~ Yang Masih Ada, Di Saat Yang Lain Tiada..~

Kamis, 02 April 2009

~ Yang Masih Ada, Di Saat Yang Lain Tiada..~

”Namanya mas Pras mba, dia teman sekantor saya. Sudah setengah tahunan ini dia mutasi ke kantor saya, tapi saya baru merasa dekat dengannya 3 bulan terakhir ini. Itu pun karena urusan pekerjaan mengharuskan komunikasi di antara kami. Komunikasi kami seringkali hanya melalui vasilitas YM (Yahoo Messenger) yang yang tersedia di meja kerja kami masing-masing. Orangnya terlalu pendiam mba, dan saya, mba tau sendiri kan?? Paling sulit dan enggan memulai komunikasi dengan orang-orang baru di sekitar saya.”

”Beberapa waktu terakhir kami mulai saling berbagi untuk beberapa hal, hal-hal ringan di luar pekerjaan tentunya. Kadang saya atau pun mas Pras memulainya dengan gurau-gurauan ringan di sekitar kami. Belakangan saya baru tahu ternyata mas Pras cukup humoris dan terbuka. Setelah itu saya merasa mas Pras sangat ’care’ dengan saya dan dengan orang-orang di sekitar kami . ”

”Endingnya kini...saya mengganggap mas Pras sebagai abang bagi saya, bagian dari keluarga saya, orang yang saya hormati dan juga saya segani. Begitu juga sebaliknya, mas Pras memposisikan saya. Tempo hari saya pernah berbagi tentang rencana pernikahan saya, mas Pras juga berbagi tentang rencana yang sama. Lalu saya lah yang akhirnya lebih dulu menikah dengan laki-laki yang kini sangat saya cintai dan saya kagumi. Dan mas Pras sendiri baru akan menikah di akhir tahun ini, bukan karna ’materi’ yang menghalanginya. Tapi karna faktor ’kesiapan’ dari calon istrinya.”

”Kira-kira 2 minggu setelah pernikahan saya, ada masalah yang cukup mengganjal di hati saya..., saya dan suami diminta untuk segera pindah dari rumah yang kini saya tempati. Itu artinya saya harus dengan segera mencari rumah baru, seminimalnya rumah kontrakan yang bisa kami tempati berdua. Tetapi setelah lama mencari, kami mendapatkan rumah tinggal yang cukup luas untuk kami berdua dan anak-anak kami nantinya, sebuah rumah dengan dua buah kamar yang terletak di pinggiran kota. Dari hasil negoisasi dengan si empunya rumah, kami bisa memilikinya dengan harga 80 juta. Kami sepakat untuk membeli rumah tersebut, dan baru akan melakukan traksaksinya sepekan kemudian. Sejujurnya kami tak memiliki tabungan sebanyak itu, maka sudah pasti kami harus mencari pinjaman, meski belum tergambar dengan jelas kemana kami harus mencari pinjaman sebesar itu. Meminjam ke bank?? Terlalu rumit urusannya...”

”Beberapa hari setelah itu, saya YM an kembali dengan mas Prass, ingin berbagi kembali. Ya...hanya ingin sekedar berbagi...hanya ingin sekedar mengurangi beban hati.
Lalu dengan sedikit sungkan dan segan, saya pun membaginya. Dan tau kah mba?? Betapa tak pernah saya bayangkan sebelumnya, dengan mudahnya dan tanpa ba...bi..bu.. lagi, mas Pras menawarkan pinjaman 80 juta tersebut. Seketika itu saya menangis mba, bayangkan saja mas Pras dengan rela meminjamkannya tanpa kesepakatan apapun. Dengan bijaksananya ia katakan : ”Gunakan saja dulu, dan silahkan kembalikan jika sudah ada rizkinya.” Ketika saya katakan bahwa mungkin saya dan suami hanya bisa membayarnya dengan cicilan dan mungkin baru akan lunas 8-10 tahun ke depan. Dengan sangat baiknya Mas Pras katakan : ” Ga’ pa pa...jangan terlalu difikirkan, mohon doakan aja, agar mas segera bisa menyusulmu yah , do’akan agar semua rencana Mas terlaksana dengan lancar”.

”Kesokan harinya mas Pras langsung mentranferskan uangnya ke rekening saya mba,..Ehm...hilanglah sebuah beban itu. Sungguh mas Pras adalah pahlawan bagi kami..., Saya takjub dengan kebaikannya, bayangkan saja mba’, dia sangat sederhana, belum menikah, belum memiliki rumah pribadi, belum memiliki kendaraan pribadi dan usianya belum genap 25 tahun. Dan uang itu belum tentu kembali dalam 8 tahun ke depan. Bagi orang-orang seusianya tentu akan banyak pertimbangan, paling tidak uang itu akan mereka gunakan untuk biaya pernikahan, ataupun untuk rencana-rencana lain di masa depan. Jika pun mereka meminjamkan mengkin hanyaga lebih dari 50% nya atau bahkan kebanyakan dari mereka akan menolak : ”maaf saya ga’ bisa bantu karna saya juga sedang membutuhkannya. ”

”Mba mungkin mengira kebaikan-kebaikannya itu hanya karna kedekatan saya dengannya??

”Ceritanya Ga’ hanya sampai di situ mba’. Sekitar satu bulan setelah pinjaman itu, teman suami saya akan melahirkan. Tetapi karna ada kelainan pada kandungannya, maka dokter memutuskan bahwa istrinya harus di operasi. Ga ’ ada arternatif lain. Untuk semua prosesi itu seminimalnya harus mengeluarkan biaya 5 juta rupiah, belum termasuk biaya rumah sakit, obat dan lain-lain. Saat itu teman suami saya tidak mempunyai dana yang cukup untuk semua biaya tersebut, bahkan sangat jauh dari cukup. Sedangkan tanpa uang sejumlah itu istrinya tidak akan bisa segera di operasi, dan itu artinya istrinya harus menunggu hingga suaminya memiliki uang yang cukup. Lalu suami saya dan teman-teman lainnya berinisiatif mengumpulkan uang suka rela untuk membantunya, karna waktu itu akhir bulan, maka uang yang terkumpul hanya 1 juta lebih sedikit. Tentu saja belum mencukupi.”

”Dan kembali mba’...saya kembali membagi cerita itu ke mas Pras, masih melalui YM kami. Mba tau apa tanggapan mas Pras?? ” Wah...maaf banget yah, mas bisa bantu...tapi ga’ bisa bantu banyak. Mas cuma bisa bantu 3 juta, ke rekening mana harus di transfer??, mas akan transfer segera..., semoga ibu dan bayinya sehat dan selamat.”


” Subhanalloh mba’...untuk kedua kalinya saya takjub dengan kebaikannya, 3 juta itu mas Pras berikan sebagai infaq mba, bukan pinjaman. Padahal mas Pras sama sekali ga’ mengenal teman suami saya mba’.., dan lantaran 3 juta tersebut istri teman suami saya itu bisa segera di operasi dan alhamdulillah keduanya sehat dan selamat.”

”Saya yakin masih banyak kedermawanan mas Pras lainnya yang tidak saya ketahui. Dan dua cerita tadi hanyalah sebagian kecil dari kisah-kisah ’hero’ lainnya dari seorang Prasetyo Pambudi, ST.”

”Pada kesempatan yang lain, saya coba menanyakan padanya, apa motivasi atas kedermawanannya itu..., lalu dengan kesahajaannya mas Pras katakan : ” Yah..uang itu kan titipan dariNYa toh?, berat juga klo’ dititipi banyak-banyak...Daripada begitu mending dibagi aja kan?, karna pasti ada hak orang lain pada rizki yang mas dapatkan dariNya..”

” Ehm..mas Pras ga’ terlahir dari keluarga kaya mba’ , ga’ juga dari keluarga miskin......Ikhtiar dan didikan orangtuanya menjadikan ma Pras ’ hebat’ seperti sekarang.
Saya ga’ tau pasti berapa gaji bulanannya, tapi mungkin tidak kurang dari 4 juta perbulan belum di tambah bonus-bonus lainnya. Saya fikir, ada banyak orang yang mempunyai penghasilan bulanan yang lebih besar darinya baik di kantor saya maupun di tempat kerja lainnya, tapi TIDAK banyak orang yang seperti mas Pras.”


” Mba...tau?? saat ini mas Pras sedang ada di Perancis. Kantor pusat kami mengutusnya untuk mengikuti sebuah training internasional selama beberapa pekan. Suatu kesempatan yang tentu saja sangat jarang menyapa setiap kita. Dan saya yakin kesempatan yang mas Pras dapatkan adalah salah satu tanda keberkahanNya dan balasan dariNya atas segala kebaikan dan kedermawannya. Saya berharap masih banyak mas Pras-mas Pras lainnya yang bertebaran di bumi ini, seseorang yang senantiasa ada, di saat yang lain tiada...”

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al baqaroh : 261)

Allah berfirman : "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dialah sebaik-baiknya Pemberi rizki". (QS. Saba : 39)



Kamis, 2 April
Kaliurang, Yogyakarta
~ cerita ini bersumber dari kisah nyata yang di alami oleh seorang sahabat, saya menuliskannya dengan sedikit mendramatisasi positif, nama yang di gunakan bukan nama sebenarnya.

1 komentar:

~AbiyasaFathim~ mengatakan...

semoga kita bisa meneladani beliau atas kedermawannanya