah?), akhirnya kami sepakat..makan dulu dunk, baru mandi. Nyam..nyam...alhamdulillah!,. Dimana-mana makan pada saat perut merasa lapar lebih terasa nikmat. Bener kan?!.

Waktu magrib tiba juga, karna ”libur” sholat, sehabis mandi langsung saja menuju singasana diri.., tempat paling aman & nyaman : kamarku nan permai. Sambil cas cis cus almasturatan, saya juga mengaktifkan radio Hp. Ternyata ada bahasan yang menarik nih dari ”Voice Of Islam” Jakarta yang di relay oleh MujahidinFm. Belakangan ini bagi saya ga’ ada bahasan yang lebih menarik selain bahasan tentang seputar anak dan sekitarnya.

Nah begini resensinya :
Pada intinya, Ustazah Latifah Musa mengatakan bahwa setiap anak membutuhkan perhatian dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya, sentuhan, usapan, belaian dan dekapan sayang adalah bentuk perhatian yang paling diharapkan oleh mereka. Karena semua bentuk perhatian tersebut akan menghadirkan kenyamanan dan ketentraman jiwanya.
Bagi anak yang jarang atau kurang mendapat ’sentuhan’ dari orangtuanya, maka akan cenderung memiliki kebiasaan marah, suka meledak-ledak, suka menangis dan memberontak. Hal-hal semacam itu merupakan usaha atau jalan bagi sang anak untuk mencari sekaligus mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya

Nah..jika ada anak yang tiba-tiba marah atau menangis karena suatu hal, maka akan sangat tidak bijak manakala kita memberikan perlakuan yang membuat hatinya justru menjadi lebih tidak nyaman. Membiarkannya, menyalahkannya atau bahkan memarahinya di saat anak demikian tidak akan membuat dirinya lebih baik. Hal yang seharusnya kita lakukan adalah memberikan aksi ”perhatian” padanya : memberi sentuhan padanya : mengusap atau membelainya, atau bahkan merangkul dan menggendongnya, lalu mulailah berkomunikasi dengannya : tanyakan apa dan mengapa dia bersikap begitu, lalu berikan pengertian padanya. Dengan begitu anak akan merasa nyaman sekaligus akan mengalami proses pendewasaan atas ”pengertian” yang telah kita tanamkan padanya.


Ehmm..jadi teringat masa kecil..., hal yang sama sering juga saya lakukan untuk menarik perhatian Bapak. Seringkali saya marah dan menangis karna suatu hal yang seharusnya tak layak dijadikan alasan untuk menangis. Tapi hal itu sudah menjadi jurus yang paling ampuh bagi saya. Kenapa coba??! Karena setiap kali saya menangis bapak selalu datang sebagai ’superhero”. Apapun sebabnya Bapak selalu datang dengan jutaan sayangnya : ”Ga’ usah nangis, anak baik dan penurut kok, sini sama Bapak ”...Lalu kedua tangannya yang kekar segera merengkuh dan menggendong saya, bukan itu saja, Bapak kemudian selalu mendendangkan senandung-senandung ringan untuk saya. Saat mendapatkan perhatian semacam itu, saya merasa sangat ”nyaman” dengan semua itu, lalu redalah semua kemarahan dan tangisan saya. Meski saya sering menangis, tak sama sekali Bapak memberi label ”cengeng” ataupun ”manja”, bahkan tak pernah marah karenanya. Hingga kini hal yang sama bapak lakukan terhadap cucu-cucunya dan anak-anak kecil di sekitar kami.

Berbeda dengan mama dan mba’ lainnya, ketika saya menangis mereka hanya mendiamkan saya lewat lisannya : ”udah diem dunk....ga’ usah nangis ...ga’ boleh cengeng..masa gitu aja nangis..”. Tanpa ada sentuhan fisik darinya...alhasil tangisan saya ga’ kan reda dan justru semakin panjang (habisnya di bilang cengeng segala, pdhl emang cengeng sih..:)). Dan hanya satu yang bis meredakannya : Bapak tercinta..........................
Itu sebabnya saya lebih merasa dekat dengan Bapak. Bahkan hingga kelas 3 SD ga’ bisa tidur tanpa Bapak dan ga’ akan bangun dari tempat tidur sebelum digendong Bapak.


Sungguh...Bapak yang begitu sederhananya, telah mengajarkan saya banyak hal. Tentang kelembutan terhadap anak, tentang cinta, perhatian dan kasih sayang yang tulus terhadap anak. Darinya kini saya tau, bahwa kita harus mendekap anak-anak dengan sepenuh cinta di hati....Ehmm...Bapak...I love you so much!!!



Jum’at, 20 Februari 2009
Di antara harapan yang masih membumbung : ”menjadi penyejuk hati buatnya, di antara kebersamaan yang masih tersisa”

0 komentar: