Selasa, 21 Juli 2009
~ Kok, Berbohong Nak…?~
Di sebuah kelas seorang anak mengadu kepada Ibu Gurunya, Hana baru saja meniggalkan kelasnya karna harus ke kamar kecil. Tapi sekembalinya pensil yang tadi diletakkan di dekatnya hilang.
“Bu…., Pensil baru Hana hilang….”
“Tadi diletakkan dimana Nak?
“ Di sini Bu, di dekat buku Hana “
“Huuuu..hu….Hana mau pensil Hana…”
Hana terus merengek kehilangan pensilnya.
”Anak-anak Ibu, ada yang lihat pensil Hana nggak?”
Seisi kelas sibuk mencari-cari pensil baru Hana tersebut. Tapi tidak ada yang berhasil menemukannya.
”Coba lihat tasnya masing-masing, mungkin terselip di tasnya”
Setelah memeriksa tasnya masing-masing semuanya kompak menjawab :
”Nggak ada Bu...!!”
”Baik ibu percaya, anak-anak ibu smuanya jujur, karna anak jujur disayang Alloh”.
Sang Ibu sebenarnya menemukan satu wajah ”cemas” pada salah seorang anak. Tapi ia menunggu saat yang tepat. Saat semua anak-anak istirahat, Sang guru memeriksa tas seorang anak berwajah ”cemas” tadi. Ia menemukan pensil tersebut.
Ehm...kenapa anak tadi sampai berbohong kepada guru dan teman-temannya yah Bunda??
Kemungkinan besar hal tersebut terjadi karena adanya faktor pendorong dari diri anak. Mungkin ia menginginkan sebuah pensil baru tetapi orangtuanya tidak mau memberikannya. Atau mungkin karena si anak ingin mendapatkan perhatian lebih atau bisa jadi karena faktor lingkungan di rumah, sekolah maupun masyarakat yang membentuk karakter dan sifat tidak jujur pada anak. Benar nggak Bunda??
Nah, di bawah ini ada beberapa tips khusus untuk Bunda, agar bisa mencegah kasus-kasus seperti di atas terjadi, ada beberapa hal yang perlu Bunda perhatikan dalam pertumbuhan anak, di antaranya :
1. Ajarkanlah anak arti dan nilai kejujuran sejak kecil dengan memberikan contoh dan akibat yang bisa terjadi dari kebohongannya. Jika kebohongan sudah terlanjur terjadi, jangan hukum anak dengan keras tetapi Bunda harus membantunya untuk memperbaiki sifatnya agar tidak berbohong lagi. Contoh pada cerita di atas, Guru harus menyuruh dan menemani anak didiknya untuk mengembalikan pensil yang telah diambilnya. Bantu anak untuk memperbaiki kesalahannya dengan belajar untuk meminta maaf atas tindakan yang telah dilakukannya.
2. Jangan pernah mencaci ataupun membentak anak karena kebohongannya. Bunda bisa membuat pernyataan dan kalimat-kalimat yang baik yang memberikan kepercayaan Bunda dan juga pernyataan bahwa hal yang telah dilakukannya adalah sesuatu yang salah. Contohnya : "Bunda tahu nanda bukan seorang pembohong dan seorang yang suka mengambil kepunyaan orang lain, tapi mengapa nanda mengambil sesuatu yang bukan kepunyaan nanda?" dan seterusnya.
3. Ciptakan suasana lingkungan keluarga yang terbuka. Hal ini akan membuat anak terbuka dan tidak takut untuk mengemukakan pendapat dan perasaannya kepada orangtua maupun saudaranya, sehingga tidak ada hal yang ditutupi oleh anak.
Bunda, Tips di atas insyaAlloh dapat membantu anak untuk belajar jujur dan menuju proses menghargai diri sendiri serta orang lain dalam pertumbuhannya menjadi seorang remaja dan dewasa.Semoga.......!
Kaliurang, 20 Juli 09
0 komentar:
Posting Komentar